Pada suatu sore yang sedikit lembab, di sebuah warung kopi di kawasan taman sari, aku dan beberapa teman duduk melingkari meja, di atasnya beberapa gelas kopi telah kosong, dan hanya beberapa gelas saja yang masih tersisa untuk beberapa teguk lagi.
Sudah lebih enam jam kami menghabiskan waktu untuk beberapa obrolan yang tidak penting, hingga seorang kakek dengan janggut panjang beruban mengejutkan kami. Ia memberi salam, dan seketika buyarlah konsentrasi kami pada topik pembicaraan. Kami semua menoleh dan lalu berebutan menjawab salam kakek itu seakan tak ingin terkena kutukan, dan sama sekali bukan karena agama kami memerintahkannya demikian.
Bagi kalian yang sudah membaca novel Kura-kura Berjanggut pasti mengira bahwa janggut sang kakek itu menyerupai janggut Khaidir. Andai masih berumur sepuluh tahun aku pun mengira si kakek itu jelmaan Nabi Khaidir yang bijak bestari itu. Kakek itulah yang membuat siapapun yang melingkari meja itu tak berani mengabaikan salam.
Bagi kami semua yang melingkari meja itu sudah tak lagi asing dengan wajah sang kakek. Bahkan, siapa saja yang suka nongkrong di warung kopi di Banda Aceh, aku pikir juga akan menganggapnya demikian. Dia sering kali terlihat di beberapa warung kopi dan cukup mudah untuk dikenali: kopiahnya kusam dimakan usia, baju koko serupa warna janggutnya, giginya sebagian sudah copot, dan kulitnya penuh kerutan.
Bagi kalian yang belum pernah mendengar ceramahnya, pasti mengira kakek itu seperti pengemis yang sering lalu lalang dari satu warung kopi ke warung kopi lain. Namun, percayalah kakek ini berbeda. Dibilang pengemis, dia tak pernah meminta-minta. Dibilang bukan pengemis, dia sering kali terlihat menerima pemberian uang dari pengunjung warung kopi. Di tangannya selalu ada uang pecahan seribu, dua ribu bahkan dua puluh ribu yang dipegangnya dengan sangat rapi dan kuat: uang dengan nilai nominal terkecil sengaja dibiarkan lebih mudah terlihat.
Dia biasanya tak pernah mau lama-lama berada di antara orang-orang yang duduk menyeruput kopi. Seusai memberi salam dan ada yang menjawab salamnya itu, dia pasti melempar senyum dan langsung berlalu. Jika ada yang menyodorkan uang pecahan seribu, dia menerimanya dengan senang hati. Dia akan mengucapkan Alhamdulillah dan berdoa agar si pemberi sedekah berlipat-lipat lagi rezekinya.
Siapa saja yang tidak menjawab salamnya, maka bersiap-siaplah mendengar ceramahnya yang tak putus-putusnya. Dia akan berada di situ berjam-jam dengan memarahi mereka karena tak menjawab salamnya. Dia akan memulai ceramahnya dengan menunjukkan keutamaan salam. Lalu dia menyindir orang yang tak menjawab salamnya dengan mengatakan bahwa ia bukan peminta-minta.
"Aku bukan pengemis. Aku tidak meminta rezeki dari kalian. Nikmat Tuhan lebih luas dari alam semesta," begitu biasanya dia memulai ceramahnya. Sebrengsek apapun kalian tak akan berani mengusir kakek ini dari hadapan kalian. Kapan ia berlalu dari hadapan kalian hanya dia dan TuhanNya saja yang tahu.
Karena itu, bagi yang sudah hafal dengan wajahnya, mereka cepat-cepat menjawab salam. Seakan-akan alpa menjawab salam akan membuat mereka mendapat celaka duapuluh!
Entah karena kami menjawab salamnya dengan serempak, dia memuji kami sebagai anak muda harapan pemudi. "Begitulah seharusnya pemuda Aceh, tidak meremehkan orang yang memberi salam," katanya, dan dia seperti tak ingin berlalu dengan cepat dari hadapan kami.
