Tentang DPIA

in #story7 years ago

Perempuan makluh unik lagi menarik, berbicara tentangnya kadang bikin asyik kadang bikin geli.

Namanya juga perempuan yaa, dilebelin dengan tukang gosiplah, si cengenglah, manjalah dll yang gimana gitu yaa,,, kadang lebel-lebel tersebut bisa bikin marah, geram, kadang juga bikin pikiran melayang-layang, antara bangga, senang dan bahagia, karna perempuan juga gemar mendengar pujian seperti kebanyakan para pejabat dan orang kaya baru, harap maklum karna begitulah sifat alamiah manusia, tidak peduli siapa mereka, berjenis kelamin apa, rakyat atau penguasa.

Well, kadang ingin berkata "woman can do anything", tapi di sisi lain, fakta yang terpapar di hadapan kita malah sebaliknya, memaksa perempuan untuk jujur pada diri sendiri bahwa ternyata bukan hanya pipis di dalam botol saja yang tidak bisa dilakukan perempuan, tetapi banyak hal yang juga tidak mampu dilakukan perempuan, perempuan juga manusia biasa yang memiliki ragam keterbatasan baik keterbatasan tenaga, intelektualitas dan lain sebagainya, lebih tepatnya"perempuan bukanlah superman".

O yaa, sebelum saya menulis terlalu jauh, izinkan saya mengucapkan selamat kepada teman-teman perempuan Aceh yang telah terpilih menjadi presidium Balai Syura melalui Duek Pakat Ineng Aceh (DPIA) di Banda Aceh.

Saya juga kurang tau ini duek pakat yang ke berapa, karna saya tidak pernah terlibat sekalipun dalam acara Duek Pakat tersebut, yang saya tau hampir sama dengan masyarakat lain tau. "Acara Duek Pakat adalah acara berkumpulnya tokoh-tokoh perempuan untuk meupakat tentang segala hal ihkwal mengenai perempuan", begitulah yang saya fahami tentang Duek Pakat itu, lebih jauh saya juga tidak tau apa itu hal ikhwal mengenai perempuan, apakah hal tentang mahar, jilbab, lipstik, bedak, tas, sepatu, bumbu masak, sabun mandi, atau bisa jadi tentang asam dan pliek, wallahualam.

Hanya tokoh-tokoh perempuan yang terlibat yang mengetahui apa isi dari duek pakat, dan saya hanya melihat setiap kali duek pakat, tokoh-tokoh perempuannya berwajah sama, minin sekali wajah baru. Seorang teman pernah berkata begini "cit ureng-ureng set yang peget acara dan cit ureng set nyan yang perlee ata nyan, ya wajarlah ureng-ureng nyan yang inan'. Alasan kawan itu bagi saya 100 persen tak terbantahkan, tidak mungkin orang lain akan terlibat dalam acara yang mereka pikir tidak ada kepentingan atas diri mereka atau istilah lainnya "hana laba". Meski laba yang dimaksud itu hanya sekedar kepuasan batin.

Contohnya seperti saya, dari pada mengikuti acara tersebut lebih baik saya adee asam dan prah pliek u, karna bagi saya asam dan pliek lebih menguntungkan, apalagi di zaman now, pliek u dan asam sunti sudah menjadi komoditi yang memiliki harga saing di pasar lokal, semoga bisa merambah ke pasar nasional dan internasional, tentunya memperkenalkan pliek dan asam ke dunia international adalah bagian dari kepentingan saya selaku toke asam dan pliek, sayapun harus bisa berfikir untuk mengkampanyekan pliek dan asam melalui even-even Internasional seperti even Aceh World Solidarity atau yang lebih dikenal dengan Tsunami Cup atau meu en bola Tsunami untuk memperkenalkan aceh kepada investor.

Baiklah, mari kita kembali ke persoalan perempuan dan Duek Pakat. Jujur saya harus angkat topi jika berhadapan dengan kawan-kawan perempuan yang hampir sepanjang umurnya didedikasikan untuk kepentingan perempuan, tidak pernah bosan bicara isu perempuan, kadang juga konsisten meuharkat atas nama perempuan, ada yang konsisten mempertahankan popilaritas atas nama perempuan, dan lain sebagainya, "tabek saya untuk rekan-rekan yang terus konsisten sepanjang tahun bekerja pada isu perempuan". Jujur, saya tak akan mampu melakukan semua itu, apalagi harus bergelut dengan ureng ineng, that jra teh, bacut gasa ta pelheh narit laju meusirek dan meuhayak, "Bek meuayang ngen ureng ineng", begitulah amanah nek si nabon kepada apa seman suatu waktu.

Setelah damai Amanah nek si Nabon tersebut telah menjadi salah satu alasan saya untuk keluar dari arena yang bertemakan "perempuan", seperti terlibat dalam kelompok dan organisasi perempuan, lebih detailnya, saya memilih keluar dari aktifitas yang berkelompok-kelompok seperti organisasi perempuan khususnya dan organisasi lainnya,guna menghindar dari berbagai perdebatan dan komplik pikiran.

image

Ketika saya membaca nama-nama lama yang hadir sebagai peserta Duek Pakat, maka satu hal yang terpikir di kepala saya "di mana hasil pengkaderan yang katanya menjadi tujuan setiap organisasi perempuan?, mending seperti Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak saja, tidak ada yang berdaya minimal ada perempuan yang terselamatkan dari beberapan kasus KDRT dan sejenisnya, tak perlu bicara pengkaderan.

