Belajar Arti dan Makna Kata – Pendahuluan

in #writing7 years ago

Sudah bisa menulis dan membaca bukan berarti kemudian pasti benar paham semua apa yang sudah ditulis dan dibaca, lho! Sangat diperlukan sekali kerendahan hati untuk belajar, membuka mata hati, membuka lebar telinga, dan memiliki wawasan luas yang terbuka untuk bisa benar mengerti arti dan makna kata, apalagi yang ditulis oleh orang lain. Setiap orang terutama yang sudah memiliki karakter dan jati diri yang kuat di dalam menulis, memiliki pilihan kata dan cara menguraikannya masing-masing dan ini yang seringkali membuat orang “SALAH BACA dan GAGAL PAHAM”.

Setiap tulisan itu seperti cap jempol yang juga menunjukkan karakter, cara berpikir, latar belakang, pola pikir, kepribadian, bahkan juga emosi setiap penulisnya, dan jika tidak dibaca juga dengan keadaan yang stabil dan tenang, maka makin susah dan sulit lagi untuk mampu mengerti dan paham tulisan yang dibaca. Oleh karena itulah, orang dulu tidak main-main dalam belajar membaca dan menulis, apalagi yang berhubungan dengan agama, filsafat dan ilmu pengetahuan, serta seni. Orang dulu sampai mau tirakat dan puasa agar mampu benar paham dan mengerti. Bagaimana orang "jaman now"?!

IMG01716-20130926-2036.jpg
Membaca dan berdiskusi tentang tulisan per kata dan kalimat yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer, seperti di foto ini, sangat membantu untuk bisa lebih mengerti dan paham isi tulisan Pram, bukan hanya terpesona dengan tulisannya semata. Satu minggu satu paragraf, meski berbulan-bulan tetapi asyik banget!

Pengalaman "salah dibaca dan gagal dipahami" sudah sering harus saya hadapi apalagi ketika saya sering menulis dengan subjek “Seks” walau objeknya adalah “anugerah terindah yang diberikan Allah untuk dihormati dan dihargai”. Banyak yang salah berpikir, apalagi yang sudah porno duluan, karena kata “seks” yang ada dalam benak sudah menjadi objek dari “porno, tabu, kotor, dan dosa”. Kalau sudah demikian, maka akan sangat sulit sekali mengubah “mindset” yang sudah tertanam ini, tulisan tentang kritik politik dan sosial yang ditulis dengan menggunakan “seks” sebagai subjek pun jadi dipandang hanya sesuai dengan mindset kepornoan, ketabuan, kekotoran, dan dosa yang ada di kepala itu. Padahal, jika saja berpikir lebih jauh, mana mungkin seorang Gus Shalah yang jelas ulama besar Indonesia dan adik Gus Dur itu mau meluncurkun buku “Wahai Pemimpin Bangsa!!! Belajar Dari Seks, Dong!!!”. Sudah keburu negatif duluan, apalagi jika hanya membaca separuh-separuh dan mencari sepenggal-sepenggal dari internet, di mana ada tulisan tentang Ratu Seks Indonesia, yang kalau tulisan yang dibuat oleh seorang dokter itu pun dibaca, maka akan malu hati sendiri. Ayo siapa yang pikirannya porno dan kotor?! Hahaha....

Tentunya menemukan karakter, cara menulis, dan kepribadian dalam menulis itu butuh sekali proses. Untuk menulis sama seperti orang lain itu memang tidak masalah, tetapi alangkah baiknya memiliki jati diri, baik dalam pemilihan kata dan cara menulisnya. Inilah yang akan sangat membantu juga agar seorang penulis tetap bisa mempertahankan originalitasnya di dalam menulis. Meskipun berbeda, tetapi itulah yang membuat seorang penulis bisa bertahan lama menulis. Biarpun bentuk tulisan berbeda-beda, apa yang ditulis juga beragam, tapi selalu ada ciri khas, sehingga meski tanpa nama pun, bagi yang sudah paham akan tahu persis siapa penulisnya dan tujuan dari penulis tersebut. Toh, penulis sejati tidak akan pernah ribut soal upvote dan reward, apalagi rebutan panggung, yang penting sudah mampu mengeluarkan pemikiran dan isi hatinya, maka sudah menjadi penulis yang paling merdeka dan bahagia.

