Tentang Simeulue Cut

Selamat malam steemian dimanapun anda berada, kali ini aku ingin sedikit menceritakan tentang Simeulue Cut. Tempat yang Waw menurutku.

Simeulu Cut merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Simeulue, Kecamatan ini hasil pemekaran dari Kecamatan Simeulue Tengah yang di resmikan pada tanggal 22 Oktober 2012. Simeulue Cut terdiri dari 8 gampong yaitu.
Bubuhan. Kuta Inang, Kuta Padang, Sibuluh, Amarabu, Latak Ayah, Borengan, Ujung Padang.

Suatu keberuntungan bagi aku tepatnya pada bulan Juli tahun 2017 aku berkesempatan untuk menginjakkan kaki untuk kedua kali nya di pelabuhan Sinabang. Perjalanan kali ini cuaca laut sedikit bersahabat, cuaca di malam itu sedang cantik-cantiknya bila dibandingkan dengan perjalananku di tahun 2016 lalu yang mana mungkin laut sedang PMS saat itu.

Pada kesempatan kali ini aku ke Simeulue dalam rangka pemenuhan kewajibanku sebagai Mahasiswa kewajiban untuk mengabdi kepada masyarakat dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) TEMATIK ENJ 2017.

Kenapa aku memilih ke Simeulue? Sedangkan ada pilihan lokasi KKN yang lain yang lebih dekat dari Banda Aceh seperti Pidie Jaya, Takengon, dan Aceh Besar?

Ya karna bagiku selain karna lokasinya yang jauh, pantainya indah, masyarakat Simeulue juga telah mininggalkan kesan yang manis padaku di tahun 2016 lalu, dan itu alasanku kenapa aku harus kembali berkunjung kesana.

Pada kesempatan kali ini aku dan kawan-kawanku total berjumlah 50 orang di tempatkan di Kecamatan Simeulue Cut dan di sebar dalam 8 gampong yang ada disana. Aku dan keenam kawan sekelompokku ditempatkan di Gampong Kuta Padang dan tinggal di rumah pak M.Din (pak gechik), sedangkan kawan-kawan yang lain tersebar di Gampong lainnya.

Kenapa hanya di Simeulue cut ? Sedangkan masih banyak kecamatan lain yang ada di Kabupaten Simeulue ?

Karena Simeulue cut merpakan kawasan 3T (tertinggal,terdepan dan terluar) indonesia.

Berbicara mengenai Simeulue Cut.
Tidak enak rasanya kalau menceritakannya tanpa segelas kopi dan sebatang rokok. Maka izinkan aku untuk meneguk kopi yang hapir dingin dan membakar rokok yang sedari tadi sudah menempel di bibirku yang hitam ini.

Oke kita mulai dari Aspek Sosial Masyarakat.

Super ramah, Peuraja jame, kehidupan bermasyarakat yang sesungguhnya.
Sempat menjadi raja selama 21 hari di simeulue cut, itu yang aku rasakan, bukan karena aku raja, tapi karna aku sempat jadi jame (tamu) disana, kurang lebih seperti itulah masyarakat memperlakukan jame yang berkunjung kesana.

Kehidupan disana sangat tentram, damai, bahkan hampir tidak ada kekacauan, kehidupan bermasyarakat yang sesungguhnya bisa kita rasakan disana, interaksi antar tetangga terjalin hampir setiap harinya tidak seperti hidup di kota Banda Aceh yang terkadang sesama tetanggapun saling tidak mau tahu-menahu (apatis).

Jangankan Sinyal internet, untuk mendapatkan sinyal Hp pun kita harus keluar dari rumah, itupun cuma dapat 2-3 batang sinyal saja.
Aku sebagai tamu yang baru pertama ke tempat ini sedikit terkejut ketika tahu tempat ini susah sinyal internetnya, hanya di titik-titik tertentu saja yang ada itupun jaringan yang tersedia hanya E yang sesekali H kalau cuaca sedang bagus, walaupun jaringan internet susah didapat, tapi aku bisa hidup bahagia selama 21 hari tanpa ketergantungan dengannya (internet).

Tidak butuh Grub WA untuk menyebarluaskan informasi, cukup infokan ke satu orang warga, maka dalam waktu 1-2 hari informasi itu sudah menyebarluas kepada seluruh masyarakat yang ada disana, ya seperti itulah interaksi antar tetangga yang masih terjalin sampai sekarang. Dan mungkin hal seperti itu mustahil kita temui di Banda Aceh.

Itulah alasan mengapa kukatakan kehidupan bermasyarakat yang sesungguhnya bisa kita rasakan ditempat ini. 21 hari di tempat ini aku mendapatkan keluarga baru. "Keluarga yang siap menampungku kapan saja dikala aku berkunjung lagi kesana" (kata pak gechik)

Itu hanya dari aspek sosial masyarakat,
Aku akan mencoba menceritakan dari aspek lainnya di tulisanku selanjutnya.

Selamat malam, berbahagialah.