Hello para Stemians sejati dimanapun anda glong pacak pada hari ini !
Kemarin saya telah membahas tentang "Asal-usul julukan "Adeunan". Tentu sedikit banyak nya dari kita sudah mengetahui asal-usul atau awal mula dari julukan "Adeunan". Didalam satu sisi, saya merasa sangat senang dan puas, karena telah mengurangi sedikit rasa penasaran atau telah menguak sedikit misteri tentang julukan "Adeunan" yang sudah lama menjadi bola kaca yang belum terpecahkan, dan akhirnya bola kaca itu sekarang sudah terpecahkan.
Nah, mungkin walaupun begitu, tidak banyak bahkan bisa dikatakan tidak ada yang tau selain @amekbarli dan @gulistan, yang bahwasanya, seorang "Adeunan", dulunya pernah bergelantungan hidup dengan memungut atau mengumpulkan barang bekas atau yang sering kita sebut dengan kata "Pileh atom". Bagaimana, sungguh terharu bukan ? Penasaran ingin membaca lebih dalam lagi mengenai adeunan ?
Oke, langsung kita mulai saja !
Nama ku adalah Adeunan, pada saat aku masih duduk di bangku kelas empat SD, bisa dibilang aku adalah sosok seorang murid yang amat sangat bandel, disekolah, aku selalu menjaili teman-teman sekelas ku, bahkan berkelahi sekalipun. Ocehan dan marahan guru terhadap perlakuan ku seakan angin berlalu di telinga ku, tak seorang pun yang aku takuti di sekolah, bahkan kepala sekolah sekalipun.
Dan ada seorang guru yang paling ku benci pada saat itu, mengapa tidak ! Beliau selalu bertingkah seenaknya kepadaku, beliau seenaknya membentakku, kapanpun ia mau, dimanapun ia mau, dan guru itu bernama "suryani", aku menyebut nya dengan sebutan "tenaga surya" itu sebutan benci ku terhadapnya.
Tapi semenjak @gulistan menjadi guru PMP disekolah ku dan @amekbarli menjadi manteri favorit ku, semua itu berubah seketika, layak nya lima power ranger yang berubah saat menghadapi musuhnya yang telah siap menyerang. Mereka banyak sekali mengajariku tentang bagaimana cara berbakti kepada guru, berbuat baik kepada guru, dan bagaiman cara menghargai tentang apa yang telah diberikan oleh guru untuk ku.
Semenjak itulah, spontan kepribadian ku berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya, yang dulunya suka jail kepada teman, kini teman adalah segalanya, dulunya kemarahan guru lewat bagaikan angin di telingaku, sekarang seolah-olah ada magnet yang melekat ditelinga ku dan kemudian disaring untuk di cerna, ku buang yang buruknya, dan ku ambil hikmahya.
Lambat laun, saya telah menjadi sosok murid yang berbakti kepada guru, rajin belajar dan patuh kepada tugas-tugas yang diberikan. Hingga pada suatu hari, datanglah berita ditelinga ku yang bahwasanya satu bulan lagi akan diadakan lomba cerdas cermat di sekolah tetangga. Aku ingin sekali ikut lomba itu, apapun caranya aku harus ikut lomba itu, dan salah satu mata pelajaran yang di perlombakan ialah, aqidah akhlak, itu adalah pelajaran favoritku setelah aku berubah.
Waktu perlombaan semakin dekat, sedangkan diriku tak mempunyai buku untuk belajar, pinjam ? Itu hal yang tak mungkin kulakukan, aku ini tipikal orang yang pemalu, beli ? Aku tak punya uang, aku berasal dari keluarga yang tak ada. Sehingga pada suatu hari, otak ku terus berfikir, kemana arah yang harus ku tuju, apa yang harua ku lakukan agar aku bisa mendapatkan uang untuk membeli buku Aqidah akhlak itu.
Otakku mulai lemas, fikiran ku mulai pusing, aku pulang kerumah. Pada saat aku dalam perjalanan pulang, kakiku seakan menyentuh sebuah benda, tidak keras, tidak juga lentur seperti agar-agar, dan ternyata benda itu ialah sebuah botol plastik bekas.
Sejenak akau berfikir, kenapa aku tidak mencari botol atau plastik bekas saja, kemudian bisa aku jual, dan aku mendapatkan uang tanpa harus meminta sama siapapun ? Dan pada akhirnya, kedua sudut bibirku tiba-tiba bergerak ke arah kiri dan kanan, aku tersenyum sambil berlari pulang kerumah untuk mengambil sebuah karung yang nantinya akan ku isi dengan botol-botol plastik bekas.
Jam terus berjalan, menit pun terus bertambah, keringat mulai bercucuran, aku dengan semangatnya terus mengumpulkan plastik-plastik bekas. Dan pada akhirnya karung pun sudah terisi penuh dengan botol dan plastik bekas, aku pun menjualnya. Allhamdulillah, uang yang kudapat cukup untuk membeli satu buku Aqidah akhlak. Pada saat itulah aku terus belajar.
Hingga suatu hari, hari perlombaan itupun tiba, dan aku dengan sedikit rasa gugup mengikuti lomba itu. Pertanyaan demi pertanyaan ku jawab, keringat ketegangan mulai keluar, air liur pun seakan menjadi jus pada saat itu. Hingga sampailah pada pertanyaan terakhir, dimana pertanyaan itu akan menentukan siapa yang akan menjadi pemenangnya, singakat cerita, dann pada akhirnya, aku pun menang. Sungguh wajah keceriaan tampak dimuka ku.
Dan begitulah pengorbanan ku "pileh atom" demi membeli satu buku Aqidah akhlak untuk bisa mengikuti lomba cerdas cermat tersebut.
Terimasih telah membaca cerita yang tak begitu penting untu dibaca ini, namun harus di baca. Sekian, wassalam.
Salam "Adeunan"
Luar biasaaaa ... Mantap
Epic, heroic, dan sebagainya