Sejak dua hari terakhir tingkah laku Fayyadh anakku yang nomor tiga berubah pendiam, tidak biasanya dia duduk termenung, bahkan sempat dua kali aku memergokinya berbicara sendiri, perubahan sikap Fayyadh menjadi perhatian kami sekeluarga, tapi Fayyadh hanya tersenyum kecut setiap kali kami menanyakan kenapa dia terlihat lesu.
Fayyadh malas maen sama si Cang
Itu yang selalu diulang-ulangnya sambil menyebut nama salah seorang taman sepermainannya.
Kemarin malam menjadi puncak dari sikap Fayyadh yang tidak biasanya.
Tengah malam aku terbangun dari tidur karena merasa ada sesuatu yang bergerak di sampingku, ku hidupkan lampu kamar, hanya ada selimut yang berantakan. Bergegas aku bangun menuju ruang belakang, Fatih anak terkecilku sedang dipipisin istriku, Fayyadh kulihat tercenung didepan pintu kamar mandi, dia kaget melihat kehadiranku.
Lalu siapa tadi yang bergerak disampingku? Gerakannya begitu nyata, seperti seseorang yang sedang merubah posisi tidur, belum habis keherananku tiba-tiba Fayyadh berjalan keruang tengah tanpa memperdulikan sapaanku, badannya tersentak-sentak seperti orang kena setrum, kekhawatiranku memuncak ketika Fayyadh berbaring didepan televisi ruang tengah, dia tidak masuk kamar seperti kebiasaannya setelah pipis.
Bi, Badan Fayyadh sakit
Fayyadh berkata sambil melihat ke arahku.
Dia menolak ketika ku ajak masuk kamar, matanya mengitari seluruh ruangan seperti mencari sesuatu, Sesuatu yang sepertinya ingin mempermainkan kesabaranku.
Baiklah! Aku siap melayani Bathinku.
Telpon si Dud, Bang
Saran istriku dengan tak henti-hentinya beristighfar. Aku tersenyum, senyum yang kupaksakan agar keluarga tidak melihat kegelisahan yang kurasakan.
Lima belas menit kemudian adikku si Dud yang paham tentang hal-hal berbau supranatural mengetuk pintu rumah, saat itu jarum jam menunjukkan pukul 02.13. Fayyadh yang masih berbaring didepan televisi bangun mendekatiku ketika melihat adikku datang.
Yang mengherankanku fayyadh tidak kesurupan atau berbicara ngawur, dia hanya terlihat lesu dan bertingkah aneh, dia berbicara normal, bukan seperti umumnya orang yang kerasukan makhluk halus.
Fayyadh menurut ketika adikku menyuruh dia berbaring di hadapannya, Badan fayyadh masih tetap tersentak, hal itu terjadi terus menerus, aku menghitungnya paling tidak 10 kali setiap menit.
Beberapa kali kulihat si Dud ikut tersentak ketika berusaha mengusap muka dan sekujur tubuh Fayyadh. Selang lima menit tiba-tiba fayyadh duduk, wajahnya ikut berubah, dia menepis ketika adikku berusaha menidurkannya kembali, Fayyadh berdiri, aku juga ikut berdiri, Wajahnya terlihat kecut, Dia melirik sekilas ke arah Kucing yang dari tadi tidur dekat kepalanya. Aneh, kucing itu pun berdiri mengikuti gerak Fayyadh, ada aura mistis yang merasuki fikiranku, ku beri isyarat pada adik dan istriku untuk membiarkan gerakan Fayyadh, perlahan dia bergerak keruang depan dengan langkah ragu, aku mengangguk ketika fayyadh melewatiku, entah kenapa aku harus mengangguk dan melarang adik dan istriku agar tidak beranjak dari tempatnya.
