Sadar atau tidak, kita sering jadi korban kata "Meuah Cakap". Bahkan tidak jarang kita ikut-ikutan menggunakan kata tersebut sebagai media balas dendam ataupun sarana mengingatkan seseorang.
Katakanlah kita merasa segan untuk memberi nasehat, kata ini cocok dipakai agar yang mendengarnya tidak marah dan merasa ini benar-benar nasehat, bukan judgment.
Ibarat anti gores, kata "meuah cakap" menjadi lapisan pelindung bagi si pengucap dari amarah si pendengar. Ibarat kata, pengucap bisa lebih leluasa menggunakan kata-kata selanjutnya asalkan sebelumnya diawali oleh kata "meuah cakap". Nah, gimana teman-teman.. Tertarik menggunakannya? Silahkan saja namun resikonya ditanggung sendiri.
Mari tak kasih contoh kasusnya guys.."Ada seorang teman yang mengeluhkan uang yang dia pinjamkan tidak kunjung dibayar", sementara kita tahu bahwa yang bersangkutan sendiri juga pernah tidak melunasi hutang lama, mungkin karena itulah si peminjam tidak lagi mau membayar, hitung-hitung sebagai pengganti hutang lama antara si pemberi dengan si penerima uang.
Spontan saja kita sebagai pendengar yang sedikit banyaknya mengetahui riwayat keduanya ingin mengingatkan,.. "Kamu pernah ngutang sama dia sebelumnya atau tidak? Pastinya kita merasa tidak enak.
Tetapi jangan khawatir, untuk memuluskan jalan, kata "meuah cakap" bisa diandalkan.."Nyoe ata ka tapeugah, jadi tapeugah laju, nyoe MEUAH CAKAP beh, droekeuh pih pernah hana kabayeu peng jih, hai nyan pengakuan droe ih bak long.
Simpel kan? Patut dicoba....
Posted from my blog with : https://rizal-sahabat.000webhostapp.com/2018/11/cakaplah-setelah-meuah-cakap