Kulangkahkan kakiku di lorong sekolahku dulu
Kulihat ruang kelas yang dulu telah mempertemukan ku dengan nya
tata letak meja guru dan dan lemari masih sama seperti dulu, mengingatkanku kembali dengannya sang mantan Arya
Arya sangatlah jenius, dulu aku hanya mengagumi saja karena kejeniusannya, namun perasaan mengagumi berubah menjadi cinta.
Disiang itu sewaktu istirahat, kuberanikan diriku untuk menyatakan cintaku padanya.
Mulanya aku sangat gemetaran untuk menyatakan perasaanku. Kuberanikan diriku menemuinya di perpustakan. Kulihat arya sedang menyalin tulisan dari buku paket yang dia penjam di perpustakaan.
Kuberanikan diriku duduk disampingnya. Arya menoleh ke arahku, memberikan senyuman singkat kepadaku. Lalu dia kembali lagi menulis.
Aku terus memandanginya, mulutku sama sekali tidak bisa aku gerakkan. Bahkan untuk berkata "aku" saja butuh waktu menitan.
Keringatku mulai membasahi jidatku yang tertutup dengan poniku.
"Aku cinta sama kamu" kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku.
Segera aku tutup mulutku dengan buku yang berada di depanku.
Arya tersenyum lebar. Dia memandangiku penuh makna, membuat aku salah tingkah.
Dia menutup segera bukunya, kemudian tangannya memegang tanganku.
Tak pernah aku bayangkan, dia juga berkata bahwa dia menyukaiku sejak lama. Namun dia ragu untuk mengatakan, dia takut kalau cintanya tidak aku terima.
Terharu rasanya, semenjak hari itu aku dan arya menjadi sepasang kekasih.
Sepasang kekasih terpopuler di sekolah.
Aku dan arya selalu bersama. Belajar, keperpus, kekantin, kemanapun kami bersama.
Sampai saat di hari itu, 3 tahun yang lalu.
Ada seorang anak baru bernama sofia, dia gadis yang cantik, kepintarannya sejajar dengan arya.
Aku yakin, bahwa arya adalah type cowok setia. Dia tidak akan berpaling kepada yang lain.
Sampai suatu saat, ada tugas kelompok yang yang mengharuskan mereka satu kelompok.
Sepulang sekolah, arya berpamitan kepadaku untuk mengerjakan tugas kelompoknya. Semenjak hari itu dia jarang pulang bersamaku lagi.
Tahun ajaran baru, sekarang kami kelas 12. Arya tak sekelas denganku lagi. Arya sekelas dengan sofie. Itu membuatku semakin lebih cemas. Aku takut arya semakin menjauh dariku.
Minggu demi minggu, bulan demi bulan berlalu. Kuakui hubunganku dengan arya semakin menjauh. Sekarang dia selalu penya alasan untuk tidak kekantin/keperpus/pulang bersamaku.
Sampai gosippun beredar jika hubungan arya dan sofie semakin dekat. Aku mendatangi kelas mereka, untuk memastikan kabar itu benar atau tidak. Aku melihat mereka berdua sedang mengerjakan sesuatu. Arya melihatku, dia mendekatiku.
Dia menenangkan aku, supaya tidak cemburu atau marah-marah lagi dengannya. Dia menjelaskan bahwa dia tidak ada hubungan apa-apa dengan sofie. Itu hanya sebatas mengerjakan tugas. Dia berhasil lagi menenangkan hatiku.
Seminggu sebelum ujian kami semua siswa kelas 12 mendapatkan libur satu minggu. Di hari rabu aku menelphone arya agar menemaniku membeli peralatan ujian. Sayang, arya tidak bisa menemaniku karena dia harus mengantarkan ibunya ke rumah saudaranya.
Aku pergi bersama temanku anggi. Kebetulan hari itu anggi juga ingin membeli peralatan ujian.
Kami berdua mendatangi toko buaku yang berada di daerah matraman, aku dan anggi mendapatkan barang yang kami cari. Anggi mengajakku naik kebagian novel-novel di toko buku itu.
Aku melihat dua sosok manusia yang begitu aku kenali. Aku menjatuhkan peralatan ujianku. Tak kuasa aku menahan air mataku. Terlihat di depanku arya dan sofie yang saling tertawa memainkan novel.
Mereka tidak mengetahui keberadaanku.
Aku mendekati mereka, tangan anggi menahanku. Aku tetap mendekati mereka.
Arya melihatku sekarang. Dia terdiam mematung, begitu juga sofie.
