Lantunan saxophone memanjakan telingaku. Gejolak hati membuat kakiku terjingkrak, tanganku bergetar, dan berairnya kedua indera penglihatanku. Sosok lelaki rupawan yang terlihat mapan terlampir di layar laptopku, hati wanita mana yang tak bergejolak melihat sosok impian sepertinya. Badan tegap, rahang kokoh, postur tubuh atletis dengan balutan jas maroon.
Sontak kuhubungi kontak akun personalnya, “kak! aku suka banget sama coveran lagu ini. gak bisa berhenti dengernya!”
Tak ada yang kuharapkan dari pesan yang kukirimkan, bahkan sebuah balasan pun tidak.
Tiba-tiba terpampang di layar ponselku
“Damian: hi genie! terimakasih yaa sudah suka :)”
God, gak mungkin, namaku disebut.Anyway guys, aku menghubunginya via aplikasi photo and video uploader yang pasti kalian tahu namanya apa.
1 tahun kemudian,
Aplikasi tersebut memunculkan fitur seperti snapchat dan memungkinkan kita melakukan akses seperti periscope. Sebagai remaja yang ingin selalu up to date, aku pun mencoba fitur serupa dengan periscope.
Damian joined
Membisu aku seketika. Terbata aku berkata. Terbelalak aku memandang.“hi kak damian…” sapaku
“hi genie,” jawabnya via text
Hingga akhir kugunakan fitur itu, Damian dengan setia menontonku. Hingga kudapatkan pesan personal darinya,
“aku baru pertama kali mantengin orang sampai habis”
“ohyaa? makasih kak sudah mau spend waktu ke live aku yang gak penting :),” balasku
“aku terhipnotis sama kamu nih”
Senangnya diriku malam itu.
Terlibatlah kami dalam perbincangan, dan berakhir dengan bertukar nomor handphone.
“aku telpon ya?” pesannya.
Pertemuan pertamaku.
Sengaja dan tidak sengaja.
Seperti mimpi dikala sadar.
Seperti sober dikala berakal.
Kami hendak menghadiri pesta ulangtahun temannya. Ia sebagai tamu dan bintang tamu. Digiring aku berkenalan. Menjadi buah perbincangan, berjuta pujian.
Sendiri ku duduk di tengah keramaian, melahap strawberry cheesecake sambil memandangi Damian memberi suguhan lantunan yang sangat merdu.
HIngga malam berganti, pesta pun berakhir.
Dengan gerakan canggung ia genggam tanganku menuju parkiran, yang kemudian merambat ke rangkulan di pinggulku. Kondisi lelahnya tak tertahankan, membuatnya tak sanggup mengendarai mobilnya. Diraihnya diriku dalam pelukan, sebagai ajakan istirahat bersama. Suara rendah berbisik mesra, mengucap kalimat “Kamu cantik, aku suka.”
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://cerpenmu.com/cerpen-romantis/setengah-mimpi-sepenuhnya-nyata.html
Upvote kembali ya mas☺️