Berbondong-bondong pengunjung turun dari kenderaannya, ada yang berpakaian putih, bergamis, bersorban, membawa kitab yasin, Alquran, bahkan membawa rantang-rantang makanan. Mereka datang dari berbagai daerah, dan berbagai usia. Kebanyakan adalah paruh baya. Bahkan sebagian dari mereka -- ada pula anak-anak kecil -- yang dengan cerianya berlarian sembari berteriak antusias dan kegirangan mengikuti orang tuanya.
Mereka adalah para pengunjung makam.
Di sini -- tepatnya di daerah Meugo, Aceh Barat -- terdapat makam salah seorang pahlawan besar Aceh, yang hingga kini dikenal dengan aksi heroiknya dalam menghadapi penjajahan Belanda. Pahlawan Aceh yang paling disegani dan ditakuti oleh musuh pada masanya dulu.
Teukoe Oemar Djohan Pahlawan (red - Teuku Umar), namanya sudah tidak asing diketahui oleh orang-orang. Di dalam sejarah bangsa ini, nama beliau juga termasuk ke dalam catatan kisah golongan pahlawan hebat perjuangan bangsa. Kisah kehidupan beliau, perjuangannya, dan pengorbanan terpatri di dalam sejarah perjuangan orang-orang terdahulu -- yang layak untuk melekat di benak bangsa -- terlebih lagi masyarakat Aceh.
Saat ini, beliau sudah beristirahat dengan tenang di peraduannya.
Awalnya, tidak banyak yang tau lokasi tempat peristirahatannya. Lokasinya jauh dari pusat Kota Meulaboh, kira-kira lebih satu jam perjalanan. Jalanannya sudah beraspal memang, tapi masih sangat sempit dan perbaikan di sana-sini. Kadang-kadang truk pembawa pasir dari arah berlawanan menghadang jalan, sehingga kendaraan harus menyerempet ke pinggiran jalan. Jalanan begitu ramai.
Lokasi makamnya bukan di pinggiran jalan. Tentu saja tidak mungkin ditemukan begitu saja di lokasi yang mudah dijangkau. Apalagi jika kita menelisik sejarah kehidupan beliau sebelumnya, yang hingga wafat pun tetap dikejar jasadnya oleh serdadu Belanda. Musuhnya.
Kami harus masuk jauh ke dalam, menuju kaki bukit ke arah hutan yang bahkan tidak ditinggali oleh orang-orang. Beruntung, saat ini jalanan sudah terbuka dan beraspal. Tidak seperti dulu yang katanya hanya berupa jalan setapak, dan mendaki kaki bukit yang terjal.
Perjalanan kemudian harus dilanjutkan dengan berjalan kaki. Tidak mungkin kami berkendara untuk menjangkau lebih dekat tempat pemakaman beliau. Ada dua jalur yang disediakan di sini, jalur awal yang mendaki dan jalur baru yang lebih ringkas tanpa harus bersusah payah mendakinya.
Di sini, kita disambut dengan suasana alam yang masih begitu syahdunya.
Hanya ada beberapa fasilitas bangunan untuk tempat beristirahatnya pengunjung seperti balai, musalla, dan beberapa toilet. Tidak ada yang berjualan, layaknya tempat-tempat wisata.
Makam itu ada di tempat yang paling tinggi.
Beberapa kali kami harus menaiki anak-anak tangga di beberapa tingkatan, yang dibuat terpisah-pisah agar memudahkan kami untuk mendakinya. Makam itu kami temukan di area yang terpisah dari bangunan lainnya. Ada tepat di kaki bukit, dekat sebuah parit yang sudah agak tertutup dengan dedaunan hutan. Terlindung oleh rindangnya pepohonan.
Di sana orang-orang berzikir.
Orang-orang berdoa.
Orang-orang menyelesaikan hajad dari nazarnya.
Orang-orang melakukan hal-hal Lainnya yang dianggapnya sesuai dengan apa yang diyakininya.