Aku mengarahkan tanganku ke pipinya, namun segera aku tahan. Aku hanya bisa menangis tersedu-sedu.
"Kita putus" kata-kata itu keluar dari mulutk. Tanpa banyak kata aku meninggalkan mereka.
Arya mencegahku pergi, dia menahan tanganku. Aku berhasil melepaskan tangannya lalu meninggalkan mereka.
Tak kusangka, arya yang aku percaya tapi dia menghianatiku.
Seolah aku tak percaya dengan semua kejadian ini. Arya yang selama ini selalu jujur padaku, kali ini dia berbohong kepadaku.
Hancur berkeping-keping hatiku. Hari rabu, kamis, jumat, aku terus memikirkan masalah itu. Membuatku tak nafsu mkn. Berkali-kali arya menelphone dan sms kepadaku, tapi tak ku respon. Arya juga mendatangi rumahku tapi aku selalu tidak mau menemuinya.
Aku berhasil menenangkan hatiku.
Hari-haripun beraalu, ujian pun telah selesai.
Arya mendatangiku ke kelasku. Aku berusaha bersikap cuek padanya. Dibelakang arya ada sofie.
"Maafkan aku, aku memang salah. Sebenarnya aku dan sofie sudah lama menjalin hubungan." Tanpa rasa dan wajah tak berdosa arya mengatakan seperti itu.
Membuat amarahku kembali. Ingin rasanya aku menampar arya dan menjambak rambut sofie. Sakit, sangat sakit hati ini.
Tapi apa daya, aku tidkk bisa memaksa arya bersama ku lagi.
Arya berlutut meminta maaf padaku. Sofie memegang tanganku, meminta maaf padaku.
Aku terdiam mematung. Aku berusaha mengikhlaskan hubungan mereka. Walau pahit rasanya, aku yakin bahwa Allah akan memberikan yang lebih baik.
"Iya," hanya kata-kata itu yang bisa keluar dari mulutku ini. Aku keluar meninggalkan mereka.
Sampai tiba pengumuman kelulusan, aku selalu menghindari mereka. Akupun pergi melanjutkan kuliahku di luar negeri.
dan dua tahun kemudian aku mengunjungi sekolahku ini. Masih sama seperti biasa, saksi-saksi bisu masih ada setelah kejadian yang lalu. Aku duduk dimana aku dulu duduk bersama dengan arya.
Aku kembali menguatkan hatiku untuk hubungan mereka berdua.
Aku mengunjungi toko buku favoritku, toko buku yang memberitahuku kebohongan arya. Aku mengitari toko buku itu, tak sengaja aku menabrak seorang gadis yang membuat buku-buku yang dia bawa jatuh berserakam di lantai. Aku sangat kaget melihat siapa yang aku tabrak. Ternyata dia sofie.
Aku berusa meninggalkan sofie, sofien mencegah tanganku sangat erat.
"Aina, aku ingin memberitahukan kamu sesuatu. Tolong jangan pergi," rangeknya padaku
"Apa kau akan memberitahu tentang hubunganmu dengan arya"
"Arya, , , sebenarnya aku dan arya tidak ada hubungan apa-apa. Arya sudah tidak ada lagi di dunia ini satu tahun lalu." Terangnya, membuat aku shock. Air mata keluar begitu saja.
"Apa maksudmu..?"
"Yah, arya sudah meninggal satu tahun lalu. Dia sengaja berbohong tentang hubungan aku dengannya. Dia kena kanker otak, dia sering bilang padaku kalau dia benar-benar sangat mencintaimu. Dia tidak mau kamu melihatnya meninggal. Dia ingin kau menjauh darinya agar tidak sedih saat dia meninggal. Dia selalu melihat fotomu setiap harinya. Bahkan sebelum dia meninggal dia memeluk fotomu. Sampai dia menutup matanya untuk selama-lamanya."
Air mataku semakin membanjiri pipiku. Lututku seakan tak mampu menopang badanku. Aku sangat menyesal tak mengetahui ini semua ini. Bahkan aku tak ada di samping orang yang menyayangiku di akhir hidupnya. Arya telah berhasil membuatku membencinya, dan dia juga berhasil membuat aku menyesal telah membencinya.
Kalau saja aku tau ini semua rekayasa arya, aku tak akan meninggalkannya.
Menyesal, sangat sangat menyesal.
Kini orang yang sangat aku cintai telah tiada lagi di dunia ini.
Hanya tersisa kenangan yang bercampur.
-the end-