Terus terang aku sempat alergi dengan sekumpulan orang berkostum putih. Terkenal dengan kecantikan dan pesonanya, namun aku tutup mata dan telinga biar cantiknya tidak kelihatan, dan masyhur pesonanya tidak terdengarkan. Bukan karena aku takut untuk suka, dan bukan karena benci dengan keadaan, tetapi sengaja kututup semua akses informasi baru agar informasi lama kekal di dalam otakku, rupanya aku menikmati ketidaksukaanku kepada mereka.
Ya, profesi yang paling aku benci ada 2 jenisnya, (1) Baju Putih, (2) Masih rahasia.
Perawat, bidan dan lain-lain sejenisnya menurutku mereka sombong luar biasa. Dan sama sekali aku tidak senang dengan mereka dimanapun mereka berada, sebagai bukti ketidaksukaanku, sampai lulus kuliah pun aku tidak pernah punya kawan dari perawat atau bidan, kecuali 1 orang saja, sudah lupa pun siapa namanya, sebut saja "Bunga", yang kuliahnya mengambil 2 jurusan sekaligus, aktif di "Akademi Keperawatan" dan juga ikut nimbrung di "FKIP" karena kecintaannya pada profesi guru.
Alasan aku membencinya mudah saja, yaitu sama dengan alasan kalian (haters), menganggap bidan/perawat itu sombong, angkuh, sok cantik, sok kaya.
"Asai ka isok bajee puteh nyan hana cara le, sit ka di ek peunyaket sok" ( asal sudah memakai baju putih, penyakit sombonnya pasti kambuh) kira-kira begitu curhatan kami para haters dulu, tentu saja ada pengalaman-pengalaman lain yang menyebabkan penilaianku terhadap mereka semakin menguat.
Sering pula kudengar opini masyarakat diluar sana, dan mungkin saja aku terpengaruh olehnya, "Aneuk praktek hana keumah sapue, ijak meurunoe keunan" atau "gadoh ijak culok lincah u rumoh saket".
Perlu kita tahu bahwa tidak ada manusia yang langsung terlahir profesional, semua beranjak dari ketidaktahuan, dengan belajar dan pengalaman lah yang membentuk manusia menjadi profesional. Mereka melakukan praktek berbeda dengan teori praktek yang ada di otak kita, umumnya mereka sudah ada pengetahuannya, tinggal mempraktekkan langsung apa yang mereka tau di lapangan, tentu saja dibatasi oleh aturan lain sehingga mereka in sya Allah tidak akan semena-mena. Tugas kita memantau dan menjaga saja karena mereka juga manusia yang serba kekurangan, bukan sebaliknya kita bertingkah preman.
Kemudian masalah "culok lincah", itu hanya oknum yang tidak bertanggungjawab, oknum ini tidak hanya di rumah sakit, dimanapun banyak, jadi tidak semua mereka tidak bertanggungjawab, ada banyak pula yang rela berpeluh keringat dalam menjalankan tugas.
Dalam 5 tahun terakhir aku sendiri sudah pernah mengunjungi sekitar 12 rumah sakit di Aceh maupun diluar Aceh, dengan frekwensi kunjungan seluruhnya lebih dari 40 kali, sama sekali tidak kutemukan "kekurang ajaran perawat" kecuali oknum saja dan itupun tidak ada hubungannya denganku, mereka duduk santai tanpa bekerja, itu sama sekali bukan urusanku sejauh saat kusampaikan keluhan mereka juga mendengarkan dan menindaklanjuti, itu cukup bagiku. Bahkan ada banyak sekali perawat yang dari pagi sampai siang tidak pernah kulihat duduk santai, selalu sibuk melayani pasien tak kenal lelah sedikitpun. paginya ada, kemudian sorenya menghilang, malamnya dia kembali dengan tugas yang sama, tanpa henti.
Untung jalannya mondar mandir, coba kalau kita hitung lurus, mungkin dalam sehari mereka jalan kaki sejauh 5-7 kilometer. Nah, apakah kita menutup mata kepada perawat seperti ini? Saya rasa, oknum tidak jelas itu selalu ada dimana saja, dan tidak sedikit pula orang baik ada dimana mana.
Tapi semenjak punya teman kelas yang juga perawat, sedikit demi sedikit ku mulai sadar, ini orang kenapa bisa bertolakbelakang dengan persepsiku, dia normal, tidak sombong, dan sama seperti manusia lain pada umumnya dengan atau tanpa baju putih.
Seiring berjalannya waktu, berhubung aku dekat dengan dunia pendidikan, bertemu dengan orang-orang yang berseragam dinas sudah biasa, honorer dan baktier dan PNS tidak lagi asing di mataku. Rupanya, angkuh dan sombong itu juga kutemukan di dunia kedinasan yang tidak berbaju putih, aku yang dulu sempat membenci baju putih sekarang juga membenci sebagian orang yang berkostum dinas sama denganku, sama-sama bukan baju putih.