Di tahun 2010, saya pernah menulis sebuah artikel di Aceh Institute, berjudul “Antara Nietzsche dan Hasan Tiro”, yang juga kemudian saya re-publish di blog saya di Kompasiana. Tulisan tersebut saya buat untuk memberikan gambaran bagaimana Nietzche dan Hasan Tiro, yang sama-sama cerdas banget dan memiliki persamaan di dalam cara berpikir, hanya saja pemilihan kata dan cara menulisnya yang berbeda walau sama-sama satir dan sangat berani menjadi diri sendiri.

Contohnya: ”Jadikan kerja untuk perang, jadikan damai untuk menang”, kata Hasan Tiro. Sementara kata Nietzche, “”Adalah di sini bahwa jalan-jalan yang diikuti manusia terpecah. Apakah Anda ingin jiwa yang damai dan kebahagiaan?! Maka percayalah. Apakah Anda mengabdi kebenaran dengan lebih baik? Maka carilah kebenaran itu.” Kalau tidak dipikirkan baik-baik kedua kalimat di atas, dan benar mengerti serta paham arti dan maknanya, bisa salah kaprah, dan kembali lagi pada pemikiran mereka berdua tentang “Manusia tidak berkebudayaan” dalam istilah Nietzche dan “Yang telah kehilangan diri” menurut Hasan Tiro. Sedangkan istilah saya sendiri adalah “manusia penonton”, yang malas berpikir dan mencari kebenaran itu sebenar-benarnya, sehingga mudah sekali akhirnya dipermainkan oleh politik hermeuneutika bahasa. Jadilah kepala pentul korek api yang mudah dibakar dan kepala bola sepak yang keras tapi kosong isinya dan senang ditendang-tendang. Rugi, kan?!

IMG-20140725-00315(1).jpg
Bersama Abu Doto sebelum beliau menjadi Gubernur Aceh untuk bincang-bincang dan tukar cerita tentang Hasan Tiro. Dari beliaulah saya mendapatkan cerita bagaimana seorang Hasan Tiro itu sangat serius sekali membaca dan apalagi menulis, tidak ada alasan untuk tidak melakukannya. Tulisan Hasan Tiro sangat kuat karakternya, mencari tahu lebih banyak dari orang terdekat dan sekitarnya, sungguh membantu untuk belajar lebih mengerti isi tulisan beliau.

“Makanya saya sepakat sekali dengan Hasan Tiro yang berkata, “Yang gabuk-gabuk cok si-hah yang bagah-bagah cok si-deupa”, - jika terburu-buru melakukan segala sesuatunya hanya mendapatkan hasil yang kecil. Tidak mudah untuk berusaha mencapai cita-cita dan keinginan. Dibutuhkan keinginan kuat melawan diri sendiri untuk bisa meraihnya karena semua ada proses yang harus dilewati.” “Antara Nietzsche dan Hasan Tiro” (https://www.kompasiana.com/mariskalubis/antara-nietzsche-dan-hasan-tiro_54fd501aa33311cb1550fa94).

Itu hanya contoh saja betapa kita amat sangat penting sekali memaknai dan mengerti setiap kata, kalimat, dan tulisan berdasarkan tekstual, kontekstual, yang tersurat dan tersirat. Apaan, tuh?! Apa yang dimaksud dengan tekstual? Kontekstual? Tersurat?! Tersirat?! Ini dia nih kenapa “Iqra” itu menjadi sangat penting dalam ajaran Islam. Sebab jika gagal paham dan mengerti, hanya membaca begitu saja, walaupun fasih, maka bisa berakibat fatal sekali. Tentunya bukan berarti hanya membaca saja buruk, itu sudah baik, tetapi alangkah indahnya dan baiknya bila juga benar paham dan mengerti. Oleh karena itu jugalah yang namanya rendah hati, bersih hati dan pikiran, tulus, ikhlas, sabar, dan jujur itu juga selalu ditekankan dalam semua ajaran agama. Yang rugi bukan orang lain, tapi diri sendiri! Mempermalukan diri sendiri karena gagal paham dan salah baca, pakai tambahan keras kepala pula, nggak ada untungnya sama sekali!!!

Nah, ini baru pendahuluan, posting selanjutnya saya akan menulis trik bagaimana kita bisa mengerti dan paham kata. Sekarang, sih, siapkan saja satu buku tebal untuk membuat sebuah kamus kata pribadi dan juga sebuah buku untuk coret-coret. Biar kita semua bebas dari pembodohan dan kebodohan, serta benar bisa maju melangkah ke depan! Sabar yah! Sabar itu pangkal kaya hati dan jiwa baik di dunia dan akhirat!!!

