Kita harus percaya bahwa di balik kesalahan ada hikmah di dalamnya. Kesalahan ini juga yang akhirnya membuat saya berjumpa dengan abang Jhonston dan family. Mereka berasal dari Kuching, Serawak, Malaysia. Keluarga ini asli suku tempatan alias Dayak Borneo/ Kalimantan bagian Malaysia. Beliau rencananya akan mengajak kedua orang tuanya traveling ke kota Medan dan danau Toba. Rencana ini telah ia siapkan, tentu saja tiket juga telah ia beli sejak jauh hari. Saat itu tiket pesawat sedang promo. Satu bulan sebelum keberangkatan kembali ia melihat tiket dengan maksud hendak mencari guide yang akan menemani perjalanan mereka selama di Medan - danau Toba. Satelah ia teliti, betapa terkejutnya ia ketika melihat tiket penerbangan mereka, ternyata bukan KLIA - Medan (KNO) tetapi KLIA - Aceh (BTJ).
Bang Jhonston sudah lupa mengapa terjadi demikian, kemungkinan ia salah memilih penerbangan atau salah menekan pilihan. Tapi sudahlah, semua telah terjadi. Nyatanya memang perjalanan mereka adalah ke Aceh.
Karena ia tidak mengetahui tentang Aceh, maka bg Jhonston searching tentang Aceh. Atas rekomendasi sahabat saya yang seorang tour operator di Lombok, NTT. Bang Jhonston menghubungi saya. Itulah awal kami berkenalan dan berkomunikasi tentang Aceh, wisata dan budayanya.
Banyak hal yang kami diskusikan. Tentang wisata di Aceh, tentang Tsunami dan tentang Syariat Islam di Aceh. Saya mengatakan kepada beliau, Aceh negeri yang indah dan salah satu tempat terbaik belajar tentang tsunami. InsyaAllah Aceh aman di kunjungi termasuk oleh wisatawan yang Non Islam seperti mereka.
Selamat Datang ke Aceh
Hari yang di nanti tiba. Bang Munawar yang kali ini bertugas menghandle tamu istimewa saya ini. Pagi hari ia telah siap menyambut kedatangan bang Jhonston dan orang tuanya. Setibanya mereka langsung menyusuri pinggiran kota hingga dalam kota. Seharian mereka berwisata melihat hiruk pikuk kota Banda Aceh, belajar sejarah dan makanan khas Aceh.
Saya berjumpai mereka malam hari. Akhirnya saya berjumpa juga dengan abang Jhonston. Beliau cukup gagah dan bersemangat. Persis seperti yang saya bayangkan. Sehari-harinya, beliau ini adalah bekerja di sebuah perusahaan minyak. Sebenarnya beliau cukup mapan, hanya saja dari bicara dan cerita, beliau sangat rendah hati.
Saya ajak mereka bertemu di kedai kopi khas Aceh, yaitu kedai khupi khop. Kopi kedai ini di sajikan dengan cara terbalik khas Aceh Barat.
Kopi yang di sajikan dengan cara terbalik ini adalah kopi tubruk, yaitu kopi yang di giling kasar. Tersedia dalam ukuran gelas besar (tower) dan gelas kecil (Nen). Ada dua rasa, original dan Sanger (kopi susu khas Aceh). Minuman bisa ini disajikan panas maupun dingin.
Saya sangat tertarik dengan orang tua bang Jhonston, namanya papa Tan (70 tahun) dan Mama Nganin (64 tahun). Sepasang orang tua ini tidaklah muda lagi. Tapi kondisi badannya sangat fit. Badan mereka tidak gemuk atau kurus dan mereka masih kuat berjalan. Ketika saya tanya rahasianya, mereka bilang makan secukupnya dan hidup teratur. Sehari-hari mereka adalah petani. Setiap hari pergi ke ladang dengan berjalan kaki. Mereka pekerja keras dan benar-benar dari nol. Bahkan mereka tidak pandai membaca dan menulis. Tapi mereka sangat peduli dengan pendidikan anak meraka. Kalau tidak salah anak mereka ada 5 dan semuanya telah bekerja dan berkecukupan. Bahkan seorang anak mereka tinggal dan bekerja di Australia. Saya sangat hormat dangan mereka. Salut euy :)
Akhirnya kami berpamitan. Dua hari selanjutnya mereka berjalan ke Sabang, pulau Weh. Sayang nya saat itu cuaca Aceh sedang tidak bagus. Angin kencang dan ombak besar di sertai badai. Perjalanan mereka pun tidak maksimal. Tapi mereka cukup senang dengan Aceh. Kotanya tidak terlalu besar tetapi kota nya hidup dan penduduknya ramah.
Di hari kepulangan mereka saya ikut mengantar. Meski hanya 4 hari, tapi kami sudah dekat bagai saudara. Mama Nganin berharap kami bisa ke Serawak. Mereka mengajak tinggal di rumah mereka dan di antar keliling serawak. Wah.. Alhamdulillah dan terimakasih.
Selalu saya katakan bahwa traveling itu selain menambah pengetahuan juga menambah saudara. Kali ini terbukti lagi. Sampai jumpa lagi, terimakasih banyak-banyak. Semoga kelak bisa berjumpa lagi. Amin.
"Lasaklah ... Sebanyak, Sebisa dan Sejauh Mungkin, Karena Hidup Bukan Diam di Satu Tempat"
Kaki Lasak : The Story of my Travel, Photo & Food
Follow Me :
Steemit @kakilasak
Facebook Husaini Sani
Instagram kaki lasak ucok silampung
Whatsapp +6282166076131
Wahh pertemuan singkat namun cukup berkesan, apalagi buat bang @kakilasak
Sukses terus travellnya buat bang @kakilasak
"Salam dari Brebes"
Salam sukses :)
Sama-sama bang
Kesalahan pertama adalah pelajaran😀
Hehe bisa jadi bg