Para penggemar mie Aceh, pasti tahu rasanya makanan favorit ini. Bikin ketagihan dan pingin nambah lagi. Berbuka puasa dengan menu ini, paling pas dipadu minuman kelapa muda.
Dua hari lalu, saya tergoda dengan menu mie Aceh untuk berbuka. Mampirlah saya ke warung Mie Cek Mun di Kawasan Ulee Kareng, Banda Aceh, memesan dua bungkus. Pemiliknya, Cek Mun telah menyiapkan banyak mie yang dibungkus untuk pelanggan.
Cek Mun mengaku warungnya tak pernah sepi kala Ramadan. Dia buka pukul lima sore, menyiapkan peralatan, bumbu dan perlengkapan lainnya. Mulai memasak setengah jam kemudian, pelanggan antre menunggu.
Pilihan tepat untuk berbuka adalah mie Aceh goreng, karena tak membuatnya bengkak sampai waktu berbuka. Di Banda Aceh, waktunya sekitar pukul 18.40 WIB. Kalau dipesan mie Aceh kuah maupun tumis, maka saat dimakan akan membengkak, tak nikmat lagi.
Saat berbuka di rumah, dua bungkus mie kurang untuk kami berempat; aku, istri dan dua anak. Aku mengalah, membiarkan anak-anak melahapnya lebih banyak. Mereka memang suka, sambil minum kelapa muda. Sengaja memang tak kupesan pedas, karena bisa mengganggu perut.
Menurut Cek Mun, Ramadan selalu membawa berkah meski jam bukanya terbatas. Selain diburu warga menjelang malam, warungnya juga ramai dikunjungi usai tawarih untuk makan di sana. Disantap saat panas, paling pas menunya tumis berkuah sedikit.
Mie Aceh khas di wilayah yang berjuluk Serambi Mekkah. Di Banda Aceh, gampang ditemui di mana saja. Hampir semua warung kopi punya rak penjual mie Aceh. Beberapa tempat yang direkomendasi para pecinta masakan ini selain Warung Mie Cek Mun, juga Warung Mie Razali di Peunayong, Warung Mie Midi di Peuniti. Kemudian boleh coba di Warung Cut Nun Pango, Zakir Kupi di Lampriet dan lainnya.
Makanan ini berbeda dengan mie kebanyakan dari sisi bentuknya. Bahan dasarna adalah tepung yang diolah tanpa pengawet menjadi dasar mie berwarna kuning atau disebut mie kuning. Ukurannya lebih besar dari mie lainnya, hampir mirip spaghetti dan mie hokkian dari Cina.
Rahasia mie Aceh terletak pada bumbunya yang kaya rempah. Ada cabai merah kering, bawang merah dan putih, lada, kacang tanah serta kemiri. Bumbu itu digiling halus dan berwarna merah tua. Saat memasak, kerap dicampur tauge ataupun kol dipadu irisan bawang plus kerupuk melinjo. Harganya terjangkau sekiar Rp 10.000 per porsi.
Harganya akan mahal dengan tambahan daging, udang, kepiting bahkan lobster setara dengan rasanya yang makin lezat. Menu ini dijamin tak bikin bosan, sanggup dimakan setiap hari bahkan bisa menggantikan nasi. []
Note: semua foto milik sendiri
@abuarkan
Wow awesome foot i like it foot Ummmmmmah
Satu kalimat, saya gagal diet, lihat gambar Bang @abuarkan
Hahaha, ngapain diet hajar trus.
Enak juga nih. Bisa jadi salah satu pilihan untuk berbuka. Besok coba aah.
Untung postingan nyoe malam, meunyo uroe na can goyang teuh..
awas jepitan kepitingnya... bisa berdenyut tu nanti
Waaahhh...nanti saya buka warung mie Aceh juga deh di banda aceh namanya warung mie @nyakti. Jgn lupa singgah ya @abuarkan...hehehe tapi saya tunggu pensiun dari guru dulu hehe soalnya msh lama....
dasyhat ulasannya...apalagi saya membacanya menjelang menit - menit berbuka...sungguh tersiksa..😂😂😂
wahh..... berkah ramadhan memang luar biasa....