Ada yang mati di selokan. Bau anyir darah dan busuknya tumpukan sampah di aliran hitam air limbah, menguarkan aroma memuakan yang mencemari indra penciuman. Membuat beberapa orang muntah setelah mual tidak tertahankan.
Dari kerumunan manusia yang ditarik oleh rasa penasaran, tidak satu pun kepala yang berinisiatif untuk bergerak memindahkan si mayat ke tempat yang lebih beradab. Bukan di selokan mampet tersumpal tumpukan sampah.
Ambulan datang setelah lama berselang. Petugas berbaju putih sigap menceburkan diri ke dalam selokan demi mengangkut mayat yang teronggok penuh borok.
Kor jeritan serentak menjalari penonton di sepanjang selokan, disebabkan kepala mayat terkulai lepas begitu badannya hendak dipindahkan ke tandu di pinggir jalan. Menggelinding hampir hilang di dalam sampahan.
Polisi datang tanya kejadian demi petunjuk akan penemuan mayat di selokan. Saksi yang lewat, penduduk sekitar, hingga Mang Yanto pemilik warung kelontong tak jauh dari selokan tempat mayat tergeletak.
Polisi heran dengan kesaksian yang disampaikan para saksi mata, karena mayat yang busuk di selokan adalah korban kecelakaan tunggal. Pengendara motor yang terkulai jatuh masuk ke saluran pembuangan.
Ganjil kata ahli forensik, karena onggokan mayat telah membusuk seakan sudah lama tak bernyawa. Terurai cepat menjadi bangkai.
Diawali dari Mang Yanto di suatu pagi. Pria paruh baya beristri dua itu jatuh terkapar dengan mulut bermuncratan darah saat sedang membuka warung. Dia mati tanpa sempat dibawa ke rumah sakit setempat.
Selang sehari kemudian, dua mayat diketemukan terkapar dengan mulut memuntahkan darah. Berlanjut dan berlipat ganda korban dengan gejala serupa. Tanpa pandang usia dan jabatan. Semua mati susul-menyusul bermandi darah dengan kondisi mayat yang selekasnya membusuk jadi bangkai.
Epidemi tak terbendung membabat nyawa manusia yang tertular bibit virus misterius. Mengeliminasi lebih dari setengah populasi penduduk di kota, yang masih terus bertambah dan meluas begitu cepat.
Gelimpangan mayat yang teronggok di jalan bukan lagi pemandangan tabu setelah lama virus tersebar. Maklum, karena jumlah paramedis timpang jauh dari mayat yang harus diangkut. Pun untuk dikuburkan juga sulit, karena penjaga makam lebih memilih kabur mengungsi sebelum terjangkit penyakit tak terobati itu.
Semua kabur sejauh-jauhnya demi hindari mati, tetapi sayang maut lebih cepat membabat nyawa manusia, bahkan sebelum mereka sadar ajal telah datang.
Lebih dari setengah populasi dunia telah teronggok jadi mayat. Tersisa beberapa yang kemudian dikumpulkan bersama oleh satu kekuasaan.
Membangun masyarakat dunia demi kembali dari kepunahan umat manusia. Menyusun lagi peradaban dari dasar demi mendaki ke puncak seperti sebelumnya.
Virus misterius telah hilang dengan bayaran banyak korban jiwa. Dikubur dalam sebagai lembaran kelam sejarah dunia. Dipendam mati, bersama fakta akan sumber bencana yang kini tertawa puas di singgasana kekuasaan satu dunia.
Re-Kun
Bandar Lampung, 9 Agustus 2018
Congratulations @re-kun! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking