Di kaki Gunung Ciremai, Kuningan, ratusan warga desa beriringan pawai membawa hasil bumi pertanian untuk diserahkan kepada para tetua adat.
Ini mengawali serangkaian prosesi yang dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen kepada Sang Pencipta.
Upacara adat Seren Taun (seren artinya “seserahan”) diperingati setiap tahun di sejumlah desa Jawa Barat, tak cuma Kuningan:
Desa Cigugur (Kuningan)
Desa Ciptagelar (Sukabumi)
Desa Pasir Eurih (Bogor)
Kampung Naga (Tasikmalaya)
Seren Taun menggambarkan kehidupan masyarakat adat Sunda yang bertumpu pada pertanian dan pandangan hidup mereka yang dekat dengan alam. Dari desa ke desa, rincian acara bisa berbeda, namun intinya sama: bersyukur atas panen.
Ritual diawali dengan mengambil air suci dari tujuh mata air yang telah dikeramatkan, disatukan kedalam satu wadah, dan diokan. Air ini lalu dicipratkan ke semua orang yang hadir dalam upacara tersebut agar membawa berkah.
Berikutnya adalah ritual sedekah kue, warga yang hadir berebut mengambil kue di dongdang (pikulan) atau tampah, bagi yang berhasil mendapatkan kue ini dipercaya akan mendapat berkah. Kemudian dilanjutkan dengan menyembelih kerbau, makan tumpeng bersama, dan malam harinya diisi dengan pertunjukkan wayang golek.
Di Kuningan, upacara diwarnai penampilan Tari Buyung, yang ditampilkan para penari dengan membawa kendi di atas kepala dan kaki memijak kendi air. Tarian ini menggambarkan makna di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung, sebagai manusia harus selalu menghormati dan menghargai norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Pentas seni kemudian dilanjutkan oleh penampilan Angklung Buncis, yang melambangkan rasa hormat pada padi dengan harapan mendapatkan panen yang berlimpah dalam panen tahun berikutnya. Pada prosesi puncaknya, ribuan masyarakat melakukan penumbukan padi secara bersamaan di lumbung desa sebagai pemupuk sikap gotong royong serta simbol pemersatu berbagai masyarakat adat.
Prosesi Seren Taun telah ada sejak zaman Sunda kuno yang awalnya sebagai simbol penghormatan kepada Nyi Pohaci Sanghyang Asri, seorang Dewi Padi pada kepercayaan Sunda kuno. Nyi Pohaci Sanghyang Asri dipercayai sebagai dewi pembawa kesuburan serta kemakmuran di ranah mitologi Sunda kuno.
Seren Taun jatuh pada tanggal 18-22 bulan Rayagung dalam kalender Sunda (atau Zulhijah dalam kalender Islam), yang merupakan bulan terakhir dalam setahun. Bermula sejak zaman Kerajaan Pajajaran yang Hindu, Seren Taun belakangan disesuaikan dengan doa dan tradisi Islam.
Hingga kini acara Seren Taun terus dilestarikan, sebagai bentuk budaya adat warisan leluhur yang masih berkembang di masyarakat Sunda. Sebagai salah satu kegiatan budaya, Seren Taun telah menjadi salah satu kegiatan yang menarik bagi wisatawan, terutama yang ingin lebih mengerti lebih dekat dengan kebudayaan Sunda.
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://www.antarafoto.com/foto-cerita/v1505754030/seren-taun-di-lereng-ceremai
hahahah jangan copas masuks setan cheetah tu kwkwkw