Berpikir Positif itu Mudah dan Murah Tapi Ia Juga Sebuah Perjuangan

in #writing7 years ago (edited)

"Orang yang bisa berpikir positif meski dalam suasana tersinggung adalah orang yang mementingkan kesuksesan". (Dahlan Iskan, dikutip dari buku Tidak Ada yang Tidak Bisa)

709129461.jpg
source

Petuah yang kubaca dari buku biografi Karmaka Surjaudaja yang ditulis dengan apik oleh pemilik harian Jawa Pos itu terbuka begitu saja di depanku. Seperti ingin membiarkan aku untuk membacanya.

Ya, barangkali tidak mudah bagi kebanyakan orang untuk menjaga kadar emosinya tetap stabil kala menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Ditegur blak-blakan oleh atasan, ingin menolong korban kecelakaan eh malah jadi orang yang disalahkan, cinta bertepuk sebelah tangan #eh dan sebagainya.

Tidak mudah mengendalikan emosi saat kita merasa punya "alasan" yang cukup untuk mengekspresikannya. Tapi dari yang tidak mudah itulah kita melatih kedewasaan kita bersikap.

Setiap hari setiap orang menghadapi dilemanya sendiri. Penyikapannya tentu berbeda-beda. Setiap hari ada 24 jam dan dalam 24 jam itu ada orang yang mampu memimpin jutaan orang, ratusan ribu atau hanya belasan atau beberapa orang saja. Bahkan, ada pula yang mengurus dirinya sendiri masih belum bisa.

Ada seorang bijak yang mengibaratkan menyimpan dendam dalam hati itu ibarat menyimpan apel busuk dalam ransel. Semakin lama kita menyimpannya, apel itu akan berjamur dan akhirnya berbau busuk.

687165958.jpg
source

Ustaz mengajarkan bila seseorang marahnya sambil berdiri, maka dianjurkan untuk duduk. Orang yang sambil duduk, maka akan dianjurkan berbaring. Orang dalam kondisi emosional juga dianjurkan untuk berwudhu, bahkan kalau perlu salat.

Seorang pakar psikologi dalam buku Berpikir dan Berjiwa Besar karangan David J. Schwartz menulis bahwa 90 persen pelampiasan emosi dapat dicegah saat seseorang bertanya dalam dirinya sendiri, "apakah saya benar-benar perlu melampiaskan emosi saya?"

Kembali ke kutipan yang membuka tulisan ini. Benar memang, orang yang mampu berpikir positif meski dalam suasana tersinggung, ia pastilah orang yang benar-benar sedang begitu terjaga akan impiannya. Ia benar-benar "melek" pada tujuan akhir alih-alih membiarkan dirinya larut pada emosi sesaat.

Kisah paling nyata tentang berpikir positif saat sedang tersulut emosinya ini tampaknya dapat digambarkan dengan baik melalui keseharian Umar bin Khattab dalam membina komunikasi dengan sang istri. Bagi beliau, celetukan atau omelan sang istri tidaklah seberapa dibandingkan peran dan jasa istrinya melayaninya dan mendidik anak-anaknya.

Ada pula kisah sahabat Nabi Muhammad yang membiarkan lawannya terbebas padahal sebelumnya sang lawan dalam keadaan terdesak.

Ya, hanya karena emosinya tiba-tiba memuncak saat sang lawan meludahi wajahnya, ia kemudian membatalkan niatnya. Ia tak ingin mengotori pedangnya dengan pertumpahan darah akibat emosi pribadinya.

Mampu berpikir dengan jernih saat berada dalam keadaan tersinggung adalah tanda bahwa seseorang tersebut sangat fokus akan tujuan utamanya meraih keberhasilan.

Bila diibaratkan, peristiwa tersinggung itu ibarat sepersekian detik saja dalam video singkat perjalanan meraih impian dan cita-cita. Sementara untuk detik selanjutnya, kita harus kembali ke posisi semula, yaitu posisi perjuangan sebenarnya.

Ibaratnya orang jatuh itu adalah hal yang wajar. Namun menjadi tidak wajar jika kemudian berlama-lama terpuruk dalam jatuhnya.

Wajar saja jika ada saatnya jiwa merasa lelah, namun selanjutnya satu-satunya pilihan adalah bangkit memulihkan segenap luka dan kembali dalam perjuangan memberi makna bagi kehidupan.

Tetap sehat dan semangat, supaya terus bisa jalan-jalan dan makan-makan bersama wisata kuliner. Pokoknya, woles gitu kan. Keep positive minds and share positive thoughts. (-:

810047432.jpg
source

PhotoGrid_1516727189566.jpg

Sort:  

postingan bagus @azharpenulis

Terima kasih Kak, sedang mencoba untuk melihat segala sesuatunya dari sudut pandang yang lebih positif. Selamat berakhir pekan. (-: