Setelah sedikit puas menjelajah semalaman di Melaka akhirnya kami balik ke Kuala lumpur pada senin sore, perkiraan sampai di Kuala Lumpur adalah pukul 9 malam dan sukurnya perkiraan saya tidak meleset.
Kami tidak berlama-lama di Melaka, karena tanggal 10 April (hari ini) di waktu subuh, kami akan melanjutkan trip ke Brunei. Pemesanan tiket pun sudah saya lakukan dari tahun lalu, hanya tiket pulang saja yang harus dipesan kembali dan tanggalnya dimajukan, berhubung ada rute baru yang ingin saya jelajahi setelah Brunei.
Penerbangan ke Brunei memakan waktu sekitar 2,5 jam dan untuk pengaturan waktunya pun sama seperti Kuala Lumpur, lebih cepat 1 jam dari WIB.
Jadi pukul 9.30 pagi waktu Brunei kami sudah sampai di Bandara dan saya langsung menghubungi pihak hotel tempat kami menginap di daerah Gadong untuk konfirmasi penjemputan, ternyata supir yang menjemput sudah menunggu daritadi di bandara. Jadi tidak perlu menunggu lama, kami bisa langsung menuju hotel tempat menginap.
Perlu diketahui untuk biaya hidup di Brunei ini lumayan mahal, untuk kamar per malamnya saja bisa mencapai Rp. 500.000/kamar, namun saya mencoba untuk mencari penginapan yang menyediakan sarapan, walaupun harus membayar mahal, namun setidaknya biaya satu kali makan sudah ter-cover.
Biaya penjemputan dari pihak hotel pun diberikan gratis kepada kami. Untuk tim Brunei kali ini kami hanya bertiga, yaitu saya, @akbarrafs dan Fie, jadi untuk menghemat biaya penginapan saya dan Fie memilih 1 kamar bunk bed, dan Akbar satu kamar single yang berbeda harga dari kamar reguler lainnya (lebih murah). Untuk biaya penginapan empat malam kami mengeluarkan isi kantong sebanyak Rp. 1.890.000 dibagi tiga. Fasilitas yang didapatkan pun banyak selain sarapan seperti microwave untuk memanaskan, dapur untuk memasak, alat pemanggang roti, teh, bahkan pihak hotel juga menyediakan mesin cuci dan pengeringnya. Semua fasilitas tersebut gratis bila ingin digunakan. Nikmat mana lagi coba yang harus didustakan, tapi kalau untuk perasaan dia ke kamu jangan pernah dipercaya, semua itu dusta.
Kami sampai di hotel sekitar pukul 11 siang, namun karena sangat lelah berhubung belum sempat istirahat yang cukup tersebab jadwal penerbangan yang terlalu pagi dan takut ditinggal pesawat, akhirnya kami memilih untuk tidak tidur. Padahal saya sudah sering ditinggal olehnya dan perasaan saya biasa saja, namun ternyata ditinggal pesawat itu lebih horror.
Mungkin karena kelelahan dan tak sadarkan diri, jadwal jalan-jalan yang tadinya pukul 3 sore menjadi molor, karena kami baru terbangun pada pukul setengah 6 menjelang magrib.
Karena tidak tahu harus kemana, kami akhirnya jalan-jalan di mall seputaran hotel. Mall tersebut baru beroperasi kurang lebih selama setahun, jadi belum banyak pertokoan yang buka, akhirnya kami iseng duduk-duduk di halte bus. Siapa tahu masih ada bus yang lewat karena dari info yang saya dapati pukul 6 sore itu sudah tidak ada lagi transportasi umum.
Entah itu keberuntungan atau awal bencana, akhirnya ada satu bus yang lewat ke arah Gadong Mall, tanpa pikir panjang saya sedikit memaksa Akbar dan Fie untuk naik bus itu, seolah saya tahu apa yang ada dipikiran mereka, dengan santainya saya berkata "kalaupun nanti gak tau mau pulang naik apa, kan kita tinggal menggembel."
Saya tak perduli dengan kekesalan mereka, yang namanya perjalanan pasti punya resiko, dan resiko itu adalah suatu kenikmatan dalam melakukan perjalanan. Kalau tak berani ambil resiko, yasudah duduk cantik di rumah saja.
