Call Me Batavia #5 : Ini Bau Apa Sih? | What is this smell? | My Original Story

in #writing7 years ago (edited)

You can call me Batavia. I was a boy who lived in Indonesia. This was my story.


Source: Pixabay, modified

Di pagi hari, orang akan mencium bau embun, diterpa angin sejuk yang perlahan menghangat, mendengar kokok ayam atau kucing yang merenggangkan kaki-kakinya, melihat garis putih di cakrawala.

Hal-hal menyenangkan banyak terjadi di pagi hari, kecuali tentu saja untuk orang-orang yang ingin tidur lagi. Tapi, mau tidak mau kita semua harus bangun di pagi hari, entah untuk sekolah, ke kantor, atau sekadar keluar berbelanja. Pagi hari kita keluar beraktivitas dan pulang sore harinya. Rutinitas itu berlanjut terus kalau tidak ada hal yang berubah. Untukku, dan seluruh angkatan, bau mencurigakan mengganggu rutinitas tenang kami.

Semua bermula saat kami duduk di Kelas 11. Waktu itu, di kelas sebelah ada yang berulang tahun sehingga beberapa orang sibuk ke sana kemari sambil membawa balon. Kami, yang sedang tidak ada guru, keluar dan mengobrol di depan kelas, padahal ruang guru tepat di depan kelas kami. Ketika orang-orang sibuk menyiapkan balon, Nana berceletuk, "Kok bau sih?"

Spontan kami semua mulai membaui udara. Benar, ada bau yang bikin mual. "Ya ampun, baunya mirip... sesuatu. Apa, ya?" kata Raya, yang duduk di sampingku.

Kami semua buru-buru kembali ke dalam mencari udara segar. Aneh, kelas sempit begitu dipakai untuk mencari udara. Yang ada malah sesak napas, kali. Meskipun begitu, udara di dalam kelas terasa lebih aman daripada udara luar yang tampaknya didominasi mustard gas. Pintu kami tutup agar baunya tidak ikut-ikutan masuk. Orang-orang di dalam bertanya, "Ada apa?"

Jawaban kami sederhana, "Di luar bau."


Source: Pixabay

Serangan kedua dimulai saat salah satu dari orang-orang di dalam itu mencoba keluar. Ekspresinya, yang berawal dari penasaran, berubah jijik saat dia masuk kembali. Sesaat kami memperhatikannya, kemudian perhatian kami beralih ke pintu yang menganga. "Tutup!" teriak aku dan korban-korban infeksi awal.

Serangan ketiga terjadi saat teman kelas yang terlambat akhirnya datang. Dia membuka pintu dan kalimat pertama yang keluar darinya adalah: "Ini siapa yang buang air sembarangan?!"

Raya menjawab, "Bukan buang air. Lebih parah dari itu."

Aku menimpali, "Ya, lebih mirip bau azab."

Bau mencurigakan itu baru hilang saat istirahat pertama pada pukul setengah 10.

Setelah itu, kami harus berhadapan dengan bau itu hampir setiap minggu. Bahkan setelah kami Kelas 12, bau itu tidak hilang, malah tampaknya mengikuti kami bagai kutukan. Beberapa dari kami mulai terbiasa. Tapi, menghirup udara beracun terlalu banyak berbahaya bagi jiwa dan raga. Butuh waktu dua tahun untuk tahu kalau bau itu sebenarnya bau pestisida yang disemprotkan office boy pagi-pagi sekali.

@batavia


Source: Pixabay


If you like my writing, please upvote and restem this post. I would love if you follow me @batavia.


Other Stories

Sort:  

Your Post has been sent to the promoted section for free.
Thanks for participating in our giveaway !