Saat hati belum tega melepaskan embel-embel ketokohan dan takut akan "awek rhet bak jaro generasi muda", maka stop bicara pengkaderan. Kajet ureng-ureng set manteng inan, jaga panggang bek di baplung lee mie agam.

Jadi ngilu juga saat ada teman perempuan yang terlibat aktif dalam acara duek pakat menulis di wall facebook bahwa "perempuan sudah jauh tertinggal, perlu banyak belajar untuk mengejar ketertinggalan", apa tidak aneh statemen ini?, ini penghinaaan luar biasa, kalimat ini sah saja keluar jika ditujukan kepada generasi muda, bukan tokoh-tokoh perempuan yang hadir di acara duek pakat, menye lon tokoh perempuan yang terlibat dalam acara duk pakat, kalon jok terasi ke ureng tuleh status nyan, khak.

Jika benar apa yang ditulis oleh kawan perempun tersebut bahwa "perempuan sudah jauh tertinggal dan pelu banyak belajar" maka sudah saatnya perempuan mengevaulasi diri, mencoba memilih program-program strategis yang bisa dikerjakan dengan output untuk sekali masa pergantian pengurus, misalkan mendidik perempuan untuk siap tampil di panggung politik,sehingga parpol tidak kualahan mencari perempuan yang faham politik saat musim pilkada tiba. Bek wate mekarat ka cut da-cut da minah jet ke caleg. Dan progran lain yang kesuksesannya dapat diukur secara langsung

The last saya juga ingin menyampaikan pikiran saya tentang hal yang menurut saya telah menjadikan gerakan perempuan Aceh terseret arus tsunami raya hingga tak berbekas. Meski sebagian perempuan berkeyakinan gerakan perempuan masih ada di Aceh, tapi saya pribadi meyakini sudah tidak ada, yang ada saat ini hanya perempuan pekerja sosial. Jikapun ada yang berkata pekerja sosial itu juga bagian dari gerakan perempuan, itu sah-sah saja, semua kita memiliki hak merdeka dalam mendefinisikan sebuah keyakinan layaknya keyakinan saya tentang telah punahnya gerakan perempuan aceh

Salah satu sebab kepunahan tersebut berasal dari keyakinan perempuan kalau "hanya perempuan yang bisa memahami perempuan". Saat kampanye caleg 2014 saya juga memakai jargon tersebut untuk menggalang suara, meski hati saya berkata "bukan".

Saat saya mencoba memakai logika saya tentang jargon tersebut, seketika terbantahkan dengan sebuah fakta yang Allah sajikan di hapan mahluknya yaitu "Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan, lelaki dan perempuan". Jika perempuan yang lebih memahami perempuan, kenapa harus menjadikan laki-laki sebagai pasangan hidup, kenapa tidak menikah saja dengan sesama jenis?, kenapa harus hidup dengan lelaki? yang diyakini tidak mampu memahami perempuan?,

Selanjutnya saya juga mencoba belajar dari beberapa fakta sejarah, bahwa tokoh-tokoh perempuan dunia sejak Hawa istri Asam As sampai ibu susi dan ibu risma kita hari ini bisa dikenal bukan karna mereka bicara tentang diri mereka sendiri selaku perempuan, tentang kaum perempuan, tetapi bicara semua sektor, bukan perempuan bicara perempuan,melainkan perempuam bicara laut, perempuan bicara tatanan kota, perempuam bicara keuangan, perempuan bicara air, udara dll.

Lihat saja perempuan-perempuam hebat yang diciptakan Allah untuk mendampingi para Nabi dan Rasul, adakah di antara mereka yang bicara kekhususan perempuan?

Asiah sang ratu Firun telah dibincangkan sepanjang sejarah hanya karna seorang bocah bernama musa as. Maryam ibunda Isa AS ,perempuan pilihan yang dijamin surga oleh Allah menjadi terkenal karna bicara kerasulan Isa dan berjuang menegakkan ajaran isa, bergelut dengan ulama di baitul maqdis demi kelahiran Isa, Hajar menjadi ibunda ummad muslim karna menyokong berdirinya mekah dan madinah, mendukung kesabaran ibrahim, mengajarkan kehidupan kepada ismail As, Khadijah menjadi terkenal karna berniaga bersama Rasulullah, membantu Rasul menyiarkan ajaran Islam, Aisyah RA melegenda karna menjadi perawi hadis perempuan, dan mendukung Muhammad menyiarkan ajaran islam, dan banyak sekali perempuan hebat lainnya yang dikenal sepanjang sejarah. Dan hampir keseluruhan dari mereka tidak bicara khusus tentang perempuan.

Mari belajar kehidupan dari perempuan-perempuan hebat tersebut, jangan batasi perempuan hanya untuk perempuan, seperti membatasi quota 30 persen saja untuk perempuan, tidak terlalu tepat kalau "hanya perempuan yang bisa memahami perempuan, tapi akan sangat tepat jika perempuan memahami segalanya". Huk huk huk.

"Sejarah adalah guru terbaik sepanjang masa"

Thanks For You Vote

FOLLOW ME @FARAHTJUT
Sort:  

Mantap kak

Tgk @taminsteem bek bre lee... hehehe...

Neu peugah bak ureung tuleh status bak fb nyan neu yu maen steemit mantong kak... maka perempuan Aceh akan sejahtera. Saleum meuturi

Congratulations @farahtjut! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of upvotes

Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here

If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

By upvoting this notification, you can help all Steemit users. Learn how here!