Saya hanya mengamati keadaan dengan sebegitu tertariknya, bahwa seperti inilah tempat peristirahatan terakhir pahlawan besar kita. Jauh dari pusat keramaian. Jauh dari pengejaran Belanda, musuhnya, musuh kita dahulu.
Sejarah Singkat
Lantas, mengapa di sini tempatnya?
"Ada begitu banyak catatan sejarah tentang kisah beliau yang sudah tersebar ke seluruh Indonesia, bahkan di luar negeri. Namun tetap ada perbedaan versi dari cerita yang tertulis dengan kisah yang diomongkan secara lisan oleh para tetua. Namun pada intinya, kisah perjuangan Teuku Umar ini punya maksud yang tak lain adalah...ingin menunjukkan bahwa ada harapan beliau terhadap kemajuan anak bangsanya. Agar cucu penerusnya kelak dapat hidup dengan damai dalam kondisi yang merdeka." -- kata Teungku Meurah Hasan, sang penjaga makam.
Teuku Umar berjuang dalam tiga periode besar, pada usia yang begitu muda, yaitu 19 tahun. Pertama, periode melawan Belanda. Kedua, periode menyerahkan diri dan bekerja sama dengan Belanda sebagai taktik untuk mengumpulkan senjata. Dan ketiga, periode melawan kembali penjajah Belanda sehingga dikejar-kejar dan kemudian syahid.
Laki-laki yang lahir pada tahun 1854, adalah sosok yang sangat unik. Beliau adalah satu-satunya pahlawan yang ketika itu berjuang melawan, sekaligus membangun kerja sama dengan pihak musuh. Pikirannya sulit ditebak. Sehingga dapat mengelabui musuh.
Di bawah kendalinya lah, Aceh, sulit untuk dikuasai oleh Belanda. Tidak pernah Belanda dapat benar-benar menguasai daerah-daerah di Aceh karena keteguhan perjuangan Teuku Umar dan pasukannya.
Tepatnya pada bulan Ramadhan atau 11 Februari 1899, ketika orang-orang selesai sahur, di usianya yang ke-45, Teuku Umar akhirnya gugur syahid di tangan Belanda. Peluru emas bersarang di dada kiri dan usus besarnya. Beliau jatuh tersungkur oleh tembakan musuhnya -- karena suatu pengkhianatan-- di pantai Pasir Putih, Desa Ujung Kalak, Meulaboh. Dalam perjalanan beliau untuk berperang melawan musuhnya.
Jasadnya dibawa oleh rekan-rekannya menuju Rantoe Panyang, dikebumikan di samping makam ibundanya. Beberapa waktu kemudian, oleh beberapa rekannya dipindahkan ke desa lainnya sampai delapan bulan lamanya. Hingga kemudian oleh beberapa rekannya di antaranya, jasad Teuku Umar dipindahkan ke Meugo. Tempat terakhir yang menjadi makamnya, sampai saat ini.
Perpindahan makam ini tak lain dilakukan agar menghindari niat buruk Belanda untuk membawa tubuh beliau, dan aroma pengkhianatan.
Tubuhnya tidak cacat dan beraroma harum, meskipun sudah dalam waktu yang lama. Begitu lah seorang pahlawan, dijaga jasadnya agar tidak disewenang-wenangkan oleh musuhnya. Dijaga sebagai seorang yang syahid membela bangsa dan agamanya.
Semoga kisah inspiratif pahlawan kita, Teuku Umar, dapat menjadi pendorong lahirnya sosok Teuku Umar masa kini. Pembela bangsa, agama, dan pantang menyerah.
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by putrimaulina90 from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.
Sangat luar biasa dari perjuangan teuku umar ya buk @putrimaulina90, sangat banyak hal yang bisa di ambil dan dijadikan pembelajaran bagi kita semuanya.
Iya Pak. Makanya, semoga sekarang ada penerus semangat Teuku Umar. Kalau ga, malu kita sama pejuang yang sudah bertaruh nyawa. 😄
Aamiin, insyaallah harus ada dan terus mengikuti jejak terbaik dari beliau