When I was young, there is a place in northern part of Bandung, Capital City of West Java Province, called Dago Tea House. This place was up on the hill, the weather is nice and we could see the whole city from over there. Since it was built during dutch colonialism, this 'Dago Thee Huis' was meant to be for anybody to enjoy afternoon tea and snack while enjoying the view as well. It became a very romantic place and it was normal to see a lot of couples spending the nights over there, but now we could not have anymore tea over there. This place has been changed into West Java Culture Park by government, and though we still able to enjoy art and culture exhibitions and performance, but I still miss the old atmosphere. I wish there is still a place where we can have a cup to tea over there.
Waktu saya masih sangat muda, ada tempat di sebelah utara Bandung yang disebut dengan Dago Tea Hosuse. Tempat ini ada di atas bukit, udaranya enak dan kita dapat melihat pemandangan kota Bandung dari sana. Sejak dibandung di jaman pemerintah kolonial Belanda, tempat yang dulu disebut dengan 'Dago Thee Huis" ini memang diperuntuknya untuk siapa saja menikmati minum teh dan kudapan sambil menikmati pemandangan juga. Menjadi tempat yang romantis kala malam hari, ada banyak pasangan yang pacaran, namun sekarang tidak ada lagi teh di sana. Tempat ini telah diubah menjadi Taman Budaya Jawa Barat oleh pemerintah, dan meskipun kita bisa menimati pameran serta pertunjukkan seni budaya, tapi tetap saja saya rindu dengan suasana yang dulu. Saya harap ada tempat untuk tetap bisa menikmati secangkir teh di sana.
Source: http://disbun.jabarprov.go.id/bptp/id/post-detail/99/Rumah-Budaya-Teh-Di-Dago-Tea-House
For you who do not familiar with Bandung, especially the old days, perhaps will have problems to find this place. It is hidden, and at the moment there are too many other interesting places near the area to visit. There are a lot of big trees in front of the area, and most people are mislead by the housing nearby. In the old days, we can see only a few nice villas and it was not that crowded as today. I was disappointed when I could not see Bandung anymore, there are too many houses and buildings that covered the view, and this is not good at all. Development is needed but environment is supposed to be at the top priority.
Bagi Anda yang tidak familiar dengan kota Bandung, apalagi Bandung dulu, mungkin akan menemukan kesulitan menemukan tempat ini. Tempatnya tersembunyi dan sekarang ada banyak tempat menarik lainnya untuk dikunjungi. Ada banyak pohon besar di depan area ini, dan kebanyakan orang jadi salah jalan karena perumahan di sekitarnya. Dulu, kita hanya bisa melihat beberapa villa cantik di sekitar dan tidak sepenuh sekarang ini. Saya kecewa karena tidak lagi bisa melihat Bandung, ada banyak rumah dan gedung yang menutup pemandangan, dan ini amat sangat tidak baik. Pembangunan memang dibutuhkan tetapi lingkungan seharusnya tetap menjadi prioritas utama.
The parking area is still big and nice, I can see the stairs to go up are still the same. The difference is that now I can see a locket, I have no idea what is it for. Perhaps for visitors to buy entrance ticket, but when I got there, it was empty and I did not have to pay anything. As soon as you enter this area, you can see a monument just right in the middle. This monument is new, I guess. There is an inscription, which written as Prasasti Batara Guru that signed by one of Indonesian famous actor who also current Vice Governor of West Java Province, Deddy Mizwar.
Kawan parkirnya cukup besar dan nyaman, saya bisa melihat tangga menuju ke atas yang tetap sama seperti dulu. Bedanya sekarang ada loket, saya nggak paham untuk apa. Mungkin untuk pengunjung membeli tiket masuk, tapi sewaktu saya ke sana, loket itu kosong dan saya tidak bayar apa-apa. Begitu masuk daerah ini, Anda dapat melihat sebuah prasasti di tengah-tengah. Ini sebuah monumen baru sepertinya. Ada sebuah prasasti di sana yang tertulis sebagai Prasasti Batara Guru yang ditandatangani oleh aktor dan sekaligus wakil Gubernur Propinsi Jawa Barat, yaitu Deddy Mizwar.
