Bang Sabiran sejak pagi sudah menunggu di KL Sentral. Kami berangkat dari Damansara dengan menumpang Taksi, padahal bisa saja naik bus dari terminal Damansara ke KL Sentral. KL Sentral adalah stasiun pusat di Kuala Lumpur. Jika kamu tersesat, naik saja kereta yang berakhir ke KL Sentral dan arahkan seseorang yang kamu kenal ke sana.
Hari ini kami ingin menghabiskan masa kunjungan ke Malaysia dengan berkunjung ke Putra Jaya. Kami memesan tiket return dengan tanggal kepulangan tersisa satu hari lagi. Besok sore kami harus balik ke Banda Aceh. Sesampai di KL Sentral, Bang Sabiran langsung mengirim pesan bahwa dia berdiri di depan kaunter McDonnals di samping tempat pembelian tiket KTM Komuter. Tidak susah menemukan wajah Bang Sabiran. Gaya berpakaiannya selalu saja begitu. Bawahan celana kain dan atasan baju kemeja lengan pendek kadang sekali-kali memakai baju koko. Bang Sabiran memakai kacamata kecil dengan sesekali membenarkan rambut lurusnya.
Setelah menemukannya, kami langsung memesan tiket KLIA Transit. Kereta api yang singgah di Terminal Putra ini termasuk salah satu kereta api cepat. Saat kedua kali berkunjung ke Putra Jaya bersama Miss Yet dan rombongan, kami menuju Putra Jaya menggunakan bus.
Tidak banyak penumpang yang ada di dalam KLIA Transit. Inilah kenapa perjalanan ke Putra Jaya terasa sangat nyaman. Dengan jarak yang jauh, durasi kita berada dalam kereta pun lama. Memandang keluar jendela sambil merenungkan sesuatu adalah sebuah masa yang indah bagi saya. Saya memilih untuk duduk sendiri di salah satu kursi yang menhadap ke depan. Perjalanan bukan soal tujuan, tapi proses ketika kita melaluinya.
Setelah lama merenung, tampak Terminal Putra Jaya dari jarak sekitar lima puluh meter. Artinya, renungan sudah bisa diakhiri, hehe. Kami menyambung transportasi ke Putra Jaya dari Terminal Putra Jaya menggunakan bus. Memang ini satu-satunya trasnportasi bila kita ingin ke Mesjid Putra dan sekitarnya dari Terminal Putra Jaya.
Bang Say menghampiri saya. Dia menunjuk ke arah mesin penjual minuman. Kemudian kami memeriksa kantong masing-masing, apakah masih ada duit sen. Bang Say menemukan banyak koin dalam saku celananya. Dia menuju mesin penjual dan membeli empat kaleng Sarang Burung.
Di dalam bus saya kembali menikmati pemandangan rumah-rumah rendah di sepanjang jalan Putra Jaya. Ini merupakan tempat tinggal pejabat eksekutif dan legislatif Malaysia. Suasana sangat aman dan damai. Saya berkhayal jika suatu saat bisa tinggal di sini saja. Tidur akan sangat nyenyak pastinya. Saya selalu memimpikan kehidupan yang nyaman dan bahagia.
Tidak ada yang spesial dari Putra Jaya ini bagi saya selain dari berada di dalam bus dan memandang pemandangan yang damai dari jendela. Boleh juga jika kita duduk santai di taman-taman yang disediakan. Tempat ini jauh dari riuh suara kendaraan, sangat damai.
Ketika kami masuk ke Mesjid Putra, penjaga yang berpakaian melayu langsung menghapiri kami. Mereka rupanya tahu benar topi yang kami pakai.
Dari Acheh?
Mereka kemudian terlibat obrolan panjang lebar dengan Bang Ajir dan Bang Say sebelum akhirnya mengabadikan selembar foto tepat di depan pintu masuk ke dalam mesjid. Setelah melaksanakan shalat zuhur, kami pergi berkeliling Putra Jaya dengan berjalan kaki. Jika masalah jalan-jalan, mama adalah orang yang paling kuat. Meski sudah tua, beliau masih sanggup berjalan kaki dari Chow Kit ke KLCC dengan memotong ke sky walk di Raja Chulan. Mama juga tidak lupa membawa botol minuman untuk di isi dengan air mineral yang tersedia di jalanan di Putra Jaya. Bagi kita mungkin itu hal yang biasa saja, tapi bagi beliau itu adalah kebahagiaan sampai-sampai beliau minta di foto untuk menampakkannya kepada kawan-kawannya di kampung nanti.
Tinggal beberapa jam lagi kami berada di Malaysia. Besok jadwal pesawat tertera di tiket adalah pukul 14.15. Namun, sesuatu terjadi saat Bang Ajir mencoba untuk membeli bagasi di web airasia.com. Jadwal keberangkatan berubah menjadi pagi. Kami semua mulai bingung. Jarak antara Damansara - KLIA sangat jauh untuk ditempuh dengan transportasi umum juga taksi. Kakak memastikan sekali lagi berita Bang Ajir. Tapi memang benar adanya.
Bersambung
Kamu bisa baca kembali Chapter 1, Chapter 2, Chapter 3, Chapter 4, Chapter 5, Chapter 6, Chapter 7, Chapter 8, Chapter 9, Chapter 10, Chapter 11
Istiqamah mengenalkan budaya bangsa sendiri... Salut broo....
Terima kasih bg Yaisar. Ini merupakan bagian dari misi kami untuk mengenalkan budaya Aceh
Hari sakit kenapa itu?pardon me yes! typo kayaknya hehe..perjalanan bukan soal tujuan, tapi proses ketika kita melaluinya, keren ah! sekeluarga petualang😎😎
dimana typonya bu?
Peu mantong di malaya? @akbarrafs
Hana bang, nyan cerita tahun 2013 silam
Saya juga pernah ke putra jaya. Mesjid disana sangat besar dan indah
wah. benar, sangat nyaman berada di sana