Sore itu kami berkumpul di Saka Kupi, Sigli. Bang Ajir, Kakak, dan saya sedang mencari tiket untuk berangkat ke Malaysia dalam rangka acara pemutaran film dokumenter kami. Menurut yang diinformasikan oleh @faizarfatria, pemutaran film ini adalah bagian dari acar puncak peringatan 10 tahhun Tsunami di kampus Universiti Kebangsaan Malaysia. Kami mendapatkan harga yang lumayan murah, tiga ratus ribu return untuk keberangkatan dari Bandara Internasional Kuala Namu Medan - KLIA 2, dan pulang melalui KLIA 2 - BTJ Banda Aceh.
Kami memesan tiket untuk tujuh orang . Mereka diantaranya adalah @irzaulya, saya, mama, kakak, Bang Ajir, Wirda, dan Miss Risna. Soal penginapan, kata bang @faizarfatria nanti kami akan menginap di Perumahan Taman Tenaga, Komplek Perumahan Mahasiswa Universiti Kebangsaan Malaysia, Kajang. Dari Yayasan Aceh Dokumenter nanti akan ikut @faisalilyas, Oriza, dan Kak Kiki. Tetapi mereka datang lebih terlambat dari kami.
Durasi waktu dari tanggal keberangkatan dan tanggal kepulangan ke Banda Aceh adalah sepuluh hari. Kali ini kami tinggal lebih lama di Malaysia. Alasannya setelah hari pemutaran film tersebut, kami harus menunggu hingga tanggal 27 Desember, untuk menghadiri acar puncak peringatan 10 tahun Tsunami di UKM.
Masa yang lumayan lama untuk bisa berkeliling Malaysia. Bang @faizarfatria menjadwalkan kunjungan sehari ke Melaka untuk kami yang akan dipandu oleh @ilham3587 dan Bang Rasyidin, keduanya adalah mahasiswa pasca sarjana dari Aceh di Universiti Kebangsaan Malaysia.
Mendekati hari H keberangkatan ke Malaysia, kami duduk berdiskusi di warung kopi Saka Kupi untuk membahas perjalanan dari Sigli ke Medan. Ini adalah kali pertama kami berangkat ke Malaysia melalui Bandar Udara Internasional Kuala Namu Medan. Menumpang bus pagi adalah pilihan yang kami sepakati. Kami memprediksikan akan tiba di Medan pukul 10 malam dan beristirahat di sana sebelum menuju Bandara Kuala Namu pukul 5 pagi.
Jadwal keberangkatan kami adalah pukul 07.45 WIB. Artinya kami harus tiba di Bandara sekitar pukul 5 atau 6 pagi untuk melakukan check in. Saat di Medan nanti kami menginap di rumah Om Eko di Tanjung Morawa. Tanjung Morawa dekat dengan Bandara Kuala Namu. Om Eko ini adalah mantan TNI Batalyon 125 Siliwangi yang pernah beroperasi di Garot kurun tahun 1994-1998. Kami masih saling berbagi kabar setelah Om Eko dipindahtugaskan dari Garot ke daerah lain. Sekarang beliau tinggal di Tanjung Morawa. Ini mejadi reuni antara kami setelah belasan tahun.
Beberapa hari menjelang hari H keberangkatan, kami mulai mempersiapkan segala keperluan seperti softcopy film dokumenter yang akan diputar beserta subtitlenya. Kami juga sepakat untuk memakai pakaian adat Aceh ketika acara berlangsung.
Ini perjalanan budaya untuk kedua kalinya
Bersambung
Kamu bisa baca kembali Chapter 1
Terimakasih sudah pernah menjadi bagian untuk menyukseskan rangkaian acara peringatan tsunami di kampus UKm Malaysia, itu design gambar karya bang @caknuris hahah ... Terimakasih untuk bang @caknuris untuk hasil design yang bagus, saya tidak punya lagi cppiannnya tinggal di komputer lab malaysia... Bravo @akbarrafs
wah, saya menemukan poster ini di facebook Bang Rasyidin. Akan ada kisah panjang perjalanan memutar film di UKM. Ceritanya terpaku kuat di ingatan saya
Hahahah... Lon malah hana tingat bahwa kedua poster nyan lon yg desain...
Sebagai desainer saya merasa lupa...
Hahahahahah....
Entah dimana source nya sekarang....
Wah! Lebih panjang kayaknya alur ceritanya, harus menyiapkan energi lebih banyak untuk menyimak, eh! Good job😎
Siapkan bu. Banyak lika liku juga kisah kali ini
Wah, penasaran ni dengan lanjutannya
Terima kasih sudah menyimak. Nantikan cerita selanjutnya ya
kop hayeu perjalanan. hawa teuh. bandung hana jadeh lom lon. 😥😥
terima kasih bro atas supportnya selalu
Saya ingat cerita ini... Ini kisah bro @faisalilyas ketinggalan passport...