Ini kisah nyata bukan berdasarkan. Nama dan tempat bukan fiktif belaka.
Pelaksana MURI sudah sepatutnya memberi penghargaan untuk kota Matangglumpangdua. Bukan untuk jajanan pengisi perut yang sudah duluan terkenal itu. Bukan pula menabalkan kota yang paling tidak patuh aturan lalu lintas, kendati memang itu kenyataannya. Tapi ini juga tidak jauh-jauh dari perempatan di tengah kota. Penghargaan itu adalah rekor panjang nyala lampu merah tanpa berkedip berganti kuning dan hijau sepanjang malam. Yang saya yakini tak terjadi di tempat lain. Tentu rekor itu makin gemilang sebab membikin pengguna jalan akan tabah maksimal, menunggu lampu merah yang tak kunjung berganti warna.
Entah sejak kapan fenomena kesalahan teknis itu bermula. Suatu malam sekira pukul sembilan, saya sedang menikmati kopi di warung dekat lampu merah ketika dikejutkan teriakan, "Langsung jalan, lampu merah tak akan berganti hijau, sampai kiamat!” Kata-kata bernada level tinggi itu untuk sopir truk yang berhenti tepat di bawah lampu merah seberang jalan. Si sopir yang tampak setengah kebingungan lantas ragu-ragu melajukan truknya pelan-pelan. Sekonyong-konyong saya bertanya pada pemuda yang berteriak itu. Kebetulan ia pedagang mie di warung tempat saya ngopi. "Pak Cek benar lampu merah itu nyala terus?" Di belakang rak dagangannya ia menimpali, "Nyo han kapatéh kakalön keudro keuh."
Setelah kuperhatikan secara saksama salah satu lampu merah yang tertancap di bibir jalan, tanpa memalingkan pandangan sekira dua menit, bisa jadi lebih. Benar sama sekali itu penanda diam saja di nyala merah. Bahkan di enam tiang sekaligus, pada empat penjuru. Orang-orang di warung kemudian mengira-ngira sebab kesalahan. Ada yang mengatakan memang kekacauan sistem, semisal ada kabel yang ngadat. Ada juga sampai pada taraf yang aneh. Akibat murkanya lampu merah karena tak ada yang mematuhinya siang dan malam. Si lampu merah kadung kesal lalu protes pada pengguna jalan dengan cara membekap nyala kuning dan hijau.
Siang hari esoknya, gejala lampu merah semalam tidak menunjukkan keanehan. Lampu lalu lintas bekerja dengan benar sebagaimana mestinya. Pengguna jalan juga berlagak biasanya. Sebiasa menerobos suka-suka kendati ada yang patuh satu dua. Malam datang lagi, perhatian saya masih kitaran tanda perempatan. Kejadian malam sebelumnya, tidak terjadi lagi. Lampu merah sudah baikan, ia sudi berbagi warna. Entah karena sudah ada yang lapor kemudian diperbaiki, saya tidak tahu betul. Hari-hari dan malam-malam selanjutnya saya tidak mengetahui secara benar, apakah lampu merah masih sempat ngambek atau tidak. Saya sudah meluncur ke Banda Aceh.
Beberapa bulan kemudian saya pulang dari Kutaraja. Pada suatu malam, ritual ngopi seperti biasa saya tujukan di warung dekat si lampu merah. Warkop Peusangan yang terletak persis di pojok persimpangan itu memang sudah menjadi langganan. Setiba di sana, saya duduk semeja bersama kawan-kawan yang sudah akrab sejak belia. Di tengah obrolan seorang kawan berteriak ke seberang dimana lampu merah sedang menyala, "Jalan saja lampu tak akan hijau. Jalan terus!" Spontan saya berpaling ke arah sana. Sebuah angkutan minibus sedang berdiam diri. Di belakangnya ada beberapa mobil pribadi lainnya. Si merah ngulah lagi, batin saya. Saat minibus mulai melaju dengan ragu-ragu, lampu merah secara mengejutkan berpindah ke hijau. Saya tercekat. Loh kok!
Kawan saya yang berteriak tadi menelan ludah. Jakunnya bergerak. Ia masygul lantas cengengesan. "Seharusnya kau pastikan dulu, jangan asal teriak, memalukan!" Seorang kawan lainnya angkat suara. Secara tak terduga ternyata penanda jalan berfungsi selayaknya. Setelah kejadian janggal itu tak ada yang ambil urusan seputar persimpangan, sepanjang malam itu. Lampu merah pantas merasa senang. Tingkahnya yang tidak jelas sebelumnya berhasil menjadi senjata mengelabui para pelaku lalu lintas. Jika punya kendali atas dirinya barangkali ia bakal melakukan selebrasi, berkedip-kedip macam lampu disko.