Bandung, 2 Maret 2018

Salam hangat selalu,

Mariska Lubis

Sort:  

My name is khan
I'm SRK

hahaha huda hudu...

Hahaha.

Tadi mau komen serius, Teh, eh baca komen pertama dari si ketua pasukan huda hudu, udh ilang apa yg mau saya tuliskan tadi. Halah!

hahaha kakak...

Pendahuluan ditiap kalimat dalam kata, memang harus di cermati, agar si pembaca memahami arti dari tulisan itu. Mksh sudah mengajar kita semua.

BUkan hanya pendahuluan, tetapi isi dan akhir juga wajib dimengerti...

Tgk. Hasan Muhammad Di Tiro sebenarnya telah memberikan sebuah contoh yang seharusnya di ikuti oleh mereka yang mengaku bermazhab Tiroisme atau simpatisannya; menulis. Betapa pada tahun-tahun awal gerilya, setiap harinya bila sedang tidak memberikan kuliah kepada para anggota GAM, beliau menghabiskan waktu berkutat dengan mesin tik untuk menulis. Sejarah itu harus dicatat, by date, sedetil-detilnya, begitu pesan beliau. Tapi sayang sekali, budaya literasi seolah terabaikan oleh para penganut mazhab tiroisme.

Bukan hanya menulisnya saja yang patut diikuti, tetapi bagaimana beliau mampu berpikir sedemikian hebat sehingga bisa menulis dengan hebat itu pun perlu dicontoh... Sangat disayangkan memang, apalagi jikga tak ikuti saran untuk sabar dan memilih jalan damai untuk menang... Menjadi manusia yang merdeka seperti beliau itu juga yang menurut saya paling diabaikan...

Merdeka sejak dalam pikiran. Bahkan ketika banyak pasukan mendesak perjuangan bersenjata beliau tetap menolak dan mengutamakan perjuangan lewat jalur diplomasi dan politik. Hal itu yang menguatkan bargaining Atjeh Merdehka di mata internasional. Dan sayang sekali saat ini hanya sedikit yang paham landasan berfikir beliau dalam hal memerdekakan Aceh. Btw, nice post mba!

Merdeka sejak dalam pikiran. Bahkan ketika banyak pasukan mendesak perjuangan bersenjata beliau tetap menolak dan mengutamakan perjuangan lewat jalur diplomasi dan politik. Hal itu yang menguatkan bargaining Atjeh Merdehka di mata internasional. Dan sayang sekali saat ini hanya sedikit yang paham landasan berfikir beliau dalam hal memerdekakan Aceh. Btw, nice post mba!

Itulah kenapa bagi saya, beliau tidak tergantikan. Cara keras tidak akan membuat Aceh itu merdeka bahkan malah membuat jadi semakin kehilangan jati diri, dan ini sangat jauh sekali dari pemikiran beliau. Kemampuan diplomasi dan politik itu tidak bisa digapai bila terkurung dalam tempurung, butuh kemerdekaan dalam berpikir untuk bisa benar mampu berdiplomasi dan paham benar politik serta berpolitik. Percuma semua "pakaian dan polesan" yang dikenakan itu walau berteriak sedemkian lantangnya, sebab dari sanalah isi di dalam itu sebenarnya tidak utuh adanya. Sungguh saya sangat rindu sosok seperti beliau di Aceh.

"Aceh adalah sesuatu yang bisa membuatmu rindu, bahkan sebelum kau meninggalkannya" - Senja Jingga

Sepakat, membaca dan memahami itu butuh proses. Setiap kata yang dipilih oleh penulis bukan saja untuk mengantarkan makna, juga membawa pesan tertentu, bahkah sangat simbolik. Ini yang kerap tidak disadari. Kadang sebagian orang merasa tahu apa yang dituliskan, tapi tidak mengerti apa yang ingin disampaikan. Maka dalam ilmu bahasa ada yang namanya semantik, sintaksis hingga semiologi (semiotika). Saya kira para penulis perlu belajar ilmu bahasa itu. Tulisan mbak @mariska.lubis jadi pengingat untuk para penulis dan pembaca untuk mempelajari bahasa agar memahami keseluruhan dari sebuah bacaaan atau tulisan, tidak cuma makna permukaan.

Saya sepakat sekali dengan abang, kita harus belajar ilmu bahasa jika ingin menjadi penulis dan pembaca yang baik, dan tentunya butuh sekali kesabaran berproses untuk mempelajarinya. Terima kasih bang sudah memberikan tambahan penjelasan.

