Si Leman dan Steemit

in #story7 years ago (edited)

Kedai kopi bang Raman satu-satunya kedai kopi yang memiliki fasilitas Wifi di kampung kami. Letaknya di persimpangan jalan yang menghubungkan desa jeumpa dengan desa melati. Kedai kopi yang berwarna kayu usang itu telah berdiri sejak aku masih bocah. Dan kini usiaku sudah hampir berkepala empat.

Hampir tidak ada area parkir di sana,sepeda motor pelanggan berjejer di pinggir jalan menuju kampung melati dan jeumpa. Jika engkau sedang buru-buru, baiknya tidak melintasi kedai kopi Bang Raman ketika pagi, sore dan malam hari. Bisa-bisa tensimu akan menuju angka dua ratus plus.

Di sebelah utara kedai, tumbuh sebatang pohon beringin yang sangat kokoh dan rimbun. Aku tidak dapat memastikan berapa lama usia beringin yang memiliki akar eksotik seumpama rambut si nenek sihir.

Di bawah beringin tua, bang Raman membangun sebuah balai beratap rumbia dan berlantai bambu. Ukurannya berkisar antara 6x4 meter. Balai tersebut biasa disinggahi oleh tengku imum, pak geuchiek, imum chiek, dan warga kampung yang sudah berusia di atas lima puluhan tahun. Beragam kisah tentang desa terangkai di balai bambu tersebut. Mulai dari kisah si Nabon yang mengoleskan cabe ke "barangnya" Apa maun, sampai pada kisah dana desa yang tak kunjung cair.

Dari arah balai bambu tua itu, kau masih dapat mencium aroma tembakau yang terbungkus daun nipah bercampur aroma robusta ala pedalaman. Aroma alam yang mematahkan aroma rokok modern ala pemuda desa yang berkumpul di dalam warung bang Raman

Di dalam warung, bang Raman menata rapi kursi-kursi yang juga terbuat dari bambu dan meja kayu berbentuk persegi panjang. Bang Raman melapisi meja-meja yang terbuat dari kayu sembarang dengan karet bermotif bunga-bunga.

Memisahkan tempat berkumpulnya pelanggan berusia tua dengan pelanggan berusia belia terjadi begitu saja, tanpa ada perencanaan khusus dari bang Raman layaknya pemisahan laki-laki dan perempuan karna anjuran Dinas Syariat Islam. Mengalir begitu saja, semacam ada perintah qaib yang masuk ke kuping para pelanggan untuk mengambil tempat duduk sesuai usia. Mungkin suara itu adalah suara leluhur yang masih diamini hingga kini. "tidak santun yang muda menyamakan pundak dengan yang tua", begitulah pembelajaran yang sudah diyakini turun temurun.

Sebelum si Dani anak bungsu bang Raman kuliah di Kuta Radja, kedai bang Raman tidak mengenal wifi. Wifi tersebut hasil rayuan si Dani kepada ayahnya tiga bulan yang lalu. Si Dani berdalih sangat bosan di kampung karna tidak ada internet, maka si Danipun meminta bang Raman untuk memasang wifi. Menurut si Dani, selain bisa menghilangkan rasa bosan, wifi juga bisa membuat pengunjung kedai semakin ramai.

Padahal tanpa wifipun kedai bang Raman sudah ramai. Meskipun tidak ada anak muda yang betah berlama-lama di kedai. Setelah adanya wifi anak mudapun mulai betah berlam-lama di kedai. bagi si Dani hal tersebut sebuah keberhasilan, tidak demikian yang dirasakan bang Raman, bagi bang Raman, kunjungan anak muda malah membawa petaka.

"Mereka hanya minum segelas kopi, dan memakai internet 24 jam tak henti-henti, rugilah saya, si Dani mana tau apa-apa dia, yang penting
bisa internetan".

Bang Raman sebenarnya tidak faham apa itu internet, dia hanya mendengar kata-kata internet dari pelanggan dan si Dani. Apa fungsi internet bang Raman tidak pernah mau tau. Dia hanya tau bagaimana mengolah kopi menjadi ragam rasa dan bentuk.

"Tengku imum!, tadi waktu aku ke kota lhokseumawee, si wawan anak pak camat bilang, tahun ini semua pelayar steemit akan kaya raya". Si Leman ketua pemuda mengawali bincang paginya dengan tengku imum muji di kedai kopi bang Raman ditemani secangkir kopi robusta.

"Lem!, jika benar apa yang dikatakan anak pak camat itu, aku pastikan sawah-sawah akan berubah menjadi padang pasir", tgk imum Muji menanggapi omongan si Leman seraya melepaskan asap gudang garam merahnya ke udara.

Aku yang dari tadi sedang berselancar dengan steemit akhirnya terpancing dengan obrolan dua lelaki yang duduk tepat di hadapanku. Berfikir, apakah benar apa yang dikatakan si Leman, jika benar, aku harus mulai serius dengan steemit, aku harus serius demi mahar si Hamidah kekasih hati.