Untuk biaya naik bus dikenakan ongkos 1 ringgit (Dolar Brunei). Seperti nya mau jauh ataupun dekat, biayanya tetap 1 ringgit. Ohya, penamaan ringgit tersebut bila kita melakukan percakapan dengan bahasa Melayu, namun kalau menggunakan bahasa Inggris mereka biasa menyebutnya dengan dolar.
Sampai di Gadong mall hal pertama yang kami lakukan adalah mencari kartu internet, walaupun fasilitas internet di hotel sangat kencang, namun internet sangat kami perlukan ketika dalam perjalanan untuk melihat peta online agar tidak nyasar. Harganya lumayan mahal untuk 1 minggu dikenakan 25 ringgit namun kuota internetnya unlimited, 25 ringgit itu untuk kebutuhan kami bertiga, jadi jatuhnya sekitar Rp.85.000/orang.
Sayangnya money changer sudah tidak buka lagi pada malam hari dan persediaan dolar brunei kami semakin menipis. Padahal ingin sekali melanjutkan perjalanan ke Gadong Night Market, karena disana terdapat beragam makanan. Alhasil kami memutuskan untuk pulang saja, dan celakanya tidak ada bus bahkan taksi sekalipun. Saya bingung, merasa bersalah tapi mencoba tenang. Saya hubungi Fang, si supir cantik yang menjemput kami dibandara pagi tadi, rencana ingin minta dijemput sama dia, tapi Fang sudah ke Miri. Saya coba menghubungi pemilik hotel, katanya memang sudah tidak ada lagi transportasi diatas jam 6 petang. Namun dia menawarkan bantuan untuk menghubungi jasa pelayanan transport dan menjemput kami dengan biaya 5 USD, tak lama setelah itu sebelum saya mengiyakan jawabannya, beliau langsung memberi penawaran baru, supirnya yang akan menjemput kami dan itu gratis karena kami masih buta arah, tapi harus menunggu diatas jam 9. Tanpa berpikir panjang langsung saya setuju dengan tawaran tersebut.
Ternyata kami dijemput oleh supir hotel yang lain. Setelah sampai ke hotel sang supir langsung berpesan ke saya "kalau nanti mau roti silahkan ambil rotinya ya, saya letak di pantry. All for free."
Ya Allah tak habis-habis nikmat yang Kau berikan melalui mereka. Saya sangat takjub dengan keramahan masyarakat di Brunei ini, mereka tidak pernah takut rugi, menolong orang sangat tulus padahal baru kenal.
Takjub saya dengan negara Brunei, disini masyarakatnya sejahtera, dan ketika tadi saya tanya kepada Fang kenapa biaya hidup di Brunei mahal, malah dia bingung. Karena baginya biaya hidup disini sangat murah, dan mereka tidak pernah dibebani oleh pajak apapun.
Tak habis-habis rasa takjub saya terhadap negara ini.
Salam,
@fararizky
suasana keindahan brunei menajubkan dan dengan bersihnya tempat-tempat disana
Iya bang, tapi biaya hidupnya bikin pusing bagi pelancong
Baca postingan ini, serasa ikut berada di brunei..
Ayo ke Brunei
Brunai; Salah satu negara Islam yang sangat saya kagumi. Jika punya kesempatan, sekali waktu saya akan mengajak sultan Bulqhiyah untuk ngopi bareng..😂😂😂
Disini masyarakatnya sejahtera dan sangat ramah
Brunei I am in love, dah lama pengen cah rauh ke Brunei tapi belum kesamapaian juga, tulisan ini membuat hati terhibur sikit hihi..makasih @fararizky
Yoookk kumpulin uang dan berburu tiket murah lagi.. Hehe
Siap! Ntar kabar-kabari lagi yes @fararizky😇😎aseek punya travelmate bisa jelong-jelong hehe..
Siaaaaap... Aman tu
Eah asyik banget lihatnya.
Thn depan ya
Ayooo
Enakk lii kak fara, akbar jalan2 trs ya. Ikutlah kami.. 😀
Ayok dek,, tahun depan yok