Suka membaca tulisan mba @mariskalubis, bahasanya ringan dan mudah di mengerti. Artinya mba termasuk orang yang tidak sombong. Terimakasih sudah berbagi.

amin, semoga bisa tidak sombong...

Setiap orang mampu menulis. Namun, apakah tulisannya memiliki makna? Jangan2 hanya sekedar tumpukan kata yang tak ada manfaatbdi dalamnya. Menulis ada berbagi, berbagi inspirasi berbagi kebaikan berbagi motivasi melalui tulisan2 y kita tulis. Namun, jika menulis sekedar menulis tanpa memperhatikan apa y hendak di sampaikan. Siap2 saja tulisannya tak bermakna. Lantas sia2 saja. Setiap penulis sudah pasti ada satu dua hal y ingin di sampaikan. Seperti y kakak sampaikan jika menulis tanpa wawasan takutnya nanti hanya sekedar tulisan y tak dapat di pahami apa y hendak di sampaikan. Bagi y membaca tulisan orang sudah barang tentu harus menggali apa isi tulisan tsb agar mengerti apa y hendak di bagi oleh penulis itu sendiri. Sukses terus untuk kakak @mariska.lubis :D

What a great inspirational story! Thank you for sharing it with us! I will Resteem for you, you can Follow me?

Isi postingan nya sangat bagus, terimakasih telah berbagi cerita dan pengetahuan kakak. @mariska.lubis

semoga bermanfaat.

Pertanyaannya buk, haruskah penulis itu dihargai ?

tidak perlu jika memang dianggap tidak perlu... ;)

Tanyain balik, mbak. Maksud pertanyaannya @pieasant itu apa? Kayaknya mau cari gara-gara dia. Alasan aja nanya nya sok serius gitu. Haha

Hahaha... nggak serius itu dia, cuma mempertanyakan diri sendiri sebagai penulis...

Mari kukenalkan siapa @pieasant ini, mbak. Ingat No Kolor Day yang manggung di acara launching? Terus ada satu orang muda yang agak2 ketuaan dipanggil untuk menyanyikan sebuah lagu? Nah vokalis panggilan dadakan itulah pemilik akun @pieasant ini mbak. Dia bukan saja penulis, tapi merangkap banyak hal dalam berkarya. Mulai dari memproduksi asam sunti sampai bikin film dokumenter, nyanyi, nulis, dan banyak lagi. :D

Hedeh kalau begitu dia yang perlu pakai kolor batik... hahaha

Ketika Tgk Hasan ditanya mengapa dia tidak pulang dengan anak nya san mengapa tidak bersama anaknya.. Beliau menjawab "awai lon peu yatim aneuk droe lon, daripada lon peu yatim aneuk bansa Aceh, dan awai lon peu janda inong droe daripada lon peu janda inong urueng Aceh"... Bagi saya beliau adalah seorang inspirator... Trimakasih kak

beliau memang keren banget hehehe...

Intinya terus belajar dan belajar ya bunda kan??

iya dong, kan itu juga anjuran dalam agama...

Kak @mariska.lubis tampaknya harus sering melatih cara atau daya interpretasi, agar tidak gagal baca dan sudah pasti gagal paham.
Terimakasih atas pencerahan ini

dimulai dari belajar arti dan makna kata dulu, agar nanti bisa ke sana... semoga berguna dan bermanfaat.

Inspiratif sekali, berarti kanda @mariska.lubis sudah tidak asing bagi orang aceh, karena sudah menulis tentang pemimpin pergerakan di aceh. Thanks for educate, saya tunggu kembali pengetahuan lainnya, sukses selalu kanda

Ya kalau yang suka membaca dari lama, mungkin sudah pernah membaca tulisan saya untuk Aceh dan di Aceh di mana-mana...

Wow berarti saat ini saya sedang berkomentar langsung dengan penulis tersohor nasional, maklum saya lupa untuk membuka wawasan lainnya selain bidang disiplin ilmu saya, kalau sejarah aceh saya baru membaca Aceh sepanjang abadby muhammad said dan tulisan hasan tiro sendiri atjeh meurdeka... Trm kasih [email protected]

Bener kak. Kadang, hanya dengan judul, banyak diantara kita yang langsung memutus bagaikan seorang hakim. Dia menyatakan kita salah. Meskipun dia sudah membaca berulang kali tulisan kita. Karena sudah mengatakan salah. Maka perdebatan dilanjutkan berkali-kali. Semoga kakak sabar dan terus mengajari kami yang haus akan ilmu dsri kakak.

