Perang di Bukit Mengkirai, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara pada akhir 1947, merupakan salah satu perang yang dibadikan Belanda dalam buku Limburgse Jagers No. 64 Nov. 62 halaman 1703 dan 1704. Kisahnya seperti kutipan di bawah ini.
Op 28 Oktober smaakte de 4e cie o.l.v Kapitein J Lagaune de voldoening om 4.000 kuli, die door de lanskar de Bergen in waren gredeven, te brevijden en naar Glugur Estate terug te voeren, waar zij dank zij de geode zorgen van “Team 13” van het Rode Kruis, snel de geleden ontberingen te boven kwamen. De situatie in November toende het volgende beeld.
Pada 28 Oktober kompi empat di bawah pimpinan Kapten J Lagaune dengan rasa puas telah membebaskan 4.000 orang kuli yang telah diarak laskar rakyat ke pegunungan, kemudian mengembalikannya ke Glugur Estate, di mana berkat rawatan yang baik dari “Tim 13” kesehatan mereka dapat dipulihkan kembali. Situasi pada bulan November adalah sebagai berikut.*
Tugu perjuangan di batas demarkasi Gebang, Sumatera Utara Sumber
De linker en rechter vleugel van het front Pangkalan Brandan (resp. Paluh et Darat) waren nu teruggleslagen. In het midden echter hield de vijand nog stand in Bukit Mengkirai, een grote kampoeng met ladangs, midden in de moerassen. Op 11 November werd getracht di zeer moelijk toegankelijk terrain te tuiverent. Een peloton van Luitenant Westervelde aan de westzijde niet verde kon. ‘s Middags gaf de ons toegevoegde batterij van 9 RVA artilerievuur af en rukte Luitenent Huneman op aan de westzijde, terwijl Luitenan Dehue in hinderlaag ging aan de oostzijde.
Sayap kiri dan kalan dari front Pangkalan Brandan (resp. Paluh dan Darat) telah dipukul mundur. Hanya bagian tengah musuh masih bertahan di Bukit Mengkirai, suatu kampung yang besar dengan ladang-ladang, dikelilingi oleh rawa-rawa. Pada 11 November telah diusahakan membersihkan medan yang susah dilalui ini. Satu peleton dari kompi dua di bawah pimpinan letnan Kron Kroon kandas di bagian timur menghadapi stelling-stelling yang kuat, kemudian satu peleton di bawah pimpinan Letnan Westervelde juga tidak dapat maju di bagian barat. Pada petang hari baterai 9 RVA yang diperbantukan pada kita mulai memuntahkan pelurunya dan bergeraklah Letnan Dehue membuat hinderlaag di bagian timur.
Pasukan Belanda di demarkasi Gebang Sumber
Vergezeld van Kapitein F Blaisse, die zelf als artillerie waarnemer optrad, trok Luitenan Huneman’s avonds door de moerassen, bleef overnachten op droog terrain en vuiderve de volgende morgen de kampeong. Deze actie kwan ons op drie gasneuvelden te staan. De vijand ontruimde Bukit Mengkirai voorgoed.
Dengan didampingi Kapten F Blaisse yan menjadi peninjau artileri, berangkatlah Letnan Huneman pada malam hari mengunjungi rawa-rawa itu, kemudian menginap di suatu tempat yang kering untuk kemudian pada keesokan harinya membersihkan kampung tersebut. Akibat aksi ini kita korban tiga orang tewas, musuh mengosongkan Bukit Mengkirai untuk selamanya.
Perang rawa demarkasi Gebang, Sumatera Utara Sumber
De Sergeant S Breeman en de soldaat IA te Brake werder voor hun optrende bij deze actie met de Bronzon Leeuw gedecorreerd, terwijl de inmiddels tot kapitein bevorderder R Huneman een eervolle tevredenheidsbetuigingmocht ontvangen van ZE de Legercommandant General SH Spoor. Op 1 Desember kon de bevolking hier onder millitaire besherming de rijstoogst binnen halen. Er brak toen een periode van betrekkelijke rust aan tot half Desember.
Sersan S Breeman dan serdadu IA te Brake dianugerahi bintang Bronzon Leeuw karena tindakannya dalam pertempuran ini, sedangkan R Huneman yang kemudian diangkat menjadi kapten mendapat tanda penghormatan dari Legercommandant Jendral SH Spoor. Pada 1 Desember rakyat di bawah perlindungan militer sudah dapat mengumpulkan hasil panennya. Maka mulai suatu keadaan tenang sampai pada pertengahan Desember.
Sejarah yang sangat menarik untuk di baca sebagai penambah wawasan tentang kehidupan² masa lalu. Terima kasih telah berbagi @isnorman..
Posted using Partiko Android
Benar, sejarah menjadi sangat menarik @fadhielshaqieer ketika kita mau mempelajarinya.