Ratapan Anak Pinggir Sungai || Episode XI

in #steempress6 years ago (edited)


SUASANA semakin panas, massa sudah tidak terkendalikan, ditambah dengan semangat gelora perlawanan dari sang orator. “Kami hanya butuh penjelasan dari pihak perusahaan. Perusahaan harus bertanggung jawab akibat dampak yang ditimbulkan” sang orator menyampaikan orasinya dengan penuh murka.

Pasukan pengamanan sudah mulai merapatkan barisannya. Siap-siaga ditingkatkan untuk menghadapi kemungkinan terberuk yang bakal terjadi. Nyaris tidak ada pemisah antara massa yang duduk bersila kaki dengan pasukan pengaman. Panas terik matahari menjadi pelindung sekaligus penyemangat aksi.

Di loby utama perusahaan, terlihat seorang lelaki yang menggunakan baju putih nan rapi. Ikatan sarung pistol melingkari pinggangnya. Dari kejauhan aku melihat sebuah pistol yang masih tersimpan rapi di dalam sarungnya. Raut wajah nan tegas semakin menambah kewibawaannya.

Sepertinya, ia merupakan komandan pasukan pengamanan yang telah ditugaskan dari kesatuannya. Langkahnya terlihat mondar-mandir keluar masuk perusahaan. Sesekali berbisik dengan anggota yang standby di depan loby utama perusahaan untuk memberikan aba-aba dan meminta laporan perkembangan situasi lapangan.




Kondisi semakin tidak terkendali, amarah massa semakin memuncak. Gelora perlawan terus didengungkan sang orator. Sesekali ia memberikan pengarahan kepada massa untuk tidak ada yang keluar dari barisan. Aku, Anwar dan Lia sangat menghindari terjadi kericuhan dalam aksi yang sedang berlangsung ini.

Aksi yang awalnya tiarap, kini telah ada satu-dua massa yang bangun di tengah kerumunan di bawah panasnya terik matahari. Sempat terjadi saling dorong-mendorong antara massa yang sudah bangun dengan pasukan keamanan. Aku langsung merapat ke barisan untuk menenangkan massa kembali.

"Tenang saudara-saudara, jangan ada yang terpancing emosi. Aksi kita ini, aksi damai. Mohon untuk semua duduk kembali. Sebentar lagi perwakilan perusahaan akan menjumpai kita untuk memberikan klarifikasinya" aku berusaha untuk menenangkan massa yang sudah mulai tidak terkendali.

Tiba-tiba aku dipanggil lelaki berbaju putih nan rapi tadi. "Pihak perusahaan meminta perwakilan dari kalian untuk masuk ke dalam. Direktur dan manager perusahaan telah menunggu untuk memberikan penjelasan terhadap tuntutan kalian" ungkap sang lelaki itu dengan intonasi yang tegas dan penuh wibawa.




"Maaf Pak, kami memang telah membentuk perwakilan tim negosiasi untuk berunding dengan perusahaan. Tetapi kami tidak mau bernegosiasi dulu, sebelum pihak perusahaan bersedia untuk menjumpai massa. Mereka harus menyampaikan di depan massa". Aku menolak dengan penuh rasa sopan tawaran dari lelaki yang penuh wibawa itu.

Aku berharap perwakilan perusahaan bersedia memberikan penjelasan di depan kerumunan massa. Bukankah imbas yang telah ditimbulkan perusahaan berdampak bagi warga Gampong Cet Tambi secara keseluruhan. Mereka juga harus mempertanggungjawabkannya di depan warga secara keseluruhan.

***

Hari semakin siang, panas terik matahari semakin terasa. Aku kembali ke dalam barisan massa. Lelaki berbaju putih tadi kembali menuju loby perusahaan. Negosiasi sedang berlangsung antara pihak perusahaan dengan komandan pasukan pengaman. “Pak, massa tidak bersedia untuk mengutuskan perwakilannya”.

Suasana sempat hening, direktur dan manger perusahaan sesekali mengusap kepalanya. Di luar suasana semakin panas, teriakan massa terdengar semakin lantang. “Ok, beri aku waktu lima menit, setelah itu kami akan menjumpai pendemo” ungkap direktur sambil melangkah ke ruang kerjanya. Sang manager langsung mengikutinya.

