Pagi ini aku terbangun dari tidurku. Kulihat jam di dinding mengisyaratkan bahwa aku sudah telat untuk beraktivitas. Aku segera bergegas bangun dari tempat tidur, karena hari ini adalah hari pertamaku kuliah setelah sebulan lebih menghabiskan masa liburanku di rumah.
Saat aku keluar dari kamar, omelan ibuku terasa sudah tak asing lagi di telingaku. Maklum, katanya aku ini anak yang super malas mengerjakan pekerjaan rumah dan sangat rajin keluar dari rumah untuk jalan-jalan.
Selesai mandi dan mempersiapkan kebutuhan untuk kuliah, aku pun berangkat. Saat itu pukul 10:45 WIB. Rasanya hati ini tidak sabar ingin segera tiba di kampus. Betapa tidak, sudah sebulan lebih aku tak menginjakkan kaki disana.
Aku adalah Mahasiswa tingkat akhir. Sudah banyak rintangan yang telah aku lewati. Mulai dari menghadapi beberapa karakter dosen yang berbeda-beda, sampai kepada mata kuliahnya yang super ribet.
Dan akhirnya aku tiba di kampus tujuanku. Terasa sepi, senyap dan juga beda dari hari biasanya. Akhirnya aku sadar, hari ini adalah hari pertama kuliah, tidak seperti hari biasa lainnya, hari ini merupakan hari mahasiswa kembali harus melakukan rutinitasnya, yang mau tidak mau harus mereka lakukan. Seperti aku, keseringan tidur kembali saat selesai melaksanakan salat subuh dan bangun kesiangan pada pagi harinya. Dan kini aktivitas ku yang dulu kembali harus kulakukan, yaitu bangun pagi dan harus kuliah.
Berhubung ini masih dalam suasana lebaran, aku berniat masuk ke dalam Biro tempat dimana dosen-dosen aku bersemanyam. Aku berniat untuk bersalaman dengan mereka. Dan setelah itu aku lakukan, maka aku pun mulai gundah, tidak tau harus kemana. Ditambah lagi tidak ada kawan sejawat di kampus, mungkin mereka masih tenggelam dengan kebiasaan mereka selama 30 hari berpuasa, atau mungkin mereka memang tau kalau hari ini tidak akan ada orang di kampus, begitu banyak pertanyaan yang muncul di benakku ini.
Dan aku pun memutuskan, aku harus mencari warung kopi untuk melampiaskan kekecewaanku hari ini. Aku pun memilih mengirim pesan kepada kawanku melalui WhatsApp untuk duduk ngopi di salah satu warkop di daerahku. Dan akupun langsung bergegas menuju warkop yang telah kami sepakati dengan harapan bisa menikmati akses internet dengan sebebasnya menggunakan WIFi warkop tersebut. Sialnya tiba aku disana, WIFi di warkop itu tidak seperti yang diharapkan, bahkan jauh dari kata memuaskan. Aku telah memutuskan untuk memesan minuman di warkop tersebut. Kawanku itu belum tiba juga. Setelah menunggu beberapa menit, berharap WIFi tersebut bisa ikut mengerti akan kekecewaanku padanya hari ini. Namun apa yang diharapkan tidak juga kesampaian.
Akupun memutuskan untuk beranjak pergi ke warkop lain, aku mengirim pesan pada kawanku tadi bahwa aku menunggu dia di tempat lain. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 12:40 WIB, akupun kini sudah berada di warkop lainnya yang WIFi dan juga pelayanannya dapat memuaskan aku. Sembari menunggu kawanku tiba, aku memutuskan untuk menonton Youtube dan mengakses apa saja yang dapat membuat aku terhibur.
Dan seiring berjalannya waktu, aku pun teringat dan ingin menulis. Karena sudah seminggu lebih aku tidak menulis di salah satu media yang aku punya yaitu Steemit.
Akupun menulis, sembari menulis aku juga berbincang dengan kawanku. Pembicaraan kami pun tak terbatas, mulai dari aktivitas kami selama puasa hingga rencana aktivitas kami untuk kedepannya. Namun tiba-tiba, tulisan aku terhenti, karena aku baru teringat kalau aku harus menghadiri acara pesta di rumah keluarga abang sepupuku hari ini, aku pun memutuskan untuk izin sebentar pada kawanku untuk pergi ke pesta tempat abang sepupuku itu.
Singkat cerita, aku pun kembali lagi ke warkop dimana aku dan kawanku tadi duduk ngopi. Aku pun melanjutkan lagi tulisanku. Aku bermaksud ingin memposting tulisan aku ini di salah satu media menulisku yaitu Steemit. Sempat berpikir, tulisanku ini mungkin kurang layak untuk aku posting di Steemit, karena ini merupakan bukan gaya tulisan yang biasanya aku buat. Tulisan ini aku buat terisnspirasi oleh salah satu guru menulis yang baru saja mengisi kelas menulisku kemarin sore, yaitu Bang Alijullah Hasan Yusuf, penulis buku ”Penumpang Gelap”. Aku tertarik dengan penggunaan kata dan penempatan seorang penulis dalam sebuah cerita yang beliau buat. Aku biasanya tidak menggunakan kata “Aku” dalam menulis, biasanya aku menggunakan kata “saya” yang aku anggap lebih sopan dan formal untuk didengar dan dibaca. Tetapi hari ini aku ingin terlihat berbeda dan ingin mencari pengalaman yang baru dalam tulisanku.
Dan sampai saat tulisan ini aku buat, aku masih berada di warkop bersama kawanku.
Salam KSI
Ikuti kata hati tapi merubah dari kata saya menjadi aku pun butuh waktu😊
Iya betul itu kak, agak berat rasanya 😁
Untuk permulaan meniru saja, biar terbetuk karakter sndri lama2.
Mantap noval
Iya sipp bang.
Makasih sarannya bg
Teruslah menulis
Sma2 nopal
Okay siap bang