Saat menghadiri acara penganugerahan gelar Doctor Honoris Causa (DR.HC) kepada Adnan Ganto dari Universitas Syiah Kuala, 9 Januari 2018 lalu, ada hal yang mengganjal dalam benak saya. Ketika Ketua Senat UNSYIAH, Prof. Dr. Said Muhammad, MA membacakan sambutannya, tepat pada menit ke 6, Said Muhammad terhenti tiba-tiba, malah menyeka air mata. Tanda haru yang dalam. Beliau membaca kalimat ini... "Mungkin saya tidak akan berdiri disini pada hari ini, bila saya tidak mendapatkan beasiswa dari Mobil Oil tahun 1986 untuk Program Master Degree saya di Vanderbilt University di Amerika Serikat, sekiranya bapak Adnan Ganto tidak mempertemukan pihak Mobil Oil Indonesia dengan Bapak Gubernur Aceh Prof. Dr. Ibrahim Hasan dan Bapak Rektor Unsyiah Prof. Dr. Abdullah Ali di Singapore".
Saya memahami perasaan Sa'id Muhammad, pasti beliau terharu mengenang nasib dosen zaman itu, yang jarang sekali mendapatkan beasiswa. Saya dan Said Muhammad tergolong satu generasi, seangkatan masuk sebagai dosen Unsyiah, awal 1980an. Tamat S1 dari USU, masuk sebagai calon dosen di FK Unsyiah (yang akan segera dibentuk), saya bersama Zaki Mubarak (DR., Drg., MS) dan Istanul Badiri (DR., Dr., MS) dikirim ke Unair di Surabaya untuk pendidikan Magister. Kami dibiayai dengan dana yang bersumber dari pemerintah Aceh. Setelah pulang, tahun 1984, sampai kemudian saya ikut pendidikan Doktor di USM Penang, saya tidak pernah dengar ada beasiswa dari Mobil Oil.
Karena Said Muhammad menyebut nama Adnan Ganto, sebagai salah satu yang dianggap berjasa, terbersit rasa ingin tahu. Beberapa kali kesempatan saya tanya Adnan tentang hal ini, tidak pernah dilayani. Suatu hari, akhir Oktober lalu, saat ngopi, santai, dan bertukar informasi terkini, kami (saya, Adnan, dan beberapa teman lainnya) juga menyinggung kemajuan SDM Unsyiah. Tanpa sengaja muncul pembicaraan tentang beasiswa itu.
Tahun 1985 sd 1991, oleh Morgan Bank Ltd, Adnan (umur 36-42 tahun) ditugaskan di Singapore sebagai Director Investment Banking.
Suatu hari Adnan menerima telpon dari Dirutnya di New York..." Adnan, pekan depan CEO Mobil Oil USA akan singgah di Singapore, saya minta mereka berkesempatan bertemu kamu"...., lalu Adnan bertanya, "untuk apa bertemu saya, mereka bukan wilayah kerja saya"... "Karena kamu orang Aceh, proyek besar mereka di Indonesia saat ini kan di kampung Adnan" kata bosnya.
Singkat cerita, Adnan berkomunikasi dengan Mr AE Murray (Chairman & CEO Mobil Oil Pusat) dan berjanji untuk bertemu sambil makan malam. Satu hari menjelang makan malam itu, Adnan menerima telpon dari Gubernur Aceh, Ibrahim Hasan. "Deunan (begitulah panggilan akrab Ibrahim Hasan untuk Adnan Ganto) loen ngon Rektor Unsyiah na di Singapora, singoh ta pajoh bu malam beh".... Adnan menjawab " Han jeut bang, loen na janji ngon bos Mobil Oil, na awak nyan di sinoe"...... Mendengar ada bos Mobil Oil mau bertemu Adnan, Gubernur Ibrahim Hasan tambah semangat untuk bisa ikut makan malam bersama. Adnan kemudian menelpon AE Murray, memberi tahu tentang Gubernur Aceh sedang berada di Singapura, menanyakan apakah boleh bergabung dalam acara makan malam besok? AE Murray menjawab "dengan senang hati, merupakan sebuah kehormatan bagi Mobil Oil bisa bertemu Gubernur Aceh".....
Begitulah, acara makan malam yang santai itu di hadiri oleh Prof Ibrahim Hasan, Prof Abdullah Ali, Mr AE Murray (Chairman & CEO Mobil Oil Pusat di USA), Mr HK Acord (President Mobil Oil Indonesia) dan Adnan Ganto. Ada dua orang lain, HM Sati, pengusaha Aceh di Medan dan Mr Bill Mason (mantan Presiden Mobil Oil Indonesia). Dalam suasana santai dan rileks itu, Ibrahim Hasan yang duduk sebelah kiri Adnan berbisik "Deunan, tulong peugah siat, Unsyiah peureule beasiswa program Doktor meu siploh droe"... Adnan menjawab "Neu peugah keu droe neuh bang"... "Bek, Deunan mantong peugah, droe keuh basa Inggris got, keurija pih bak awak Amerika, leubeh jie deungoe".... desak Ibrahim Hasan.
Akhirnya Adnan ungkapkan... "Mr AE Murray, Gubernur minta Mobil Oil bersedia membantu beasiswa seratus orang dosen Unsyiah untuk program Master dan Doktor"..... belum habis Adnan bicara, Ibrahim Hasan menginjak sepatu Adnan dengan keras.. "Peu han jeut basa Aceh, siploh droe, koen sireutoh".... Adnan menjawab "Neu iem bang, nyoe urosan loen"......
Begitulah, pihak Mobil menyambut baik dan akan membicarakannya di kantor pusat Mobil, di Amerika. Adnan mendesak agar diputuskan malam itu juga... "Mr Murray, tim anda lengkap, saya minta diputuskan sekarang, disini"...
Murray menyambut, lalu meminta semua koleganya untuk berunding, mereka bergeser ke meja lain beberapa menit. Saat bergabung kembali, Murray mengatakan "Pak Gubernur, kami sepakat membantu Unsyiah, tapi tidak bisa untuk seratus orang, kami setuju hanya untuk enam puluh orang, sixty percent"...... Meluap kegembiraan Ibrahim Hasan dan Abdullah Ali.
Adnan selalu ingat kata-kata Ibrahim Hasan saat mereka berpisah..."cara beurundeng droukeuh lagei awak Yahudi Deunan".
Saya tanya Adnan, ini sebuah kerja besar dan signifikan pada waktu itu, kenapa relatif tidak ada yang tahu bang? "Farhan, saya orang Bank, karakter kami, bekerja dan mengetahui banyak, tetapi tidak boleh bercerita banyak" ungkap Adnan Ganto.
Dikutip dari tulisan Farhan