Sabang adalah kota yang terletak di Pulau Weh dan merupakan pintu gerbang di kawasan ujung barat Indonesia. Karena terletak di Pulau Weh banyak orang yang menyebut Pulau Weh sebagai Pulau Sabang. Di sinilah terdapat tugu Nol Kilometer yang merupakan cikal bakal istilah, “Dari Sabang sampai Merauke”. Kita dapat menikmati alam bawah lautnya dengan menyelam untuk menemukan ratusan spesies ikan dan kekayaan terumbu karang alami yang bukan ditanam atau budidaya.
Perairan di Sabang merupakan tempat bertemunya Samudera Hindia dan Selat Malaka. Pesona Sabang menawarkan keelokan garis pantai yang indah, air laut yang biru dan bersih serta pepohonan hijau. Terdapat juga keindahan alam seperti gunung, danau, pantai, laut, serta hutannya yang masih alami dan terjaga menunggu untuk dikunjungi.
Sabang merupakan kota kecil yang indah dengan struktur tanah berbukit-bukit sehingga warga setempat menyebut kota Sabang dengan dua nama yaitu kota bawah dan kota atas. Topografinya meliputi dataran rendah, tanah bergelombang, berbukit dan bergunung, serta batu-batuan di sepanjang pantai.
Wilayah Utama Sabang
Kota Sabang terdiri dari lima pulau, yaitu Pulau Weh, Pulau Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako dan Pulau Rondo. Secara administratif, Kota Sabang terbagi menjadi dua Kecamatan, yaitu Sukakarya dan Sukajaya. Serta terbagi menjadi 18 Gampong (Desa).
Luas wilayah masing-masing pulau;
Pulau Klah (0,186 km²)
Pulau Rondo (0,650 km²)
Pulau Rubiah (0,357 km²)
Pulau Seulako (0,055 km²)
Pulau Weh (121 km²)
Sejarah Sabang
Kota Sabang sebelum Perang Dunia II adalah kota pelabuhan terpenting dibandingkan Temasek (sekarang Singapura).
Sabang telah dikenal luas sebagai pelabuhan alam bernama Kolen Station oleh pemerintah kolonial Belanda sejak tahun 1881. Pada tahun 1887, Firma Delange dibantu Sabang Haven memperoleh kewenangan menambah, membangun fasilitas dan sarana penunjang pelabuhan. Era pelabuhan bebas di Sabang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan istilah vrij haven dan dikelola Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station yang selanjutnya dikenal dengan nama Sabang Maatschaappij. Perang Dunia II ikut memengaruhi kondisi Sabang dimana pada tahun 1942 Sabang diduduki pasukanJepang, kemudian dibom pesawat Sekutu dan mengalami kerusakan fisik hingga kemudian terpaksa ditutup.
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Sabang menjadi pusat pertahanan Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat(RIS) dengan wewenang penuh dari pemerintah melalui Keputusan Menteri Pertahanan RIS Nomor 9/MP/50. Semua aset pelabuhan Sabang Maatschaappij dibeli Pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun 1965 dibentuk pemerintahanKotapraja Sabang berdasarkan UU No 10/1965 dan dirintisnya gagasan awal untuk membuka kembali sebagai Pelabuhan Bebas dan Kawasan Perdagangan Bebas.
Gagasan itu kemudian diwujudkan dan diperkuat dengan terbitnya UU No 3/1970 tentang Perdagangan Bebas Sabang dan UU No 4/1970 tentang ditetapkannya Sabang sebagai Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Dan atas alasan pembukaan Pulau Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Sabang terpaksa dimatikan berdasarkan UU No 10/1985. Kemudian pada tahun 1993 dibentuk Kerja Sama Ekonomi Regional Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang membuat Sabang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi di kawasan Asia Selatan.
A post shared by Aceh Indonesia (@wisataaceh) on Jul 18, 2018 at 7:27am PDT
Pada tahun 1997 di Pantai Gapang, Sabang, berlangsung Jambore Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) yang diprakarsai BPPT dengan fokus kajian ingin mengembangkan kembali Sabang. Disusul kemudian pada tahun 1998 Kota Sabang dan Kecamatan Pulo Aceh dijadikan sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu(KAPET) yang bersama-sama KAPET lainnya, diresmikan oleh Presiden BJ Habibie dengan Keppes No. 171 tahun 1998 pada tanggal 28 September 1998.
