Riuh manusia berkoak-koak tak berirama
Hitam tubuhnya gagak kepala nya
Jendela terbuka disambut pagi yang merah,
Entah sudah berapa lama aku tak ingat
Kucoba mengingat tapi tetap tak mampu.
Pikiran dan mataku tertuju pada riuh manusia gagak
Pagi itu banyak mayat tak dikenal berserakan di sawah
Mana yang membuat riuh, aku juga kurang mengerti karena sawah itu membuatku bergidik ngeri
Sawah itu amis, padi nya tumbuh melawan matahari . hitam bulirnya
Aku mengendap setelah kurapalkan beberapa bait doa yang entah pada siapa kupinta.
Tapi aneh !!!
Tak ada ngeri
Tak ada jijik
Ku merasa sawah hitam amis dan mayat-mayat berserakan itu adalah sahabat
Bahkan jauh jauh jauh lebih dekat !
Kuhampiri dan Kudekati hingga tercium jelas busuk jasadnya
Dompet beberapa dari mayat-mayat itu diambil dengan hati-hati,
Mungkin hanya sebuah kebetulan
mereka yang melihat juga letakan pada saku belakang, tak begitu dalam
Aku sigap membantu petugas bermasker hantu, seperti pada lab-lab megah. Takut terkontaminasi, begitu ujarnya.
Kudekati jasad seorang wanita paruh baya, begitu cantik dan berkharisma bahkan setelah maut mengambil nyawanya. Wajahnya begitu damai,
Setengah abad lalu mungkin ia adalah Primadona,
wangi menyeruak diantara kedua pangkal pahanya
Mungkin,
korban pemerkosaan brutal tengik !!! Batinku, siapa yang tega melakukanya.
Kurogoh dengan pelan dan lembut sepenuh jiwa
Hampir ereksi dibuatnya
Lalu kuambil kartu namanya, agak buram memang namun jelas dapat kubaca
Pertiwi. Lahir 1940-an.
Berpindah pada jasad 2 pemuda di dekatnya, agak ke kiri disisi depan
Cukup tampan sebenarnya dengan rambut ikal dan perawakan tegap
Tak perlu berlembut, pikirku.
Lusuh kartu nama itu, pasti tak pernah dirawat
Nama : Kea Dilan
Lahir : Antah berantah
Satunya lagi
Nama : Moral
Lahir : Antah berantah
Mungkin mereka bersaudara, ah tapi biarlah. Aku penasaran dengan jasad-jasad lainya. Nama mereka seperti membawa ingatan ini pada jejak masa lalu.
Aku mengalami De Javu,
aku yakin kau juga pasti pernah mendengar nama itu.
Kubolak-balik daging tak bernyawa itu. Kumenerawang jauh. Seingatku nama-nama mereka adalah
Subur,
Cinta,
Bijaksana,
Beberapa aku lupa, tetapi yang paling kuingat adalah mayat seorang lelaki tua kurus tak terurus, didekat jalur irigasi sebelah pematang sawah
Mungkin dulunya ia begitu kuat dan disegani
Oh ya,
Aku juga sedikit ingat air irigasi itu baunya anyir mungkin karena air nya mengalir bersama kesombongan
Kembali pada lelaki tua kurus,
Kubolak-balik tak ada rasa jijik
Mataku terbelalak saat kulihat kartu namanya
Balutan rindu seperti melayang tanpa arah
Sejenak kuingat-ingat.
Sepertinya aku pernah mengenalnya
Nama : T U H A N
the end.