April telah usai. Tetapi aku seperti enggan beranjak darinya. Aku masih ingin menikmati kelopak kuning yang cerah dari kuntum-kuntum bunga angsana. Aromanya yang lembut. Mengingatkanku pada aroma tubuhmu yang begitu khas. Yang membuatku selalu enggan beranjak darimu.
Pagi,
Kau masih ingat suatu petang? Saat kita sama-sama mengecup kelopak angsana yang baru saja mekar. Di awal April. Di antara deru angin yang begitu sibuk. Saat langit begitu cerah. Dan mentari merona jingga serupa pepaya mengkal yang begitu menggoda untuk dikudap.
Aku luluh dalam pelukmu. Kau mengunyahku dengan pandangmu. Jari-jemarimu seperti julai-julai yang memerangkapku begitu kuat. Saat itu aku paham, kelopak angsana itu telah memenjarakan suara burung-burung. Tergugu-gugu.
Dan sejak itu, akulah yang terpenjara di hatimu.[]
Posted from my blog with SteemPress : https://senaraicinta.com/2019/05/03/kelopak-angsana/