Suatu kali pada Rabu malam. Seperti biasa, saya menjalankan jadwal ngopi di warung yang sama dengan kawan-kawan yang sama pula. Kebetulan lewat mobil sedan patroli PJR yang berhenti di lampu merah yang penyakitnya sedang kambuh. Melihat mobil polisi yang lewat, kami hanya diam saja. Tak ada teriakan sandi morse. Sengaja agar polisi mampus terjebak lama-lama. Yang kami prediksi tidak tepat. Hanya sebentar, seperti sudah mafhum sedan patroli PJR tanpa ragu menancap gas menerobos lampu merah. Mereka tahu, seperti umumnya larut malam yang sepi seharusnya lampu kuning yang berkedip tanpa putus. Di kota sate malah menyetel lampu merah.
Tak berselang lama setelahnya, berhenti lagi dua mobil yang bersanding di jalur yang sama tepat di bawah lampu merah. Duanya-duanya bertipe pick up, yang satu tertulis patroli polisi. Pak Cek kembali menyilakan lanjut jalan dari seberang. Meski paham apa yang diteriakkan Pak Cek. Keduanya tetap bergeming, seolah patuh aturan. Sopir Pick up yang bukan polisi, merasa seperti tidak elok menerobos karena ada polisi di sampingnya. Lampu masih merah dan akan tetap begitu. Pak Cek mengulang kembali teriakannya. Sopir Pick up yang bukan polisi kemudian dengan ragu-ragu melaju meninggalkan mobil patroli polisi yang masih tak bergerak. Mobil-mobil lain yang kebetulan lewat langsung tancap gas tanpa peduli ada mobil polisi.
Melihat sikap heroik mobil patroli polisi yang sudah masuk jebakan lampu merah. Kami berkonspirasi mengompori dengan teriakan dari seberang. Seorang teman bereaksi “Lampu merah woi, patuhi dong!” Lalu ada yang menimpali, “Tunggu saja pak, sampai pagi!”. Kami tertawa bersama. Ternyata ada perasaan yang puas setelah berhasil mencandai aparat negara. Terimakasih lampu merah, batin saya. Tak lama kemudian, mungkin karena sadar mengetahui lampu merah tak bakalan hijau. Pick up patroli polisi melaju pelan. Kami mengira langsung tancap gas. Siapa nyana malah berbelok menepi keluar dari badan jalan. Seketika kami merasa tidak enak hati, terduga mereka tersinggung dengan teriakan kami. Di seberang, Pick up patroli polisi hanya ambil parkir saja. Tak ada yang keluar dari mobil. Tak juga memutar arah menuju Warkop Peusangan, seperti yang kami perkirakan jika benar mereka terhasut kata-kata kami. Yang terjadi selanjutnya, tak lama, pick up patroli polisi berlalu lurus ke arah barat. Lampu masih saja menyala merah.
Malam selanjutnya lampu merah mengulah lagi. Belum ada tanda-tanda bakal diperbaiki. Yang berwenang juga tak ambil peduli. Boleh jadi karena belum ada peristiwa yang menyayat hati semisal ada orang yang ketiban kecelakaan berat, akibat si lampu merah yang memang berulah khusus di malam hari itu. Paling banter hanya membuat para sopir dilanda kebingungan dan melatih kesabaran menanti lampu hijau. Macam sopir aparat negara yang heroik. Termasuk siapa saja yang lewat larut malam dan tidak tahu ada yang tak beres dengan lampu merah di perempatan kota sate. Kalau sudah nyangkut, Pak Cek penjual mie dengan murah hati berbagi informasi dengan berteriak sekuat tenaga. Sepertinya Pak Cek yang lebih pantas mendapat rekor MURI atas usahanya menyelamatkan emosi pengendara yang bisa jadi pecah menjadi umpatan besar sebab hal sepele. Habis waktu dan kesabaran karena menunggu lampu berhenti yang tak kunjung jalan.
Hahai...
Layak di usulkan untuk rekor muri tahun ini. "Pak cek juru kunci lampu merah". Haha
Nyo na rekom droneuh bagah di apruv nyan, haha
hijau kanan, merah kekriri
Biru ke laut. Hehe
hahaha laut jangka
Hana pernah jelas sit lampu lalu lintas matang nyan bg. tapi sep jet ke hiburan malam ureung roeneuh :D
Hehe. Hiburan malam.
yalah. hiburan malam pih tan :D
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by zeds from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.
Hahahaha, lucu ni ceritanya. Saya terhibur baca ini. 😂
Sila tertawa bagaimana baiknya. hahaha
Tarik napaaasss... dalaaammm... lepaskan perlahan.
Wuuusaaahhh...
latihan pernapasan bang? haha
Hahahahahaha... Betul. Biar darah nggak cepat naik ke ubun-ubun.