Memang tidak mudah sebenarnya membaca dengan baik dan benar, apalagi mengerti... Sabar itu wajib! hehehe... ;)

Gsemanagaat terus ka...:)

Wah selalu semangat dong!!!

Iya ka mariska. Semangat terus biar ga galow hehe

Sangat menginspirasi,good post [email protected]

semoga berguna dan bermanfaat...

Salam kenal @yasir123
Dari Aceh utara

“Yang gabuk-gabuk cok si-hah yang bagah-bagah cok si-deupa”, -

Sangat paham akhirnya dengan pertanyaan semalam, dan baru tahu kalau kata tersebut adalah salah satu pepatah yang disampaikan oleh seorang deklarator Aceh merdeka.

Post yang sangat membantu, agar bisa menganalisa isi bacaan baik dan benar teh :)

Loh kok orang Aceh nggak tahu itu ucapan penting Hasan Tiro yang keren banget.... Semoga berguna dan bermanfaat ya...

faktor bad behaviour teh.. Malas membaca dulunya, :D

sekarang terus semangat ya adikku! peluk cium...

cium dipeluk kembali deh, pokoknya :)

Kadang aq suka gagal paham jg kak saat baca Nietzsche😂 berat sih

Buat membaca Nietzche butuh proses, karena harus banyak ilmu yang dipelajari dulu seperti sejarah, budaya, dan politik... memang berat membaca buku filsafat... ;)

Kata berdikaribook "membaca adalah melawan". Tapi kalau salah paham atau salah makna bisa jadi hal yang rumit kalau tidak sering membaca. Ini gagal paham, salah paham atau paham salah? Hehe

membaca itu melawan persepsi, asumsi, ambisi, dan ego dalam diri sendiri. Kalau kalah menguasai diri maka gagal paham jadi salah paham hehehe...

Selalu nungguin tulisan dari kak mariska. Yuhuuuuuuu

Gagasan yang sangat sempurna kk @mariska.lubis

semoga berguna dan bermanfaat ya...

Sangat membantu kakak, selama ini saya kurang memaknai arti sebuah kata, tq kk

semoga bisa membantu...

KadNg pendahuluan bikin bingung gimana mulainya gitu..

pendahuluan adalah pengantar isi apa yang sebenarnya ingin kita sampaikan dalam tulisan...

Perjalanan yang panjang.
Cukup menghabiskan secangkir kopi untuk membaca post mbak @mariska.

Terima kasih sudah berbagi.

sepanjang itu? mungkin kopinya kurang banyak atau cangkir kopinya terlalu kecil... hahaha...

He he..

Iya sih.
Mungkin beberapa bulan kedepan.
Peminat yang baca koran berkurang.

Semua lari ke mbak @mariska.

oopppsss! Kabur! hahaha...

apa ini alasan mengapa pelajaran bhs lndonesia tidak boleh disepelekan ya kak? kita dituntut tidak hanya sekedar membaca tp memahami hehehe

Bukan hanya karena alasan di atas kita tidak boleh menyepelekan pelajaran bahasa Indonesia, tetapi juga karena bahasa itu sangat erat kaitannya dengan pola pikir, alur berpikir, kejiwaan dan kemampuan memukan masalah serta mencari solusi, yang akan nampak jelas nantinya pada perilaku.

Butuh konsentrasi penuh utk memahami tulisan kak @mariska.lubis .

Ditambah lagi suara berisik anak2ku yg membuyarkan konsentrasiku membaca tulisan kak @mariska.lubis 😁

ya santai-santai saja yah... ;)

Siap kak @mariska.lubis 😊
Terima kasih telah berbagi postingan bermanfaat

Mantap Cut Kak @mariska.lubis. Dan kita juga harus berlindung dari "Tirani Kata", hehe👍

Jangan juga menjadi tyran yang membelenggu kata hehehe...

Bagus kali kak @mariska.lubis, bisa untuk bacaan belajar nie

silahkan dibaca dan dipelajari yah...

Untuk melahirkan Cap jempol harus menjaga emosi

Keren banget kata-katanya...

@mariska.lubis, saya ingin belajar menulis tetapi tidak tau harus kemana ? bisa bantu mbak ?

DI sini banyak sekali guru menulis... ada @ayijufridar, @hermanrn, @jharyadi, dan kalau mau belajar sama saya juga boleh... asal mau sabar saja hehehe...

