Persada sebagai satu satunya tim Barat Selatan Aceh yang bermain di Soeratin u17 Aceh, memainkan laga perdana berhadapan dengan Peusangan Raya.
Pertandingan di helat di Lapangan Sintetis Stadion Lhong Raya, Banda Aceh.
Persiapan lebih kurang satu bulan, Persada percaya diri ikut ambil bagian di Kompetisi liga remaja ini.
Diasuh langsung oleh Anwar dengan asisten Pelatih Rahmat Fitra, Skuad Persada telah menjalani beberapa kali Try out dan laga persahabatan. Menurut Pengakuan Pelatih Kepala, ada beberapa hal teknis yang harus disikapi, terkait pemain pelapis di posisi penyerang dan bertahan, Pemain hasil Seleksi dari Abdya tidak mampu menunjukan peningkatan yang berarti, satu satunya solusi adalah mencari pemain tambahan yang kualitasnya diatas materi lokal.
Soeratin U17 Aceh 2019, hanya di ikuti 3 tim, yaitu Persada Abdya, PSAB Aceh Besar, dan Peusangan Raya FC Biruen.
Pertandingan perdana si gelar tgl 29 Desember, dan Persada harus mengakui keunggulan Peusangan Raya. Persada kalah telak dengan skor akhir 0-5.
Publik Aceh Barat Daya menanggapinya beragam, dari yang tetap memberi semangat, mempertanyakan ada apa, malah ada beberapa status di medsos lebih cenderung bernada mengejek terkait penggunaan pemain luar.
Terlepas dari apapun motif publik, kita tidak akan membahas isu dan pendapat yang terlihat berani di ranah media sosial karena jauh sebelum Soeratin di Gelar, Persada sendiri telah mengundang seluruh elemen sepakbola di acara diskusi publik "sinergitas menuju persada lebih baik".
Tulisan ini hanya mencoba menganalisis pertandingan Persada vs peusangan raya.
Bermain dengan formasi 3-5-2, Head coach Anwar menawarkan Strategi menguasai Lapangan tengah, Cedera nya gelandang Pembeda , Aris di menit menit awal harus digantikan Nailan sebagai pengganti yang secara tipikal bermain lebih bertahan. Helga kehilangan visi bermain, dan banyak kehilangan bola. Fajar Lebih Aktiv untuk berduel bola atas dan bawah, Nilai lebih layak diberikan pada Zafin, Yudha yang mampu meredam serangan demi sedan Jelmi yang
Lapangan tengah sepenuhnya dikuasai peusangan dalam membangun serangan.
Penguasaan bola yang bagus dari Peusangan berhasil menusuk ke kotak terlarang dan terpaksa dijatuhkan dan berbuah pinalti. 1-0 untuk Peusangan Raya
Daniel yang bermain di Sisi kanan dan Suwardi di sisi kanan, juga kewalahan dalam bermain, Pergerakan tanpa bola mereka minim, kalah dalam perebutan bola, membuat serangan Persada nihil, Riyan dan Dedek di lini depan nyaris tidak mendapat umpan matang.
Di menit ke 25, lagi lagi Peusangan mendapat kesempatan emas, saat Andika kiper terlambat keluar dari mulut gawang dalam mengantisipasi bola, pemain peusangan memenangkan duel dan memamfaatkan penuh bola dengan pasing yang akurat, menjebol gawang persada ke dua kalinya tanpa ada halangan.
Kakunya permainan Skuad persada, bisa disebabkan oleh jam terbang yang kurang, yang menyebabkan mental terpukul, kemudian kurangnya adaptasi bermain dilapangan rumput sintetis, selebihnya pemain mengkomplain bola terlalu keras, namun pihak official pertandingan menyatakan bola itu standar.
(Catatan pen : selama latihan yang terpantau, penulis sebagai bagian dari official soeratin Persada melihat keras atau tidaknya bola berdasarkan tekanan angin manual menggunakan tangan, bukan mengukur tekanan udara bola dengan standar 0,6-1 atmosfer (atm) atau 8-12 pounds persquare inci (Psi), dimana bila bola dijatuhkan dengan tinggi satu meter, dia kan memantul kembali 60 cm).
Babak kedua, Helga di tarik keluar digantikan Reza, terlihat Formasi dimainkan berubah menjadi 4-3-3, sebagai strategi mengejar defisit 2 gol.
Di awal babak kedua, beberapa pemain mulai lebih berani memegang bola dan membangun serangan, aliran bola berjalan, umpan crossing berjalan, moment emas suwardi dari sisi kanan menembak bola masih dapat dibendung oleh Kiper peusangan.
Sementara Andika, kiper Persada harus digantikan Ridha, setelah benturan phisik dengan penyerang Peusangan dan tidak bisa melanjutkan pertandingan.
Energi yg terkuras banyak di babak pertama membuat kualitas permainan juga menurun cepat, Unggul penguasaan bola di awal babak kedua dengan beberapa peluang tercipta, 15 menit terakhir, pemain satu persatu tumbang dan harus mendapat perawatan medis, Dedek dan Daniel dalam kondisi tidak ada lagi pergantian dan mau tak mau harus bermain sekedar menjaga posisi.
Ketiga gol tercipta di babak kedua semuanya terjadi dari ruang yang terbuka untuk shooting dari luar kotak pinalti. Akurasi tendangan dari Pemain depan Peusangan harus mendapat jempol.
Dari sisi pelanggaran, Wasit yang memimpin pertandingan hanya mengeluarkan kartu kuning 2 lembar untuk pemain Peusangan dan 1 kartu kuning untuk Persada.
(Denda satu Kartu kuning di event resmi sebesar Rp.500.000 dan Kartu Merah sebesar Rp. 1.500.000)
Coach Akhyar Ilyas yang menyaksikan babak kedua menyampaikan secara pribadi, Pemain Peusangan Raya jam terbang mereka lebih tinggi, dari usia 12 Tahun mereka sering mewakili Aceh ke Level Nasional, dan disini jelas kita bisa melihat ada kesenjangan pembinaan sepakbola bagian timur utara dan barat selatan Aceh.
Seperti pernah disampaikannya dalam Diskusi Publik, Sepakbola Aceh Barat Daya akan berkembang saat pembinaan SSB yang telah dimulai juga di ikuti dengan menggelar Kompetesi rutin.
Terkait Substansi Pembinaan, banyak pertanyaan Anak Anak Abdya apa kurang hebat, apa yg kurang berkualitas ?, namun kita lupa Sisi mental dan pembanding dengan tim yang berkelas, dan juga lupa kalo pelatih punya ilmu yang bagus maka atlitnya juga bagus.
Dan terkait kompetisi, saat anggaran Persada tidak mencukupi untuk itu maka
Harus ada Pihak ketiga yang bersedia dan mau menjadi Operator kompetisi kelompok umur 15, 17 dan 19.
Ada yang Berani ? Mari kita duduk dan diskusikan regulasi, disini kita kan bahas Substansi bukan pembenaran persepsi.
Jadi jangan hanya bisa bicara menyibukkan diri buat status yang ujung ujungnya melecehkan keputusan Ofisial persada, karena sebelumnya, semua punya alasan, kepentingan, saran dan kritik telah di timbang.