Ada banyak alasan orang berganti-ganti domisili. Mulai dari alasan pendidikan, pekerjaan, menikah dengan orang dari lain daerah, hingga (mungkin) karena dicari-cari 'lintah darat' untuk menagih utang. Aku sendiri sudah 3 kali berganti alamat di kolom Kartu Tanda Penduduk ku. Mulai dari urusan pendidikan, pekerjaan hingga menikah (tidak termasuk alasan yang terakhir, dan semoga jangan pernah digigit lintah darat).
Aku sendiri lahir dan sekolah di Bireuen hingga SMU, kemudian aku bergeser ke kota Lhokseumawe karena kuliah disalah satu kampus disana. Untuk urusan pindah ke Lhokseumawe ini sebenarnya bukan murni karena ingin kuliah. Tapi karena ada faktor lain, yaitu konflik bersenjata yang melanda Aceh.
Saat itu, sangat beresiko anak muda tanggung, tamat SMU dan menganggur dikampung. Salah-salah saat para serdadu masuk kampung, mengumpulkan seluruh laki-laki, minimal engkau harus jalan jongkok atau 'push up'. Lebih parah bisa ditonjok dan ditendang jika ada pertanyaan yang keliru engkau jawab. Atau bahkan diangkut serdadu karena kesamaan nama dengan orang yang dicari.
Alasan itulah, sebenarnanya aku membulatkan tekad untuk kuliah. Walau sebenarnya cukup berat meninggalkan kampung. Eeh.., ralat. Sebenarnya cukup berat meninggalkan ayam-ayam jago ku di kampung. Dan benar saja, ayam-ayam jantan ku di sembelih satu persatu begitu aku pergi kuliah. Dari pada tidak ada yang urus, begitu kata ibuku.
Setelah 10 tahun lebih aku di Lhokseumawe, aku bergeser ke Banda Aceh untuk urusan pekerjaan dan akhirnya menikah. Dari proses pindah-pindah domisili (walau masih dalam satu provinsi) ini, yang membuat paling berat itu sebenarnya adalah teman. Bagaimana tidak, setiap kali pindah, engkau harus beradaptasi, mencari tempat-tempat berkumpul, mencari teman-teman baru lagi. Dan aku selalu harus melakukan itu.
Banyak teman-teman baru, yang kemudian menjadi akrab. Tapi butuh proses, tidak serta merta menjadi cocok. Mungkin saja saya merasa cocok, tapi teman baru itu yang tidak cocok dengan saya. Atau sebaliknya.
Ada banyak kerinduan kepada sahabat-sahabat lama di kota yang pernah aku bermukim. Makanya, setiap aku singgah ke kota-kota yang pernah aku tinggal, aku selalu menghubungi para sahabat itu. Setidaknya bisa ngopi bareng dan bertukar kabar sambil bernostagia cerita lama.
Maka tepat seperti yang diukir oleh Presiden Lempap saat pagelaran Nuga-Nuga di komunitas @kanotbu pada 2016 lalu. Bertemu Kawan Lama, begitu @kitablempap menamainya. Rangkulan seorang sahabat lama bisa sedikit mengobati kerinduan yang membuncah. Semoga bisa segera bertemu kalian lagi.
Layak dibaca dan perlu!
Woe...woe..woe..
Hahahahahah
ka hayak laju......
Oman gata polem ka neu adei lon hinan heuh,,,
Hambo laju,,,,
That geupap... hamboo agam...
masa muda, masa yang ber api-api @harock..
masa-masa penuh kenangan @alaffan340 :D