Tulisan ini merupakan rangkuman dari slide Komunikasi AntarBudaya (pasca mid) karya Inon Beydha., Ph.D, yang kemudian dilengkapi dengan buku Komunikasi Lintas Budaya karya Larry A. Samovar, dkk tahun 2010, terbitan Salemba Humanika, Jakarta. Berikut rangkumannya dari slide perslide:
1. Teori Manajemen Kegelisahan dan Ketidakpastian
Ketika bertemu dengan orang-orang yang berbeda budaya (ingroup vs outgroup). Lantas terjadi keragu-raguan, ketakutan, kegelisahan dan ketidakpastian. Sehingga membutuhkan teori ini untuk mengaturnya. Pengalaman berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda budaya dapat mengurangi ketidakpastian.
2. Teori Negosiasi ‘Wajah’ milik Ting Toomey
Teori perbedaan budaya ini menyatakan, bahwa konflik terjadi karena setiap orang berusaha menegosiasikan ‘wajah’-nya pada saat berinteraksi.
3. Teori Kode Ucapan milik Philipsen
Setiap budaya memiliki kode ucapan yang khusus, yang diterima begitu saja dari budaya mereka.
4. Teori Gaya Gender milik Tannen
Kode ucapan laki-laki dan perempuan kerap bertentangan. Gender merujuk pada bagaimana budaya tertentu membedakan peranan sosial feminin dan maskulin. Seperti yang dinyatakan oleh Ting-Toomey (dalam Samovar dkk, 2010: 188-189), “Identitas gender, singkatnya, merujuk pada pengertian dan interpretasi yang kita miliki yang berhubungan dengan gambaran pribadi, dan gambaran lain yang diharapkan dari seorang laki-laki dan perempuan”.
Budaya berpengaruh pada apa yang membentuk keindahan gender, dan bagaimana hal itu ditampilkan diantara budaya. Di Amerika Serikat, disamping ancaman kanker kulit, banyak wanita muda mencoklatkan kulit mereka sebagai bagian dari perawatan kecantikan di musim panas. Dalam budaya Asia bagian Timur dan Tenggara, bagaimanapun, kulit lebih gelap dianggap sebagai tanda status sosial ekonomi yang lebih rendah, dan paparan cahaya matahari sangat dihindari. Begitu pentingnya kulit yang lebih terang, sehingga baik perempuan maupun laki-laki kadang menggunakan kosmetik pencerah kulit.
Bahasa merupakan cara lain untuk menunjukkan perbedaan gender. Di Jepang, kata-kata tertentu digunakan secara khusus oleh perempuan, sedangkan laki-laki menggunakan kata-kata yang berbeda untuk menyatakan arti yang sama. Dalam bahasa Inggris, ada sedikit bahkan tidak ada perbedaan kata-kata yang digunakan oleh perempuan dan laki-laki.
5. Teori Kelompok yang diredam milik Cheris Kramarea
Perempuan adalah kelompok yang paling diredam, baik perkataan maupun pemikiran mereka.
6. Teori Kompetensi Wajah
Didalam teori ini ada membahas kompetensi antarbudaya yang terdiri dari: a) ilmu pengetahuan, b) perhatian penuh, c) pemikiran yang terbuka pada sudut pandang yang berbeda-beda, d) kemampuan berinteraksi, e) tepat, efektif dan mampu membaur dalam situasi tertentu.
Kompetensi antarbudaya sendiri secara umum diartikan sebagai “pengetahuan, motivasi, serta kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dan pantas dengan anggota dari budaya yang berbeda (Samovar dkk, 2010: 446). Spitzberg mengatakan, bahwa kompetensi komunikasi antarbudaya adalah “perilaku yang pantas dan efektif dalam suatu konteks tertentu”. Kim memberikan definisi yang lebih detail, bahwa kompetensi komunikasi antarbudaya merupakan “kemampuan internal individu untuk mengatur fitur utama dari komunikasi antarbudaya, yakni: perbedaan budaya dan ketidakbiasaan”.
