Travel to Maimun Palace of Deli Sultanate

in #travel7 years ago

Hi stemians ..
This time I want to invite to visit
Maimun Palace and explore its history. The Maimun Palace is sometimes called the Putri Hijau Palace, a palace of the greatness of the Kingdom of Deli. This palace is dominated by yellow, the color of the greatness of the Malay kingdom. The palace was completed on August 25, 1888 AD, during the reign of Sultan Makmun al-Rashid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun was the first son of Sultan Mahmud Perkasa Alam, the founder of Medan.

Since 1946, the Palace is inhabited by the heirs of the Deli Sultanate. In certain events, in this palace is often held Malay music performances. Usually, the show is held in order to enliven marriage ceremony and other joy activities. In addition, twice a year, the Sultan of Deli usually held a gathering event between the big families of the palace. On every Friday night, the sultan's families held custom rawatib ceremonies.

For visitors who come to the palace, they can visit the collection directly on display in the meeting room, such as photos of the sultan's family, household appliances, and various types of weapons. In this palace there is also a legendary cannon that is quite legendary. Medan Malay people call this cannon with a cannon cannon.

The story of this cannon cannon has to do with the legend of Princess Green.

The palace is now located on the street of Brigadier General Katamso, Sukaraja sub-district, Medan Maimun sub-district, Medan, North Sumatra.

The palace is approximately 2,772 m wide, with a courtyard covering 4 hectares. The length from the front back to 75.50 m. and the building height reached 14.14 m. Two-story palace buildings, supported by wooden and stone pillars. Every afternoon, there are usually many children playing in the spacious palace grounds.

Architectural building is a blend of Malay architectural features, Mughal, India, Middle East and Europe. The influence of Dutch architecture appears on the form of doors and windows wide and high. But, there are several doors that show the influence of Spain. The influence of Islam appears on the existence of the arch on the roof. The height of the curve ranges from 5 to 8 meters. This form of arch is very popular in the Middle East, India and Turkey.

The palace consists of three main rooms, namely: the main building, the right wing and the left wing. The main building is also called Balairung with an area of ​​412 m2, where the royal throne is located. The royal throne is used in certain occasions, such as the coronation of the king, or when receiving the prostration of the royal family on Islamic holidays. In this building there is also a large European-style crystal lamp. Inside the palace there are 30 rooms, with a unique interior design and unique, a blend of art from various countries. From the outside, this eastern-facing palace looks like a palace of Mughal kings.

There are several opinions about who this palace designer really is. Some sources mention the designer of an Italian architect, but his name is not known for certain. Another source, the tour guide who served in this palace, reveals that the architect is a Dutch Captain named T. H. Van Erp.

This palace seems less well maintained, perhaps, this is due to the lack of cost owned by the sultan's family. During this time, the cost of care is very dependent on donations of visitors who come. In order to look more beautiful, it should be done renovation, of course with the help of all parties concerned with the fate of the nation's cultural heritage.

Perhaps a brief history of Maimun Palace and its development, may be useful for the stemians.


image


image


image


image


image


image


Bahasa Indonesia:

Berkunjung ke Istana Maimun Kesultanan Deli

Hi stemians..
Kali ini saya ingin mengajak berkunjung ke
Istana Maimun dan menggali sejarahnya. Istana Maimun terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna kuning, warna kebesaran kerajaan Melayu. Istana ini selesai dibangun pada 25 Agustus 1888 M, di masa kekuasaan Sultan Makmun al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun adalah putra pertama Sultan Mahmud Perkasa Alam, pendiri kota Medan.

Sejak tahun 1946, Istana ini dihuni oleh para ahli waris Kesultanan Deli. Dalam acara tertentu, di istana ini sering diadakan pertunjukan musik khas Melayu. Biasanya, pertunjukan tersebut diadakan dalam rangka memeriahkan upacara perkawinan dan kegiatan sukacita lainnya. Selain itu, dua kali dalam setahun, Sultan Deli biasanya mengadakan acara silaturahmi antar keluarga besar istana. Pada setiap malam Jumat, para keluarga sultan mengadakan acara rawatib adat.

Bagi para pengunjung yang datang ke istana, mereka bisa menjenguk langsung koleksi yang dipajang di ruang pertemuan, seperti foto-foto keluarga sultan, peralatan rumah tangga, dan berbagai jenis senjata. Di istana ini juga terdapat meriam puntung yang cukup melegenda. Orang Melayu Medan menyebut meriam ini dengan sebutan meriam puntung.

Kisah meriam puntung ini punya kaitan dengan legenda Putri Hijau.

Istana ini sekarang terletak di jalan Brigadir Jenderal Katamso, kelurahan Sukaraja, kecamatan Medan Maimun, Medan, Sumatera Utara.

Luas istana lebih kurang 2.772 m, dengan halaman yang luasnya mencapai 4 hektar. Panjang dari depan kebelakang mencapai 75,50 m. dan tinggi bangunan mencapai 14,14 m. Bangunan istana bertingkat dua, ditopang oleh tiang kayu dan batu. Setiap sore, biasanya banyak anak-anak yang bermain di halaman istana yang luas.

Arsitektur bangunan merupakan perpaduan antara ciri arsitektur Melayu, Mughal, India, Timur Tengah dan Eropa. Pengaruh arsitektur Belanda tampak pada bentuk pintu dan jendela yang lebar dan tinggi. Tapi, terdapat beberapa pintu yang menunjukkan pengaruh Spanyol. Pengaruh Islam tampak pada keberadaaan lengkungan pada atap. Tinggi lengkungan tersebut berkisar antara 5 sampai 8 meter. Bentuk lengkungan ini amat populer di kawasan Timur Tengah, India dan Turki.

Bangunan istana terdiri dari tiga ruang utama, yaitu: bangunan induk, sayap kanan dan sayap kiri. Bangunan induk disebut juga Balairung dengan luas 412 m2, dimana singgasana kerajaan berada. Singgasana kerajaan digunakan dalam acara-acara tertentu, seperti penobatan raja, ataupun ketika menerima sembah sujud keluarga istana pada hari-hari besar Islam.Di bangunan ini juga terdapat sebuah lampu kristal besar bergaya Eropa. Di dalam istana terdapat 30 ruangan, dengan desain interior yang indak dan unik, perpaduan seni dari berbagai negeri. Dari luar, istana yang menghadap ke timur ini tampak seperti istana raja-raja Mughal.

Ada beberapa pendapat mengenai siapa sesungguhnya perancang istana ini. Beberapa sumber menyebutkan perancangnya seorang arsitek berkebangsaan Italia, namun tidak diketahui namanya secara pasti. Sumber lain, yaitu pemandu wisata yang bertugas di istana ini, mengungkapkan bahwa arsiteknya adalah seorang Kapitan Belanda bernama T. H. Van Erp.

Istana ini terkesan kurang terawat, boleh jadi, hal ini disebabkan minimnya biaya yang dimiliki oleh keluarga sultan. Selama ini, biaya perawatan amat tergantung pada sumbangan pengunjung yang datang. Agar tampak lebih indah, sudah seharusnya dilakukan renovasi, tentu saja dengan bantuan segala pihak yang concern dengan nasib cagar budaya bangsa.

Sekian kiranya sejarah singkat Istana Maimun serta perkembangannya, semoga bermanfaat untuk stemians.