Mewahnya Kebersamaan Pemuda Kampung Kami

in #story7 years ago

image

Kemanapun kita melangkah, kampung halaman adalah titik berangkat sekaligus arah kembali. Demikian kalimat sederhana yang sering tergiang dalam benak saya mengenai kampung halaman.

Kampung selalu istimewa dalam ingatan kolektif manusia. Dari kampung, orang-orang tumbuh sebagai manusia yang tak mengkhianati fitrahnya. Sekalipun klise, kampung tetaplah potret jujur bagaimana ke-apa-ada-nya terpampang nyata.

Sebagai seorang anak manusia, saya amat bersyukur tumbuh dan besar dari desa (gampong). Gampong, senantiasa mewakafkan dirinya sebagai tempat bermain yang asik, yang dari sana segala memori termuseum lekat dalam alam fikir. Tentang masa kecil yang riang, bagaimana impian bisa bersanding ringan saat layang-layang naik menemukan angin atas. Perihal mobil-mobilan yang terbuat dari pelepah batang rumbia, mengenai sepak bola atom yang tak beraturan; memulai kapan saja diakhiri saat azan berkumandang. Tentang sungai rasa kolam renang, perihal rabo (semacam hutan) yang bebas dieksplorasi, ada banyak binantang serta buah-buahan yang tumbuh liar dan kami bisa menikmatinya sesuka hati.

image

Seiring berjalannya waktu, saya dan teman-teman di kampung halaman telah tumbuh menjadi pemuda. Sebagai konsekuensinya, setiap kami memiliki rutinitas dan kesibukan masing-masing. Saya misalnya, merantau ke ibu kota provinsi, Banda Aceh guna kuliah. Sedangkan teman lainnya, banyak yang melanjutkan studinya di daerah. Tak sedikit yang terpaksa tak melanjutkan studi, ada banyak faktor yang melatarbelakanginya, tak elok rasanya saya sebutkan satu persatu di halaman Steemit ini.

Di antara gerombolan teman-teman, saya boleh dibilang memiliki usia termuda. Rata-rata teman saya di kampung berusia di atas saya. Mereka, kebanyakan kelahiran tahun 87 hingga 90-an. Pun demikian, tidak ada kecanggungan di antara kami. Dimana, bisa saling mengisi dan mengayomi. Sebagai yang termuda, saya tau betul bagaimana tetap menjaga adab dan tata kerama di hadapan abang-abang. Sedangkan mereka, sangat menghargai saya sekalipun relatif termuda.

Bagi saya, mereka adalah tempat belajar dengan segala sisi ilmu yang mungkin nihil saya dapatkan dalam kurikulum maupun sekolah hingga perguruan tinggi. Ilmu tentang memaknai hidup, berdamai dengan takdir, hingga bersyukur dari setiap kesempatan dan kesempitan.

image

Mereka, tak pernah minder sekalipun sekolahnya rata-rata tamatan SMA. Sebagai pekerja serabutan, seperti tukang bangunan, mengongseng kelapa, dan ragam profesi lainnya. Mereka tetap mengasapi batang cerutunya, mengasapi dapur rumah dengan membantu kedua orang tuanya. Namun, memiliki tingkat sosial di atas rata-rata.

Kemarin, saat proyek dana desa sedang mengerjakan pembangunan berupa rabat jalan beton. Setelah pembagian jatah kerja yang adil, beberapa pemuda kampung saya berinisiasi untuk mengerjakan 50 meter khusus pemuda. Harapan mereka pun disambut baik oleh aparatur gampong. Misi tersebut sengaja dijalankan agar dari keuntungan pengerjaan tersebut, pihak pemuda bisa bakar-bakar ikan dan menikmati kebersamaan.

Setelah proyek selesai, upah mereka langsung cair di hari tersebut pula. Sisa dari hasil upah tersebut lah dijadikan modal untuk meuramin, rekan-rekan saya lantas di hari yang telah disepakati bertamasya ke Krung Sawang (Sungai di Sawang).

Bagi mereka, momen tersebut sangat berarti. Para pemuda dengan tagline nama "Andeco" (Anak Desa Cot Puuk) menyemai kebersamaan sebagai modal sosial antar sesama. Dengan begitu, kekompakan para pemuda terus terawat. Hal-hal demikian, agaknya perlu dilestarikan, sebab, sebuah gampong akan maju selama setiap elemen didalamnya kompak. Terutama pihak pemuda. Karena, lagi-lagi, pemuda adalah lokomotif utama perubahan yang mampu menjadi kompas gampong ke arah yang lebih baik.

Kala momen meuramin berlangsung, terlihat jelas gurat kebahagiaan dalam bingkai kebersamaan. Para pemuda, saling membantu dalam menyiapkan sajian yang akan disantap. Di sela-sela kegiatan tersebut berlangsung, beberapa dari mereka saling bercanda. Mulai dari urusan perkejaan hingga hal-hal asmara.

image

Adalah Udin, salah satu tetua dari gembong pemuda Andeco. Udin, memiliki julukan "wartawan". Sebab, hampir setiap kehadirannya ada saja informasi ter-update yang disampaikan. Semisal, baru saja ada orang yang ie peu droep (ditangkap kasus khalwat) di desa X. Kebakaran di kecamatan Z. Si pulan baru punya anak, si pulen sudah menikah lagi.

Sontak kami saban waktu tertawa dan menimpali, andai saja ayahnya dulu men sekolah kan Udin di bidang jurnalistik, bukan tidak mungkin Udin menjadi sesosok wartawan kaliber di kancah nasional. Oya, yang paling mengelitik dari sosok Udin adalah selera humornya di atas rata-rata. Hampir setiap ia berbicara, kami terpingkal-pingkal tertawa. Udin, bagi kami memiliki image yang kuat, ia dengan pd menasbihkan dirinya sebagai pemburu janda. Dan itu fakta. Tanpa sedikitpun saya tambah kurangi.

Dari kisah kebersamaan pemuda Andeco kita belajar satu hal, bahwa kebersamaan by gampong merupakan kemewahan yang tak bisa diuangkan. Kebersamaan adalah kekayaan terbesar yang dimiliki gampong, dengan masyarakat sebagai akar rumputnya. Lebih dari itu, sosok Udin tentulah pribadi periang lagi unik, darinya kita paham, bahwa jaim yang tak jelas juntrungannya bukanlah pilihan yang bijak. Menjadi diri sendiri, sekalipun 'bocor' jauh lebih terhormat ketimbang bertopeng hanya karena takut pada nilai yang disematkan orang lain.

Akhirnya kita hanya bisa bersyukur, bahwa kampung halaman dengan semangat kebersamaan yang tinggi, serta persahabatan nan hangat telah mewarnai hampir separuh dari kehidupan kita.

image

Sort:  

Seru that. Haha

Dan mangat that!

Spesifik that jeu udin 😁