Apa yang dinyatakan dua definisi ini pada Anda adalah bahwa menjadi komunikator yang kompeten, berarti memiliki kemampuan untuk berinteraksi secara efektif, dan sesuai dengan anggota dari budaya yang memiliki latar belakang linguistik-kultural (Samovar dkk, 2010: 460). Lima komponen kompetensi yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif adalah sebagai berikut:
- Motivasi, anda menunjukkan bahwa Anda ingin berhubungan dengan orang lain dalam level personal, dan memiliki perspektif internasional ketika berinteraksi dengan orang-orang dari budaya yang berbeda. Supaya komunikasi antarbudaya sukses, Anda harus dimotivasi untuk maju melintasi batas pribadi Anda, dan berusaha mempelajari pengalaman orang-orang yang bukan bagian dari kehidupan Anda sehari-hari. Seperti yang diingatkan oleh antropolog Jane Goodall, “bahaya terbesar bagi masa depan kita adalah keapatisan”.
- Pengetahuan, anda menyadari dan memahami peraturan norma, dan harapan yang diasumsikan dengan budaya orang-orang yang berhubungan dengan Anda. Morreale, Spitzberg dan Barge mengindikasikan, bahwa Anda memerlukan dua jenis pengetahuan supaya lebih kompeten –pengetahuan konten dan pengetahuan prosedural. “Pengetahuan konten meliputi pengetahuan mengenai topik apa, kata-kata, arti dan seterusnya yang dibutuhkan dalam suatu situasi. Pengetahuan prosedural merujuk pada pengetahuan mengenai bagaimana membuat, merencanakan dan menunjukkan pengetahuan konten dalam situasi tertentu. Anda perlu kedua jenis pengetahuan dalam rangka menentukan strategi komunikasi yang tepat, protokol apa yang pantas, dan kebiasaan budaya apa yang perlu diamati”.
- Kemampuan, anda harus dapat mendengar, mengamati, menganalisis dan menginterpretasikan, serta mengaplikasikan perilaku khusus ini dalam cara yang memungkinkan Anda untuk mencapai tujuan Anda.
- Sensitivitas, kompetensi komunikasi membutuhkan partisipasi dan interaksi yang sensitif satu sama lainnya, dan terhadap budaya yang ditampilkan dalam suatu interaksi. Sensitivitas, menurut Pittinsky, Rosenthal dan Montaya meliputi sifat fleksibel, sabar, empati, keingintahuan mengenai budaya yang lain. Spencer – Roberts dan McGovern menambahkan, bahwa komunikator yang sensitif memiliki rasa toleransi terhadap ambiguitas. Hal ini berarti bahwa ketika Anda melihat suatu kebiasaan dan perilaku yang aneh dan tidak biasa, Anda tidak bingung karena Anda tidak mengerti apa yang sedang terjadi atau menentang perilaku dan kebiasaan tersebut. Hal ini mengarah pada pemikiran selain oleh Pittinsky, Rosenthal dan Montoya yang percaya bahwa komunikator yang sensitif harus lebih toleran terhadap orang lain dan budaya lain.
- Karakter, seperti yang dituliskan oleh filsuf dan guru dari Amerika P.B. Fitzwater, “karakter merupakan keseluruhan dari pikiran seseorang”. Intinya, tentu saja, adalah bagaimana Anda melaksanakan pilihan tersebut ketika Anda berinteraksi dengan orang yang berbeda budayanya. Mungkin, salah satu sifat yang paling penting yang diasumsikan dengan karakter adalah apakah mereka dapat dipercaya atau tidak. Sifat kadang diasosiasikan dengan orang yang terpercaya adalah kejujuran, penghargaan, kewajaran, dan kemampuan untuk melakukan pilihan yang tepat, dan juga kehormatan, altruisme (sifat mementingkan kepentingan orang lain), ketulusan dan niat baik (Samovar dkk, 2010: 461-463).
7. Teori Gaya Gender
Percakapan laki-laki – perempuan adalah percakapan yang lintas budaya. Sehingga, penting untuk disadari, karena ada hubungannya dengan gaya percakapan yang berbeda. Perempuan membutuhkan keintiman hubungan dalam berkomunikasi, berbeda halnya dengan laki-laki yang lebih mandiri. Perempuan sangat menghargai hubungan baik, sedangkan laki-laki menghargai isi pembicaraan.
Labels: Diurnari
Khairullah Bin Mustafa on Blogspot
Gak banyak yang bisa kubilang rul, best lah pokoknya tulisan ini. Cara penyampaiannya ngena banget @khairullah
mantap @khairullah
udah lama gak jumpa ya dek, apa masih di medan ?
Suka sama postingan ini. Isinya semuanya saya suka. Juga karena itu pendapat para ahli jadi patut untuk dipertimbangkan. Tapi, maksud dari "menegosiasikan wajah saat berinteraksi" apa ya? Saya penasaran >_<
Halo @khairullah! Sudah kami upvote..