MATA KU masih terasa ngantuk, jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Lelah masih menyelimuti tubuhku. Aku tidak ingat pukul berapa semalam tidur. Yang pasti, pukul dua dini hari aku masih terlibat dalam perdebatan yang sangat alot dengan Anwar. Sampai dengan detik ini, aku belum tahu pasti, apakah Anwar masih marah samaku atau tidak.
Perwakilan perusahaan telah memastikan jadwal pertemuan dengan kami pukul dua siang nanti di ruang meeting perusahaan. Anwar tidak mau bergabung untuk bernegosiasi dengan perwakilan perusahaan. Ia berpandangan, itu strategi perusahaan untuk menyuap aktor mobilisasi massa. Sampai dengan bubar semalam, sekitar pukul dua dini hari, Anwar masih ngotot menolak untuk bernegosiasi dengan perusahaan.
Aku berpandangan lebih sedikit moderat. Gerakan massa dibangun untuk mewujudkan meja perundingan. Bagiku, ini moment tepat untuk berunding dengan perusahaan melalui tim negosiasi. Anwar memang sangat bersikukuh pada pendiriannya. Harapanku cuma satu untuk bisa menghadirkan Anwar. Lia, Ia, Lia. Lia menjadi kunci untuk menghadirkannya.
Aku langsung bergegas bangun dari tempat tidur. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat. Selesai mandi aku langsung menggenggam handphone menghubungi Anwar. Tidak kurang dari sepuluh kali teleponan aku hubungi Anwar. Nomornya belum bisa di hubungi, Lia pun tidak mengaktifkan nomornya. Kekhawatiran ku semakin memuncak, kondisi ini membuatku semakin kesal pada diriku sendiri.
"Silahkan masuk War" sambil kubukakan pintunya. Anwar langsung masuk dan duduk di sofa rumahku.
"Baru siap mandinya" tanya Lia padaku. Aku yang masih menggunakan handuk dengan meletakkan kain dibadanku hanya mengangguk-ngangguk sambil masuk ke dalam kamar.
Setelah selesai berpakaian aku langsung ke luar sambil memegang beberapa lembar kertas di tanganku. "Ini War bahan yang telah aku siapkan untuk pertemuan nanti" sambil meletakan lembaran kertas itu di atas meja pas di depan tempat duduk Anwar. "Alhamdulillah" aku kembali bergumam dalam hati. Aku punya firasat kuat, Anwar tidak lagi memarahiku.
Rupanya, Lia selaku kekasih dan pujaan hati Anwar telah membujuknya tadi pagi. Aku harus berterima kasih sama Lia yang telah kembali menggairahkan Anwar untuk memperjuangkan hasil aksi kemarin melalui negosiasi. Langsung aku ambil kembali handphone yang terletak di meja samping TV.
Anggota tim negosiasi aku hubungi ulang satu per satu. Hasil keputusan kemarin, anggota negosiasi berjumlah sepuluh orang, yang terwakili; Geusyik (kepala desa), Sekdes, Tuha Peut (penasehat gampong), Ketua Pemuda, Aku, Anwar, Lia dan tiga orang perwakilan setiap lorong gampong.
BERSAMBUNG
munawir91
Posted from my blog with SteemPress : http://adillestari.com/ratapan-anak-pinggir-sungai-episode-xii/
Lon preh episode ke 13 beh, pajan man jitubiet, dapatkan kasetnya dibengkel terdekat,haha
siap @karimuddinn, hehehe . . .
Keren postingan nya
Makasih @imammudarifqi, saya juga sempat liat postingan imam, tidak kalah juga kerennya . . .
Awas handuknya terlepas dan jatuh @munawir91
Kasihan Lia bisa pingsan dia ✌️😱😂😂
Hahaha . . .
Tahu ajha ya @santiintan bagian mana yang perlu di ingat . . .
😂
Pusing kalau kebanyakan baca masalah politik @munawir91
😁😁
hahaha . . .
itulah @santiintan, kalau masalah itu tidak memumsingkannya ?
Kalau masalah itu tidak perlu mengerahkan massa untuk berdemo 😁
hahaha . . .
Wkwkwk
Bisa diarak massa keliling kampung ✌️ 😁
Thank you my friend, are you sure ?