PESONA PANORAMA KRUENG CUNDA
Krueng Cunda adalah aliran laut yang memisahkan daratan Lhokseumawe dengan daratan Pulau Sumatera. Namanya berasal dari bahasa Aceh “Krueng” artinya sungai dan “Cunda” adalah nama wilayah yang dialiri sungai ini. Krueng Cunda sebenarnya adalah selat, bukan sungai.
Krueng Cunda ini dijadikan tempat budidaya ikan air asin oleh penduduk sekitar, karena selain airnya cukup bersih juga tidak ada ombak atau riak besar yang dapat merusak keramba atau penampungan ikan milik penduduk yang rata-rata terbuat dari kayu dan bambu.
Tempat yang menyerupai dermaga tersebut menawarkan sajian bercitara lokal dan nusantara.
Sebut saja kopi dan mie Aceh.
Ditambah lagi tempat tersebut memiliki magnet tersendiri lantaran letaknya yang terbilang strategis.
Jejeran kursi yang ditata rapi sehingga pengunjung langsung menemukan suasana berbeda tak kala untuk menginjakka kaki ketempat tersebut.
Hiruk-pikuk berganti riak air yang menghantarkan kesejukan.
Sementara sore hari, kita akan mendapati pondok-pondok di bantaran sungai dijejali pedagang yang menawarkan air tebu.
Berbatang-batang tebu diolah dan disajikan dalam kondisi segar.
Cocok untuk minuman pelepas dahaga.
Sementara keramba-keramba ikan milik petani setempat menyempil di badan sungai yang bermuara ke Pantai Ujong Blang.
Dengan menggunakan perahu nelayan, pengunjung bisa berlayar ke daratan yang menyerupai pulau kecil yang dijejali gugusan pohon bakau.
Menuju Lokasi
Kota Lhokseumawe bisa diakses lewat jalur darat dengan menumpang bus jurusan Banda Aceh atau Medan.
Melintasi jalan nasional Banda Aceh-Medan yang dikenal sebagai Jalur Lintas Sumatra (Jalinsum).
Sesampai di landmark Kota Lhokseumawe lalu mengambil Jalan Merdeka Barat, terus saja hingga melintasi jembatan.
Selanjutnya turun di terminal bus dan melanjutkan perjalanan dengan transportasi lokal berupa angkot, ojek, atau becak motor.
Bisa juga melanjutkan perjalanan menyusuri bantaran sungai dengan berjalan kaki, karena letaknya hanya selemparan batu dan cuma dipisahkan oleh jalan.
Nah! Pusat kuliner berupa rex dan jejeran pondok terentang di sepanjang bantaran sungai.
Jika ingin bersantai di pusat kuliner berupa rex, maka datanglah antara pukul 16.00-24.00 WIB.
Sementara jika datang pagi hingga jelang magrib, silakan singgah ke pondok-pondok yang menjajakan air tebu sebagai kuliner khas.
Alternatif transportasi lainnya dengan menumpang pesawat yang melayani penerbangan dari Kota Banda Aceh atau Kota Medan untuk kemudian turun di Bandara Malikussaleh, Lhokseumawe.
Hal ini dimungkinkan karena letak Lhokseumawe terbilang strategis sehingga juga dikenal sebagai kota transit.
Bagi temen2 yang lagi patah hati sama pasangannya😋, stres akibat tugas2 kuliah yang menumpuk, Krueng Cunda ini sangat cocok untuk dikunjungi, karna tempatnya yg sejuk dan juga nyaman😊
Semoga bermanfaat~