Tujuh hari yang lalu, tepatnya hari ke tiga awal tahun, saat aku berkunjung ke kuta radja, aku juga sempat mendengar beberapa sahabat bertanya-tanya hal ikhwal steemit. Aku rasa semua pertanyaan tersebut salah satu gejala kalau perkataan si Leman akan berwujud sebagai fenomena luar biasa di tahun 2018.

"Gam!, bukankah kau juga sering berselancar di lautan steemit? "

Si Leman membuyarkan lamunanku

"iya lem, sudah lama aku mengetahui lautan steemit, bahkan aku sudah memiliki satu tempat singgah di sana, tapi jarang juga aku berenang sampai basah kuyup seperti teman-teman yang lain, aku hanya berlayar berdasarkan arah angin".

Kau tau Gam!, tadi si Wawan bilang, Steemit saat ini laksana kembang desa yang sedang jadi rebutan, diminati oleh semua kalangan, dicari untuk dimiliki. Ada yang mau cari mahar di steemit ada yang hendak beli tanah, bayar uang kuliah beli hp dan banyak lagi. Aku mau juga main-main di steemit, tapi aku tidak bisa internet, Si Leman bicara panjang lebar, sambil sesekali mengajak teungku imum Muji membernarkan omongannya.

"Lem!, kalau mau cari dolar di steemit, kita harus telaten, konsisten,tekun. Ngak akan ada mahar kalau bersteemit seperti aku ini lem. nyeteemit itu bukan hal mudah lem, bukan cerita asal tulis terus dapat duit, tidak segampang itu lem, Jangan kau fikir mendapatkan dolar di steemit itu pekerjaan mudah lem, Tidak semudah yang dibayangkan, nyeteemit sama juga dengan bekerja di kantor, sawah, pabrik, dan di tempat lainnya. tidak ada pekerjaan yang bisa menghasilkan uang dengan mudah.berjudi saja payah, apalagi yang lain.

Kau lihat lem, bagaimana susahnya si Dani merayu bang Raman bang untuk memasang wifi di sini supaya dia bisa posting-postingan disteemit. itu baru persoalan eksternal, belum lagi persoalan internal, seperti harus posting foto dan tulisan yang berbobot, dan lain-lain. Susah lem, makanya kadang aku malas. Capek aku tulis panjang lebar tidak dikasih juga dolar untukku, kadang cuma ku kirim foto bang Raman yang yang sedang bikin kopi, malah dikasih dolar yang banyak, sepertinya keterlibatan alam qaib juga besar di steemit itu Lem". Aku mencoba memberi pemahaman semampuku kepada si Leman tentang steemit.

Lem, jika ingin sukses dalam hidup, kau harus fokus, begitu juga dengan kesuksesan di dunia steemit, harus fokus dengan steemit, dan itu bukan typikal kau. Lebih baik kau dengar saja saran teungku imum Muji, ngapain nyeetimit, lebih baik kau garap saja sawah yang sudah ada, jangan kau ikut anak muda zaman now, nanti sawah-sawah akan kering dan desa kita akan seperti padang pasir, kering tak ada yang menggarap.

Panjang lebar aku menjelaskan hal Ihkawal si steemit. Si Leman manggut-manggut, rokok di tangannya tersisa setengah, kopi robustanya sudah ludes, aku tidak tau apa makna dari manggutnya si Leman, mengertikah dia atau sekedar anggukan basa basi.

Aroma tembakau dari arah pohon beringin menyusup ke dalam kedai Bang Raman, menyentuh indra penciuman kami.

Saat si Leman hendak membuka suara ingin bertanya suatu hal, tiba-tiba sebuah sedan civic sport melintasi kedai bang Raman dengan lintasan 20 km/jam, sangat lambat, seolah sengaja pamer kemewahan di hadapan kami para pelanggan kedai bang Raman.

Di kaca bagian belakang mobil tertempel stiker dengan tulisan "steemit", di bawahnya sebaris kalimat penuh makna berwarna biru terukir rapi.

"Hasil nyangkol di Steemit".

Usai mengeja kalimat tersebut, mata si leman tak berkedip, mulutnya terbuka lebar tanpa suara. Melongo hingga sedan civic itupun menghilang dari pandangannya.

"Hasil nyangkol di steemit", si Leman mengulang kalimat tersebut.

"GAM!, sekarang juga kau bantu aku buka lapak di steemit, sekarang!, si Leman memberi perintah seraya bangkit untuk duduk lebih dekat denganku.

Belum sempat si Leman berteori panjang lebar, azan asarpun menggema, sepertinya si azan datang demi menyelamatkanku dari hawa nafsu si Leman untuk menjadi orang kaya di steemit.

"Aku ke mesjid dulu Lem, nanti kita sambung lagi hal ikhwal Steemit".

Bergegas kupacu sepeda motorku menuju mesjid, meninggalkan si Leman dengan cita-cita indahnya, "menjadi orang kaya di steemit".

IMG20170107143140-01.jpeg

Kede Karieng, 9 januari 2018

Thanka for you vote

Follow me @farahtjut