Salah satu pengalaman yang sangat saya irindukan ketika masih anak anak adalah menemani Abusyik (kakek) saya memasang perangkap ikan. Perangkap ikan ini bernama “bubee” yaitu perangkap ikan tradisional yang dibuat dengan bambu dan dianyam berbentuk bulat dan panjang dan didalamnya terdapat ruang ruang untuk dimasuki ikan.
Biasanya saya selepas pulang ngaji saya dengan Abusyik langsung mempersiapkan bubee, didalam bubee kami menaruh umpan biasanya kami kasih kelapa yang sudah kami bakar, “pliek u” dan terkadang kami taruh daging, hasil tangkapan kami beragam terkadang ikan gabus, lele dan juga udang.
Menjelang magrip kami ke sungai dan memasang bubee tersebut, cara pasang bubee adalah mulut bubee nya ke arah aliran sungai dan pangkalnya mengadap aliran sungai, karena sistem bubee ini menjebak ikan yang sedang melawan arus air. Bubee biasanya dipasang dipinggir sngai dan di beri pemberat sehingga bnar benar terletak di dasar sungai dan dikaitkan biar tidak dibawa arus.
Paginya sebelum kesekolah sembari mandi disungai kami mengangkat bubee tersebut, dan biasanya kami mendapatkan ikan gabus dan udang.
Begitulah rutinitas setiap hari…..
Thank you for taking part in this months #culturevulture challenge. Good Luck.
Untong ken pengalaman bubee dua jab . Hehehehee..
Nyan surah laen lom.... Hehhee
Yupss.. bubee. Saya masih ingat akan alat tradisional ini. Terima kasih bang sudah mengingatkan kembali salah satu alat mata pencaharian tradisional di Aceh.