On the left side, there is a building that used for exhibition and straight ahead, there is Brotherhood of Nature basecamp. I am not familiar with this community but there are a lot of pictures hanging on the wall which shows that they are working to save the nature. On the right side, we can see a building with West Jawa traditional puppets on displays and some of traditional toys, such as Sisingaan which used for art performance. There are also a few huts but they are empty. I could only find one which used Kang Teddy, to create his traditional bamboo music instruments. Further inside, there is an theatrical open space which used for any art and culture performances which was before is the area where we can have nice tea and enjoy the view.
Di sebelah kiri, ada sebuah gedung yang digunakan untuk pameran dan lurus di depan, ada basecamp untuk Brotherhood for Nature. Saya tidak tahu banyak tentang komunitas ini, tetapi ada banyak foto di dinding yang menunjukkan kalau mereka bekerja untuk menyelamatkan alam. Di sebelah kanan, kita bisa elihat ada banyak display wayang golek khas Jawa Barat dan beberapa mainan tradisional lainnya seperti Sisingaan, yang biasa digunakan untuk pertunjukkan seni. Di sana juga ada beberapa gubuk tetapi kosong. Saya hanya bisa menemukan satu yang dipakai oleh Kang Teddy untuk membuat alat musik bambu traditional kreasiasinya. Di dalamnya lagi, ada sebuah teater terbuka yang diperuntukkan untuk pertunjukkan seni dan budaya, yang dulunya di area inilah tempat orang bisa minum teh dan menikmati pemandangan.
I was born in Bandung and left this city when I was 13 years old. I moved back a few years ago since I am looking for a better place for living. I don't like living in crowded and busy area, and Bandung is still much more comfortable than Jakarta. There are a lot of place that actually remind me a lot of my childhood, but most of them are changed, including this Dago Tea House. It seems that this world is changing too fast and I felt like being left behind. Something that I realize which also I disagree that development seems only about buildings, malls, and those "what we can see" only, while those of the unseen seems to be considered as unimportant. History may not be as good as we wanted to be, but history also talk a lot about today and tomorrow.
Saya lahir di Bandung dan meninggalkan kota ini ketika berusia 13 tahun. Saya kembali lagi beberapa tahun lalu karena mencari tempat yang lebih nyaman untuk tinggal. Saya tidak suka tinggal di daerah yang ramai dan sibuk, Bandung masih jauh lebih nyaman dari Jakarta. Ada banyak tempat yang mengingatkan saya tentang masa kecil, tetapi semuanya sudah berubah termasuk Dago Tea House. Sepertinya dunia ini berubah terlalu cepat dan saya merasa ketinggalan. Satu hal yang saya sadari dan juga tidak setuju adalah pembangunan sepertinya hanya soal bangunan, mal, dan semua yang hanya bisa kita lihat saja, sementara apa yang tidak nampak dianggap tidak penting. Sejarah mungkin tidak seindah seperti yang kita inginkan, tetapi sejarah juga bicara banyak tentang saat ini dan masa depan.
It is so sad, West Java is welknown for its tea, but there is no place to have a nice tea anymore in Bandung, as the capital city of West Java Province. Tea is not only for Dutch people and those rich, for Indonesian, tea is for everyone and a symbol of togetherness as well, besides coffee. Do we have to forget about it?
Sangat menyedihkan, Jawa Barat yang terkenal dengan tehnya, tapi sekarang tidak ada lagi tempat untuk minum teh yang nyaman di kota Bandung, sebagai ibu kota Proponsi Jawa Barat. Teh bukan hanya untuk orang Belanda dan mereka yang kaya, bagi orang Indonesia, teh adalah untuk siapa saja dan menjadi salah satu simbol kebersamaan juga, selain kopi. Haruskah kita melupakannya?!
Bandung, 19 Juni 2018
Warm Regards - Salam Hangat Selalu,
Mariska Lubis
Sepertinya pernah kesana waktu jalan-jalan sama abang sepupu tahun lalu kak.
