Siang itu seperti biasanya, kami mengumpulkan data perpustakaan sekolah yang kami kunjungi, di ujung sekolah terletak ruang perpustakaan, dengan mengucapkan salam kami masuk ke ruang perpustakaan yang lumayan tertata rapi dan terjaga kebersihannya, setelah bersalaman saya mulai bertanya tentang koleksi, jumlah pengunjung, pengelolaan dan lain-lain teknis perpustakaan.
Awalnya dijawab dgn lugas sambil petugas tersebut membuka-buka buku induk koleksi, kemudian petugas tersebut mulai bercerita bahwa dia sudah 10 tahun bekerja di sekolah itu hanya sebagai tenaga bakti yang mendapat honor 150rb per-bulan, miris hati saya mendengarnya, tiba-tiba petugas itu mencucurkan airmata sampai begitu derasnya, saya yang duduk dihadapannya tidak mampu lagi berkata-kata, sempat terjadi kebisuan diantara kami, hanya suara tangis petugas tersebut yang terdengar tersedu-sedu. Dapat saya pahami betapa pedih derita yang ditanggungnya karena airmata tidak bisa menipu kepiluan hati seorang petugas perpustakaan yang menyedihkan, mungkin ini hanya satu dari sekian banyak petugas atau penjaga perpustakaan yang bernasib sama seperti dia, bagaimana mungkin bisa maju literasi jika yang mengelolanya tidak dihargai?
Saya merasa ditampar karena setiap bulan menerima gaji yang cukup lumayan walaupun dipotong pinjaman ke bank, tapi sudah jelas ada yang diterima setiap bulannya, lihatlah petugas perpustakaan ini setiap hari masuk kerja, setelah mengajar juga diberikan beban mengelola perpustakaan hanya mendapatkan upah bisa dibilang sangat-sangat kecil yang diterima 6 bulan sekali dan sudah berlangsung selama 10 tahun, ya Allah saya hanya dapat berkata dalam hati andaikan saya dalam posisi dia sanggupkah saya menjalankannya? memang langkah rekeki dari Allah tapi apakah tidak ada hal yang dapat dilakukan terhadap kondisi ini? siapakah yang berwenang menyelesaikannya? Apakah negara ini belum merdeka sampai bisa terjadi seperti ini?????