***

“Saudara-saudara sekalian, perwakilan perusahaan telah bersedia untuk menjumpai kita dan sekarang mereka telah berada ditengah-tengah kita. Kita berharap semoga mereka bersedia untuk bertanggungjawab atas atas dampak yang ditimbulkan akibat keberadaan perusahaan mereka” ungkap Lia dengan suara penuh lantang.




Massa menyahuti pernyataan Lia dengan teriakan “tuntaskan… tuntaskan… tuntaskan…”

“Hari ini kita akan menuntaskan persoalan ini dengan menuntut tiga hal; Pertama perusahaan harus bersedia untuk membuat bendungan, agar ketersediaan air untuk persawahan warga mencukupi saat musim kemarau tiba. Kedua perusahaan harus bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan akibat keberadaan perusahaan. Dan Ketiga perusahaan harus mengalokasian dana CSR untuk peningkatan kapasitas pemuda dan pemudi warga Gampong Cet Tambi” Lia menambahkan orasinya dengan penuh semangat.

“Saudara-saudara sekalian, saya telah membaca tuntutan saudara semua. Pada prinsipnya kami dapat merespon ketiga tuntutan saudara. Tapi beri kami waktu untuk memformulasikan ini dengan baik” sang direktur memberikan penjelasan kepada peserta aksi.

Secara spontan warga langsung menyambut dengan teriakan penuh amarah “jangan bohongi kami lagi, kami sudah muak dengan janji-janji palsu belaka. Sekarang kami butuh kepastian, atau tutup perusahaan ini dari kampung kami”

“Mohon tenang dulu semua, ini semua butuh proses. Kami tidak mungkin menyelesaikan ini tanpa ada rapat dulu di internal” ungkap sang direktur sambil berusaha menenangkan massa. “ada tahapan-tahapan yang perlu kami lakukan, seperti kelengkapan administrasi untuk pemberian CSR, begitu juga pembangunan infrastruktur untuk penyediaan air dikala kemarau tiba. Tentu semua ini tidak bisa kami lakukan secara langsung. Kami butuh rapat dulu di internal dan harapan kami ada warga yang mewakilinya”

BERSAMBUNG
Ratapan Anak Pinggir Sungai || Episode I
Ratapan Anak Pinggir Sungai || Episode II
Ratapan Anak Pinggir Sungai || Episode III
Ratapan Anak Pinggir Sungai || Episode IV
Ratapan Anak Pinggir Sungai || Episode V
Ratapan Anak Pinggir Sungai || Episode VI
Ratapan Anak Pinggir Sungai || Episode VII
Ratapan Anak Pinggir Sungai || Episode VIII
Ratapan Anak Pinggir Sungai || Episode IX
Ratapan Anak Pinggir Sungai || Episode X

munawir91




 



Posted from my blog with SteemPress : http://adillestari.com/ratapan-anak-pinggir-sungai-episode-xi/

Sort:  

Nampaknya aku ketinggalan kereta ini. Paksa baca dari awal. 😢😢😢

Boleh, tapi pastikan dulu, jangan sampai terbuang waktu percuma nanti . . .

hehehe

Aroma berkelas semakin kentara

Komen dren memiliki makna ganda bang . . .
😂

Bek panyang2 that antena, nyoe musem angen. Bek sampe patah antena dipot ke angen meukarat teuh

Hahaha . . .
Siap Bang . . .

Inilah lagi mikir ni bang. Baca atau tidak. Wkwkwk...

Abang sih ajak bercanda.😂

Pukul 00.00 saja di baca, biar cepat tertidur . . .

hehehe

Ahaa...Akan saya baca bang @munawir91

Sepertinya pihak perusahaan sengaja mengulur-ulur waktu untuk meredam emosi para pendemo

Atau

Sepertinya @munawir91 yang sengaja mengulur-ulur waktu untuk memperpanjang cerita bersambungnya 😂😂😂

Itu memang strategi mereka, biar massa jenuh dan kelelahan.

Tapi, asumsi yang kedua lebih tepat dan sesuai . . .

😁😁😁

😁😁😁

Congratulations @munawir91! You have completed the following achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of comments

Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

To support your work, I also upvoted your post!

Do not miss the last post from @steemitboard:
SteemitBoard World Cup Contest - France vs Belgium


Participate in the SteemitBoard World Cup Contest!
Collect World Cup badges and win free SBD
Support the Gold Sponsors of the contest: @good-karma and @lukestokes


You can upvote this notification to to help all Steemit users. Learn why here!