Hujan dan bulan.
Rumah selalu jadi tempat untuk menepi.
Namun kini hanya ada atap dan ruang yang sunyi. Tempat yang mengerikan.
Aku hanya tau sedikit kebahagiaan di dunia ini dan karenanya aku tercekik nelangsa.
Satu hal yang kupahami hanya aku yang tidak terpahat sempurna untuk bersamamu.
Aku mendapatkannya dari terpaan angin dan kamu.
Aku berbentuk seperti kelambu. Kamu harus melihat lebih teliti untuk tau apa yang bersemayam di dalamnya.
Untuk itu pintuku selalu terbuka.
Sampai akhirnya hujan tidak lagi menggenangkan lirih, aku akan tetap kosong.
Begitu kiranya aku menantikanmu. Sampai aku tak menikmati keceriaan dari pantulan pijar di penghujung tahun. Harus ada kamu. hal yang selalu kupaksakan. Aku bukan hidup untuk terus berlayar, maka jangan menghindar. Jangan habiskan aku untuk egomu karena aku takut hilang.
Sudah pukul berapa ini. jangan biarkan aku untuk tidak memiliki hari yang baru karena waktuku terhenti saat kamu pergi. baik, satu cangkir lagi. Aku rasa ini akan jadi cangkir terakhir karena tubuhku sudah mulai lelah. Saat ini aku memikirkanmu. Bagaimana telah kuberikan seluruhnya untuk kamu. cintaku yang kukorbankan karena percaya akan ada cinta yang lebih besar darimu. Memang aku menangis. Menangis karena aku tidak bisa menggantikan dia yang bertaruh untuk kamu. Aku tidak lagi bisa lari dengan apa yang ada di cangkir ini. Tubuhku sudah tidak kuat. Jadi kembalilah. Ambil bagianmu dalam yang telah diberikannya.Aku mendengar deru mobil yang terhenti. Aku segera bergegas menelisik dari sudur jendela. Setelah 15 menit kamu turun. 15 menit yang sangat menyiksa. Melenggang dalam hujan dengan gaun merah yang menawan. Kamu cantik mengenakannya. Sayang aku tidak bisa melihatnya untuk waktu yang lama. Sesekali kamu berbalik dan melambaikan tangan kemudian kamu sadar sudah saatnya kembali
“aku pulang pa.”
“cepat mandi. Nanti sakit.”
“iya ini mandi kok.”
Aku kembali meneguk. Menghela nafas yang menghilangkan kecemasanku. Aku selalu cemburu pada setiap laki-laki yang bisa menghabiskan banyak waktu denganmu. Kamu saja yang tidak tau. Atau tidak mau tau. Meski aku hanya bayangan yang usang dalam pikiranmu tapi aku selalu mengharapkanmu. Jika ada sedikit waktumu nak, Bapak juga ingin seperti lelaki tadi karena Bapak hanya punya kamu.
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://cerpenmu.com/cerpen-keluarga/ayah-11.html