Di kantor, kalau kita kesana bukan dengan seragam dinas, salah-salah kita dianggap penjaja amal (peminta-minta) oleh oknum, artinya seragam dinas mampu merubah seseorang menjadi sedikit lebih "sok", dan ini tidak mesti dari golongan "baju putih" saja, semua oknum berseragam dinas berpotensi sama sebenarnya
Di rumah sakit, masih kutemukan juga manusia sombong namun tidak semuanya, sama seperti manusia di dinas lainnya yang ku anggap baik tapi aslinya tidak semuanya baik. Bukankah ini membuktikan sama saja keadaan keduanya, tak layak bagiku untuk membenci satu pihak sedangkan keduanya sama-sama tidak "steril" dari penyakit sombong.
Sempat juga kulihat perawat yang kena marah dari keluarga pasiennya karena mungkin faktor ketidakpahaman dan kebencian, ada yang yang memang dari sejak dirumah sudah trauma dengan perlakuan "oknum baju putih" sehingga sampai di rumah sakit yang baik pun dihajarnya. Ini didukung pula oleh ketidaktahuan akan prosedur rumah sakit, sehingga tindakan kasar langsung dilakukan, ibarat kata "benci memang sudah ada, tinggal tunggu kapan meledaknya".
Suatu hari, ada pasien yang alergi infus (atau apapun istilahnya), setelah dipasangi infus kulit pasien terasa gatal dan tumbuh ruam merah, pasien ini tergolong pasien khusus (chemoteraphy). Melihat hal ini, keluarga pasien menghubungi perawat malam itu. Tak lama kemudian, perawat mematikan cairan infus dan langsung menghubungi dokter yang menangani pasien tadi, agak lama memang, tau sendiri bagaimana rumitnya menelfon dokter di tengah malam. Untung perawat yang menelfon, kalau kita yang telfon sampai kiamat mungkin tidak diangkat.
Setengah jam kemudian, perawat tadi masuk ruangan sambil membawakan obat. Tanpa komando keluarga pasien ini langsung membentak perawat sampai dia menangis, obat ditangannya pun jatuh berhamburan di lantai.
Kasar, kupastikan kasar karena andai perawat itu diriku, mungkin aku tidak akan nangis, kalau bukan kusuruh mereka pulang, ya kuladeni saja, berantem pun hayookk..toh kita bukan memperlambat atau tidak peduli, pasien khusus seperti ini harus kita telfon dulu dokternya, baru bisa kita ambil tindakan sesuai dengan arahan dokternya, karena urusan medis adalah urusan nyawan, jika kenapa-napa nanti kita perawat lagi yang kena.
Akhirnya ku datang sebagai penengah, karena ku sudah muak dengan aksi membabi buta di rumah sakit. "Pak, mereka perawat bukan dokter, pasien bapak ini pasien khusus, tidak bisa ditangani sembarangan takut membahayakan nyawa, makanya perawat tadi menghubungi pasien, kalau kita yang hubungi mungkin sampai pagi tidak akan diangkat. Kan bapak juga tidak mau keluarga bapak ditangani asal-asalan, sebagai perawat dia juga tidak mau keluarga bapak kenapa-napa, makanya dia tunggu arahan dokter untuk kemudian diambil tindakan", dan keluarga pasien pun akhirnya tenang.
Kulihat perawat tadi menangis, begitulah keadaan perawat pada umumnya, aku tidak sedang memuji mereka semua, tapi oknum sok dan sombong itu jangankan di rumah sakit, di dayah saja banyak, apalagi di rumah sakit. Selayaknya hakimilah yang layak dihakimi, dan apresiasilah yang layak di apresiasi. Waspada silahkan, tapi jangan waspada yang membabi-buta. Tolonglah, ingat anak, saudara dan famili kita yang sedang bertugas di rumah sakit, bagaimana jika anak anak kita sudah bekerja maksimal namun tetap dibentak bentak oleh keluarga pasien yang tidak mengerti prosedur.
Posted from my blog with SteemPress : https://rizal-sahabat.000webhostapp.com/2018/07/jangan-benci-sebelum-tahu
Resiko perkerjaan menjadi perawat si marahi pasien dan keluarga pasien sudah lumrah 😀
Pdhai tesuet leubo ih bak i peremen pasien...
Nyn sit tabiat dari jaman praktek ken ka takalen. Tanyo mahasiswa ban trok ka keunong dhet, padhai golom ta lakukan tindkan sapue tapi ka awai geu serbu teuh. Hahah
Iyaa..memang hana tanafikan na oknum..dimana mana ada oknum, tapi hanjeut ta top mata cit jai persepsi urg bangai segolom geutuoh ka geuhakimi...pajan geuthee droe geuh wate bit bit tatem jima tanyo hana salah..nyan baro minta maaf
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by rizal-sahabat from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.
Watee na sinyak, bek sagai² peugah nyan Nyoe Han ka deungoe kuyue jarom bak dokoto. Nyan amanah gob bang beh.. hahaha
Hahahaha...amanah seupo nyan