Dan, dia pun menceritakan sebuah kisah tentang buku batu giok. Ya, ketika itu di seluruh Aceh orang-orang larut dan menjadi pemburu batu giok. Entah darimana dia mendengar tentang buku batu giok itu. Katanya, dahulu kala orang Aceh pernah menulis buku tentang batu giok. Isinya mulai tentang asal mula giok, kelebihan giok Aceh dan Cina serta harga batu giok termahal di dunia. "Bukan batu giok di Cina, tapi batu giok Aceh yang mendapat kehormatan sebagai giok termahal di dunia," ujar kakek itu dengan bangga.
Memang, sebelum kami mendengar kisah itu dari sang kakek, orang Aceh dikejutkan dengan penemuan batu giok di pedalaman Nagan Raya, konon sebagai batu giok terbesar di dunia. Ramai diberitakan di koran, bahwa harga batu giok yang ditemukan itu senilai Rp3 miliar.
"Biasanya, ketika batu giok besar ditemukan bakal diikuti dengan terbitnya sebuah buku mahal," cerita kakek itu menyandarkan pada kisah yang pernah didengarnya sewaktu dia masih kecil.
Benar saja, beberapa bulan kemudian di Aceh terbit sebuah buku biografi seharga Rp2,8 miliar dan saking mahalnya hanya pemerintah saja yang sanggup membelinya dengan Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA).
Kami pun saling berpandangan satu sama lain, dan menanti bagaimana rupa buku yang harganya bisa untuk membangun dua masjid besar di Kabupaten!
Omen tgk Taufik, ka trep hana senggol bacok lee bak steemit 😂
Pue haba inan tgk? hana leumah beunoe bak bukber AJI lagoe? pue ka u nanggroe simeulue?
Omennn.. na bocoran judul buku jih?
Karena terbitan pomarentah barti tidak diperjualbelikan..
Hop....bek karu2, ditupue le @marabunta dijak seutot buku nyan unteuk kakakaka
Sang gata rencana cok perdana lagee buku @marabunta sit.
Cok beuleubeh keu lon.
nyan haruslah, asai na buku yang bakal trending, geutanyoe harus ureueng phon kwkwkw.
Batee diyub. Pajan taplah Lom.. ??
payah tajak u Vietnam baro juet taplah batee nyan kwkwkw
seep bereh-bereh batee.
https://steemit.com/blocktradesworldcup/@ifwadi/the-blocktrades-world-cup-or-my-selections
Ending jih kop meulempap ha ha ha. Pajan mudik u blah timu Seulawah?
bek karu-karu haha. kupreh THR dari toke dile baro ta balap kanan laju...
Congratulations You Got Upvote
& Your Content Also Will Got Curation From
@sevenfingers @steemph.antipolo @arabsteem
Teurimong geunaseh @arie.steem and the gank!
Congratulations You Got Upvote
& Your Content Also Will Got Curation From
@sevenfingers @steemph.antipolo @arabsteem
Terlepas dari kisah ini, saya jadi tahu sudut kekayaan aceh lainnya yaitu batu giok yang saya fikir hanya ada di daratan china
Terimakasih sudah berbagi bang @acehpungo
Terima kasih juga sudah mampir ya
saya pernah melihat sang kakek berdebat dengan seorang lelaki di topik. si dek gam juga ngga mau kalah. ya hanya gara2 si dek gam menjawab salam dengan volume yang rendah. wkwkwkwkwk....
Lon sigo tok keunong ceramah bak syik nyan...jinoe asai deuh gobnyan sep bagah kubri saleum kwkwkw
You received an upvote as your post was selected by the Community Support Coalition, courtesy of @sevenfingers
@arabsteem @sevenfingers @steemph.antipolo
Pengadaan buku nyan berlanjut thon nyoe, tapi kon saboh. Puluhan. Yg untong ya yg na penerbit. Makajih neupeudong laju penerbit saboh.
Tanyoe payah ta peudong penerbit dua teuh saboh...minimal ta cetak buku droe teuh hasil tulisan bak Steemit dan blog haha
Posted using Partiko Android