Perjalanan yang melelahkan
Sampai di Medan, perjalananpun lanjut lewat darat. Badan pun sudah siap menghadapi perjajalan 12 jam dengan rute jalan sempit, sepi dan berbelok-belok.
Kebetulan waktu itu, aku mencoba naik travel Mandiri harga tiketnyapun harga lebaran 220rb /orang. Janjinya jam 8 malam sudah brangkat, kenyataannya jam 10 malam baru brangkat. (Salah satu cobaan di bulan Ramadhan) sabar-sabar sambil elus-elus dada.
Sahur, sahur, kata pak sopir dari depan. Waktunya sahur. Turun dari mobil, sholat isya baru lanjut sahur (nasi putih dengan lauk ikan nila goreng dan cabe merah yang pedas). Ramenya orang yang lagi makan sahur kanyak di pasar sampe-sampe harus antri biar dapat tempT duduk. Selesai sahur lanjut perjalanan.
Sempat tertidur, sholat subuh sholat subuh kata pak sopir, sholat subuh di daerah Sipirok Tapanuli Selatan, ada yang berbeda dengan air tempat wudhunya, terasa hagat (ternyata aliran air panas). Sipirok juga terkenal dengan air panasnya.
Tidak jauh lagi perjalanan ini, untuk sampai ke kampung sekitar 5 jam lagi, memasuki kota salak Padangsidimpuan matapun tidak bisa bersahabat lagi (tidak bisa tidur). Mata mulai terbuka memandangi ke arah kiri kanan. Melihat akan hijaunya alam Tapanuli.
Tidak terasa 2 jam sudah perjalan dari Padangsidimpuan, akhirnya sampai juga di Payabungan. Pak sopir bertanya “turun dimana bg? Jawabku di Pasar Baru bg. Turun di Pasar Baru langsung ambil angkot no 46 tujuan tarlola Sibanggor.
Taraaaaa welcome home, akhirnya sampai di rumah...