Jadi selama saya di Bali ngurusin kerjaan, saya kerja dan tinggal di rumah seorang teman yg asli Jawa dan beristrikan orang Bali. Saya cukup akrab dengan tempat ini. Dan sudah lama juga ngerjain kerjaan di tempat ini. Kali ini saya cukup lama di sini, sdh dua bulanan. Tempat ini berupa sebuah rumah kecil yang bagian belakangnya dijadikan kamar2 kost. Ada 4 kamar. Dan kami biasanya bekerja membuat maket di sepanjang teras/lorong dari kamar2 tsb. Kebetulan saat ini kamar2 itu hanya terisi satu, lainnya kosong. Nah seringkali kami bekerja hingga kira2 pukul 10 malam, bertiga. Kira2 2 minggu lalu, saya bekerja sendirian hingga sekitar pukul 00.30 an. Saat ini Bali sedang dingin2nya, jadi saya bekerja sambil duduk di alas yg hangat dan mengenakan jaket saya. Saya berada di teras kamar kedua. Kamar pertama bersentuhan langsung dengan tembok lahan sebelah yang berupa pabrik kosong yg sdh lama ditinggalkan. Sebagian kecil lahannya kini dimanfaatkan utk RPH khususnya ayam potong. Jadi bisa dibayangkan aura semriwing dari sebelah plus bau2 anyir darah ayam potong yg tersisa. Kombinasi yang sempurna kan.
Lagi asyik motong2 kertas, dari kamar pertama tercium bau khas. Bau yg saya kenal. Tak lama, ada sebentuk energi (saya gak lihat, tapi terasa keberadaannya) yang keluar dari kamar pertama itu lalu bergerak di sepanjang teras kamar2, melewati saya hingga ke ujung lorong di gambar di bawah ini, lalu menghilang menembus tembok yg ada itu.
Saya tak melihatnya, tapi saya tahu bahwa sosoknya adalah seorang nenek berusia sekitar 80-90 an, rambutnya putih panjang dengan tatapan rada judes. Bagaimana saya tahu? Karena saya pernah melihatnya, sekitar 10-9 tahun yang lalu, dan ia berdiri di dinding ujung itu, sambil menatap saya. Saat itu saya tak berani bercerita pada siapapun.
Nah 3 hari lalu baru saya tahu cerita lengkap tentang nenek ini. Jadi dulunya di tahun 70an, rumah sebelah kiri, rumah ini dan pabrik kosong di sebelah kanan ini adalah satu lahan besar yg dimiliki oleh keluarga besar si nenek ini. Masih berupa kebun kelapa. Dan si nenek memilih tinggal di satu gubuk kecil di lahan ini, di area yg sekarang jadi pabrik itu, sendirian. Suatu hari saat si nenek sedang mondar mandir memeriksa kebunnya, ada satu tangkai daun kelapa yang jatuh dan tepat mengenai atas dahi si nenek dgn posisi vertikal. Mungkin juga menancap di kepala si nenek, yang langsung meninggal. Dan malangnya, jenazahnya baru diketemukan beberapa hari kemudian, karena ia tinggal sendirian di situ dan tak ada kerabatnya yang menyadari kematiannya. Menyedihkan.
Dan itulah mengapa hingga kini, si nenek masih suka berkeliaran di rumah sebelah, rumah ini dan pabrik kosong di sebelah. Ia masih selalu menganggap rumah2 ini masih lahan miliknya dan masih suka berkeliling memeriksa kebun kelapa yg sdh lama tak ada lagi.
Dari mana saya tahu cerita ini?
Teman yg punya rumah ini, partner kerja saya, kebetulan seorang indigo. Dan dia menceritakan ini pada saya, setelah saya kasih tahu dia tentang peristiwa 2 minggu lalu itu, saat saya berjumpa lagi dgn si nenek.