Hehehe mantap... Sepi banget ya...
Saya salah seorang yang sangat menyukai Dago Bandung dulu. Untuk Dago sekarang belum ke sana lagi.
Dan begitu banyak memori di Bandung jadi kangen Bandung 😊
Tidak!. Tetapi jika kita tidak bisa mengembalikannya, kita bisa mengenangnya dan bersyukurlah kita bisa selalu menuliskannya
Ayo main lagi ke Bandung... Banyak yang berubah, tidak seperti dulu... Skrg jadi tmpt wisata belanja dan selfie... Heheeh
Semoga ada kesempatan ya teh, dan nanti bisa ketemu teteh 😍
Posted using Partiko Android
amin...
Bandung memang ga habis buat diceritakan ya mbak... tempatnya bagus bagus banget
Bandung memang tetap menjadi tempat tujuan pariwisata yang menyenangkan.
Kalau bicara tentang bandung dan banyak tempat yang berubah jadi teringat novel pidi baiq "Dilan 1990" susahnya menemukan tempat yang dulu pernah didatangi. Btw, bandung sekarang apa masih berhawa dingin kak?
Seperti halnya di malang dan kota Batu, dulu terkenal dengan hawanya yang dingin dan sejuk tapi sekarang panas banget.
Bandung jadi macet dan agak panas juga, apalagi daerah selatan. Kalau saya masih di Utara jadi masih nyaman dan sengaja memilih tempat yang sepi, jadi masih enak.
Kalau daerah puncak masih dingin ya kak.. Tapi di batu meski di puncak sudah g dingin. Malah sekarang terlalu banyak dibangun tempat wisata
Posted using Partiko Android
Sesuatu memang indah pada masanya dan selalu berkesan dengan peruntukannya, tapi ketika jaman berganti keindahan itu aus. Apalagi ada ikut campur tangan-tangan jahil yang merubah secara permanen suasana dan leruntukannya, sehingga melahirkan seni baru sesuai tuntutan jamannya.
yah tuntutan jaman sebenarnya banyak hal yang sama juga dari masa ke masa, seperti contohnya tuntutan alam dan udara yang segar. Apalagi dengan tambahnya jumlah penduduk, tentunya kebutuhan oksigen juga semakin besar, jadi kalau bicara soal tuntutan jaman, sepertinya soal kebutuhan oksigen dan sedapnya mata juga tetap harus dipertimbangkan ya bang...
Jadi, kapan kita ngeteh mbak? Eheheeee ...
Sayang, saya blm ada jodoh main ke bandung, jd dengar “Dago” hanya sebatas cerita teman dan baca cerita, termasuk cerita mbak ini yg menyayangkan perubahan di tempat itu 😅.
Tapi, semoga aja ke depannya akan ada perbaikan pariwisata ke arah yang lebih baik lagi, yang tak hanya sebatas “fisik” 😉😊👌, Aamiin.
Saat saya baca postingan ini saya bisa merasakan indah nya tempat itu dulu.
sebuah kebanggan kalau bisa nampil dan performance di dago tea house dulu kak waktu jaman kuliah..
apa kabarnya dago tea house hari ini ?
sedih juga kalau seperti kakak gambarkan tidak dapat lagi melihat pemandangan yang menarik sekeliling tempat itu
Perjalanan yang Luar biasa mbak @mariska.lubis , Minal aidzin walfaizin...
Bandung memang mantap, banyak tempat yang indah dan bersejarah di sana.
Bandung ini kota impian saya.
Pengen banget kesana tapi entah bisanya kapan...
Teh itu ga boleh di lupakan.
Karena teh teh urang sunda itu gareulis haha
Harus mampir ke dago tea house!! I'll have to visit Bandung soon! :D
Bandung mmg banyak berubah yaa..
Zaman SMA dulu suka bolak balik ke bandung nemenin ponakan masing duingiiim bgt
Sekarang mah sama aja klo siang puanasss hanya di spot2 tertenyu suasana dingin mah terasa