Ada kekuatan lain yang membuat ku membiarkan Fayyadh bergerak, ku awasi setiap langkahnya, kucing peliharaan kami terus membuntutinya. Kami saling berpandangan ketika Fayyadh berhenti didepan sepasang sepatu lusuh kesayangannya, dia lalu berjongkok dengan wajah takjub memandang sepatu yang biasa dipakainya untuk bermain, ujung sepatu yang baru dicuci tadi pagi disentuhnya dengan perlahan, selama beberapa saat matanya terus menatap sayu ke arah sepatu tersebut, lalu secara tak terduga Fayyadh berpaling ke arahku:
Yah, sipatunyoe neubi keu long jeut?
(Ayah, Sepatu ini buat saya boleh?)
Aku terhenyak, Itu bukan suara fayyadh, Fayyadh memanggil Abi untukku, bukan Ayah, suaranya begitu memelas dan penuh harap. Aku tergerak untuk mendekati fayyadh, lalu berjongkok berhadapan, seperti dua orang pria yang saling memahami, kupandangi wajahnya dengan perasaan treunyuh, dengan sepenuh hati kuraih tangannya sambil mengangguk dan tersenyum, Dia menerima uluran tanganku, Kudekatkan tubuhnya ketubuhku, mendekap dan memeluknya seperti dua orang yang sudah lama terpisah.
Dia menatapku dengan pandangan kosong, lalu perlahan meraih pundak ku dengan tangan kecilnya yang dingin, aliran darahku serasa terhenti saat dia memelukku, kubiarkan selama beberapa menit dia bersandar dibahuku dengan terus memeluknya, aku sadar sedang memeluk seorang anak kecil dari dunia lain, seseorang yang memakai raga anakku untuk meraih keinginan masa lalunya, keinginan yang mungkin tidak mampu diraih dalam kehidupan nyata di masa kecilnya.
Ada rasa hangat yang tiba-tiba bersarang dikelopak mataku.
_Ayah bloe laen yang barô jeut?_ _(Ayah beli yang baru aja ya?)_ Bisikku tertahan
Bek
(Ngak usah)
Jawabannya yang singkat dengan intonasi yang yang sulit ku gambarkan memaksaku untuk memeluknya lebih erat, dia telah menyeret perasaanku terlalu jauh ke relung kesedihan.
Aku terus memeluknya dengan perasaan sayang yang tak bisa diterjemahkan, setelah beberapa saat berlalu dengan perasaan yang berkecamuk, Dia merenggangkan pelukannya.
Lon yak woe yah beh
(Saya pulang ayah ya)
Aku semakin tak kuasa menahan keharuan, tanpa kuminta dia mohon pamit, sungguh aku masih ingin berlama-lama memeluknya, ingin sekali melihat wajahnya dalam wujud yang sesungguhnya.
Dia menjauhkan badannya dari pelukanku, kali ini lidahku benar-benar kelu, bahkan saat dia memelukku sekali lagi dengan eratnya. Tak ada yang bisa kulakukan, seiring dengan terkulainya tubuh fayyadh dalam pelukanku, kucingku mengeluarkan lengkingan aneh sambil berlari ke arah pintu depan yang telah terbuka.
Ku dekap fayyadh erat-erat sambil berjalan mengikuti arah kucingku yang berjalan keluar pekarangan rumah. Udara malam terasa semakin dingin, Sampai sesuatu menahan langkahku untuk berhenti di pintu pagar. Aku lupa untuk sekedar menanyakan siapa namanya, dia berhasil menhipnotisku untuk hanya memahami keinginannya.
Malam itu terasa begitu panjang dan melelahkan bagiku, sebuah peristiwa yang tidak bisa kulukiskan dengan kata-kata telah mengusik rasa bersalahku.
Mungkin ada ribuan anak-anak lain yang mengalami nasib serupa dengan sahabat kecil anakku, nasib yang kurang beruntung dalam kehidupan nyata, nasib tragis, ketakutan dan kehilangan kasih sayang.
Bisa jadi karena ketidak perdulian kita.
Sahabat kecil Fayyadh telah pergi tanpa perlu memakai jasa paranormal, dia hanya membutuhkan perhatian dan sedikit kasih sayang untuk pergi dari raga anakku, Sesuatu yang mungkin tidak bisa dimilikinya ketika masih hidup, karena mulut kecilnya terlalu lemah untuk menjerit.