Era baru untuk Sabang, ketika pada tahun 2000 terjadi Pencanangan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas oleh Presiden KH. Abdurrahman Wahid di Sabang dengan diterbitkannya Inpres No. 2 tahun 2000 pada tanggal 22 Januari 2000. Dan kemudian diterbitkannya Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 2000 tanggal 1 September 2000 selanjutnya disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas danPelabuhan Bebas Sabang.
A post shared by Aceh Indonesia (@wisataaceh) on Jul 18, 2018 at 7:01am PDT
Aktivitas Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Sabang pada tahun 2002 mulai berdenyut dengan masuknya barang-barang dari luar negeri ke kawasan Sabang. Tetapi pada tahun 2004 aktivitas ini terhenti karena Aceh ditetapkan sebagai Daerah Darurat Militer.
Sabang juga mengalami Gempa dan Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004, namun karena palung-palung di Teluk Sabang yang sangat dalam mengakibatkan Sabang selamat dari tsunami. Sehingga kemudian Sabang dijadikan sebagai tempat transit udara dan laut yang membawa bantuan untuk korban tsunami di daratan Aceh. Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias menetapkan Sabang sebagai tempat transit untuk pengiriman material konstruksi dan lainnya yang akan dipergunakan di daratan Aceh.
Cara ke Sabang
Untuk mencapai pulau Sabang atau Pulau Weh anda dapat menyeberang melalui Pelabuhan Ulee Lheue (Aceh) menuju Pelabuhan Balohan (Sabang).
Tersedia dua jenis kapal yaitu kapal cepat dengan jarak tempuh sekitar 45 menit dan kapal/ferry/roro dengan jarak tempuh 2 jam. Jika anda membawa kendaraan pribadi maka pilihan anda adalah kapal Ferry.
Transportasi di Sabang
Angkot
Taksi
Becak
Sepeda motor roda 3
Hotel di Sabang
- Casanemo Beach Resort & Spa, Ie Meulee, Jl. Agussalim, Sabang
- The Pade Dive Resort, Jl. Balik Gunung, Gampong Iboih Kecamatan Suka Karya, Kota Sabang – Pulau Weh.
- Iboih Inn, Teupi Layeu, Iboih, Pulau Weh
Musim hujan lazimnya jatuh pada bulan September sampai Februari. Musim kemarau pada bulanMaret hingga bulan Agustus. Menurut hasil pengukuran Stasiun Meteorologi Sabang, curah hujan yang tercatat rata-rata 1.745-2.232 mm/tahun, dengan angka terendah pada bulan Maret sebesar 18 mm dan angka tertinggi pada bulan September sebesar 276 mm. Pada bulan September dan Oktober terjadi peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.
Bahasa Daerah di Sabang
Untuk berkomunikasi masyarakat sabang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari karena adanya perbedaan bahasa antara satu etnis dengan etnis lainnya, sehingga lama-kelamaan bagi generasi muda selanjutnya lebih terbiasa berbicara menggunakan bahasa Indonesia ketimbang bahasa daerahnya.
Objek Wisata di Sabang
- Tugu Nol Kilometer Sabang
- Pantai Iboih
- Pantai Gapang
- Air Terjun Pria Laot
- Pantai Anoi Hitam
- Pulau Rubiah
- Pantai Sumur Tiga
- Museum “Abad Kejayaan Sabang”
- Mie Sedap Sabang, Jalan Perdagangan No. 29 B
- Sate Gurita, Taman Wisata Kuliner, Sabang
- Mie Jalak, Jalan Perdagangan.
- Meski udara tidak terlalu panas, sunblock boleh menjadi salah satu pilihan yang patut dibawa.
- Jika pergi ke tempat yang agak jauh dari pedagang makanan, maka bekal juga harus disiapkan agar tidak repot harus mencari jajanan, apalagi jika harganya cukup mahal.
- Dinas Pariwisata Kota Sabang, Jl. Panglima Polem Kota Bawah Barat Sabang
- RSU Sabang, Jl. Teuku Umar, Sukakarya, Kota Sabang
Posted from my blog with SteemPress : http://wisataaceh.id/2018/07/25/tips-pergi-liburan-ke-sabang/
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://pergimulu.com/panduan-tips-pergi-liburan-ke-sabang/