TIAP jenjang kehidupan yang kita jalani di alam dunia, selalu menyisakan pengalaman-pengalaman yang unik. Mulai dari kecil sampai tibanya masa dewasa, beragam pengalaman itu menghiasi perjalanan kisah hidup kita. Semua kisah itu tak perlu lah dihiraukan atau dikaitkan-kaitkan dengan sesuatu apalagi harus mengandaikan dengan ini dan itu. Karena segala sesuatu dan kisah yang dijalani itu sudah di skenariokan oleh Dia yang disana --Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pun jika dirunut, pengalaman itu muaranya hanya kepada dua; bahagia dan derita. Pengalaman yang bermuara pada rasa bahagia tentunya sangat bagus untuk dikenang, karena bersama pengalaman itu kita dapat merasakan indahnya kehidupan, hingga semangat untuk mengarungi hidup menjadi bertambah. Meskipun yang namanya rasa gelisah kerap menghampiri dan sulit untuk dihindarkan.
Sebaliknya, pengalaman yang bermuara pada derita tentunya meskipun tidak baik untuk dikenang, bukan pula harus dibuang. Pasalnya, tersebab pengalaman itu kita akan terlatih untuk menjadi pribadi yang kuat. Dan, pengalaman-pengalaman seperti itu pula yang membuat kita selalu mengingat akan sang Pencipta.
Yang menjadi ironi adalah saat kita diberikan kesehatan dan keberuntungan yang luar biasa oleh yang Maha Kuasa, kita malah lupa dengan-Nya. Ini sering terjadi.
Disebalik itu, saat-saat kita mulai menimpa kegagalan dan yang namanya keberuntungan itu mulai jauh dari alam keseharian kita, disaat seperti itu baru kita sadar. Dan saat itu baru kita mulai ingat dan dekat lagi dengan-Nya.
Kita harus tahu, bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini tak ada yang kekal dan bertahan lama. Termasuk dengan semangat –bahkan level keimanan kita. Ya keimanan seseorang juga naik-turun.
Ada kalanya level keimanannya rendah, kemudian naik, naik lagi dan tiba-tiba turun menjadi rendah. Ada juga yang level keimanannya pertama tinggi, kemudian turun menjadi rendah dan kemudian naik lagi.
Karena ka tabiat geutanyoe meunyoe ka meutimphan cit ka teuingat keu Tuhan. Teuman meunyoe teungoh seunang, teungoh di azan pih ta tem poh cakra.
Yang lucunya adalah pola perilaku kita yang level keimanan naik turun ini. Disaat level keimanan naik, maka kewajiban-kewajiban syar’iyah itu tak perlu ada yang mendorong dari belakang. Semua tergerak sendiri. Hingga fakta-fakta ganjil pun dijumpai dengan muda. Ya fakta ganjil contohnya, saking semangat (karena level keimanan sedang naik mungkin) ke Toilet pun tahlilan dan mendengung-dengungkan ayat Al-quran.
Sedangkan, saat level keimanan sedang turun, untuk menuntaskan kewajiban shalat sehari semalam lima waktu saja rasanya susah dan berat. Hingga perlu seseorang dari luar, untuk mendorong kita menuntaskannya.
Untuk itu, menyikapi kondisi jiwa yang naik turun ini, maka disini diperlukan ikhtiar, usaha dan doa. Ikhtiar untuk selalu berada pada level atas --apalagi dalam hal keimanan. Usaha untuk selalu diberikan kekuatan dan unsur keistiqomahan atau konsisten dalam menjaga sesuatu yang dijalani. Dan, terakhir, doa untuk memperlancar dan memperindah kisah kehidupan yang dijalani. Nyanban
Sabtu, 21 Juli 2018 || @emsyawall
I visit your post is very useful for my friend terimakasi by. @dewa123
Thanks you bro @dewa123
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by emsyawall from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.