Aku membayangkan penyiksaan terhadap anak-anak, membayangkan jeritan yang terbungkam, membayangkan jiwa-jiwa kecil yang tidak bisa mengadu, Aku membayangkan ketakutan dimata bocah-bocah yang tak punya kekuatan untuk melawan, membayangkan mereka menderita dan kesakitan, aku membayangkan tangan-tangan kecil itu gemetar kehilangan kasih sayang, tangan-tangan kecil yang tak mampu memeluk untuk mendapatkan kasih sayang, seperti tangan kecil yang memeluk leherku tadi, tanpa seorangpun yang mau perduli
Ku abaikan istri, adik dan anak-anakku yang memperhatikan kelakuan kami dari tadi, ku bawa fayyadh ke kamar dengan perasaan hampa.
Betapa jiwa-jiwa kecil yang lemah sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian orang-orang yang dikasihinya, bahkan dengan kenakalannya sekalipun.
Anak-anak adalah orang yang menyayangi kita sepenuh jiwa, kita adalah singgahan jiwa dan tumpuan harapan dalam hidupnya, tempat mereka bermanja dan berharap kasih sayang. Berjanjilah, jangan pernah membuat tubuh-tubuh kecil mereka menderita ketakutan, Karena ketakutan adalah milik kita yang mampu untuk melawan
Kubaringkan fayyadh dengan perlahan, memeluknya sampai tertidur, seperti memeluk seseorang yang tadi bergerak disampingku, seseorang yang bukan anakku
Kutaradja, 31 Januari 2018.
saya baca dari kalimat awal sampai kalimat akhir. pesannya sampai. saya begitu menikmati cerita ini. keren bang. hana lon tuduem ponten. get nyoe ngen tulisan @masriadi bunoe tentang @zainalbakri Hehehe.
Postingan yang sangat menarik dan memberikan satu alur yang sangat menyetuh semoga curator indonesia @levycore dapat melirik dan memberikan suaranya terhadap postingan-postingan yang berkualitas seperti ini ..
Salam bg.
Wah. Tulisan yang bagus sekali dan sangat menyentuh.
Terimakasih @renajuliana...
jangan lupa keripik sare,
Ini kisah nyata bang?
Beutoi Teungku @binjeeclick, mlm seulasa baroesa...
terhanyut membaca kisah ini bg @halimabe
semoga teman kecil fayyad menemukan kebahagiaannnya yang lain disana.
Berharap fayyad sehat terus
Amiinnn...
Kisah yang mengharukan. Luar biasa kedalaman narasinya....
Terimakasih gure @teukukemalfasya, kedalaman seorang pemula tak lebih dari kedangkalan seorang senior...
Semoga Fayyadh selalu sehat dan bahagia bang
Amiinnn...
Bro @halimabe memang memang sangat filisofis dalam menulis. Kalau menulis novel, akan bagus sekali.
Kapaloe, yang beutoi neupeugah Bang @ayijufridar, bek meuwayang bak ulee ate...
Merinding bacanya bg, memang hal2 gaib itu selalu ada di dunia nyata.
Iya, selalu ada dunia yang lain...
Sedih kali ceritanya
Saya pun terhipnotis ketika membaca tulisan ini
saya mau nangis bacanya... hiks...
Heheee... Mungkin karena itu kisah nyata mbak @mariska.lubis...
hi @halimabe postingan yang berkualitas ini berhasil ditemukan oleh Team kurator OCD!
Balas komentar ini jika Anda bersedia postingan ini untuk dibagikan.Dengan menyutujui hal ini,anda mendapatkan kesempatan untuk menerima reward tambahan dan salah satu gambar dari postingan ini akan kami gunakan dalam kompilasi harian kami.
Ikuti @ocd- untuk mengatahui project kami lebih lanjut dan membaca postingan berkualitas yang lainnya.
Terimakasih mbak @mariska.lubis...
Sebuah penghargaan bagi saya bila postingan ini digunakan dalam kompilasi harian @ocd...