@mariska.lubis Boleh juga teteh, maaf harus dimulai darimana ya ? saya ini penyabar.

Maaf telat teteh ya, bandwith gak bisa apa-apa.

Oh ya, coba teteh baca postingan saya yang baru bagaimana penuturan kalimatnya, sudah ok atau masih ada yang kurang ? Mohon bimbingannya teteh.

Hehehe semoga tulisan saya bisa dimengerti seperti tulisan kak @mariska.lubis
Mohon terus kritiknya ya kak hehe

insyaallah... semoga berguna bermanfaat...

TOP BANGET. GOOD JOB MY SISTER.

Terima kasih, dirimu juga hebat...

Saya suka, Kak. Keren. Selalu ngikutin tulisan kakak tentang menulis. Ditunggu postingan selanjutnya untuk Bab 1, Bab 2, 3, dst. 😅😅

Hahaha... semoga berguna dan bermanfaat ya!

Sebelum mengenal steemit saya tidak kenal siapa kak @mariska.lubis, tetapi setelah membaca beberapa tulisan kak @mariska.lubis saya menyesal mengenalnya terlalu lama.

Untung ada Steemit yah, kita jadi bisa berjumpa di sini... ;)

Menulis dengan apa yang kita rasakan dalam hati, tentu kita, dapat tau maksud dari tulisan yg kita tulis, jangan sekali kali lari ke plagiat, intinya saya setuju sekali dgn pembahasan dari kurator idola saya ini, salam hangat mbak @mariska.lubis

salam hangat selalu walau dingin banget di Bandung... ;)

hehe, lagi-lagi salam saya tidak pas sama cuaca disitu ya mbak ? Di Aceh panasnya minta ampun mbak, saya mau pindah ke Bandung saja kalau gitu

Jangan pernah menganggap sepele. Bahkan tanda baca, titik dan koma dan lainnya pun harus berada di tempat yang tepat, agar pembaca tidak salah memahami....

Ya, dan tanda baca juga bisa menjadi petunjuk dari penulis untuk menyampaikan maksud dari tulisannya, sekaligus menjadi ciri khas tersendiri bermakna simbolik.

Penulis besar selalu memiliki kerendahan hati yang tak terkira. Barangkali mereka adalah perwujudan dari ujaran "belajarlah dari padi, makin berisi makin menunduk ke tanah".

Terima kasih selalu mengingatkan Mbak @mariska.lubis.. 😉

Semakin kita tahu maka semakin kita sadar kita tidak tahu...

Benar sekali Mbak calon ambassador Steemit Indonesia.. Salam maju mundur cantikkkk...hihihi :)

Kebiasaan cuma membaca separuh-separuh aja Ya Kak @mariska.lubis?

iya, dan membaca separuh-separuh itu tidak membuat kita belajar lebih banyak.

Postingan sangat luarbiasa penuh makna,,mbak mariska 👍👍

Semoga berguna dan bermanfaat.

Menakjubkan @mariska.lubis

Kata dan bahasa memang sungguh menakjubkan. ;)

Setelah mendapat pencerahan dari Teh @mariska.lubis semalam, sedikit demi sedikit akhirnya mengerti. Ternyata menulis dari sudut pandang subjek lebih mengalir dan lebih banyak bahan yang mau ditulis.
Terima Kasih Teh
Semangat demi kualitas
Bersama kita bisa!

Jadikan Allah dan semua ciptaanNYa, anugerahNya, rahmatNya, sebagai subjek yang patut kita hormati dan hargai serta syukuri tentunya, maka kita akan terbebas dari sempitnya pandangan dan wawasan, apalagi kekurangan ide dalam menulis. Semangat!

Ia mbak, saya juga termasuk salah seorang yang gagal paham dalam membaca, butuuh beberapa kali baca baru saya bisa mengerti. Terimakasih, postingan ini mbak ini sangat energik. sukses buat @mariska.lubis selalu.

sukses buat semua!

Ditggu postingan kakak selanjutnya biar sy paham dgn kata.. 😄.. Maju terus kak @mariska.lubis semangat...

semangat itu wajib!!!

Hidup kak @mariska.lubis.. Semangat untuk
saya juga.. 🙋🙋🙋😄

Siap ibu komandan...hehehe sukaaa banget tulisannya. Sabar dalam menulis juga penting ya mbak. Itu yang belum saya miliki. Kadang di awal2 mulai mengalir..eh sampai paragraf ke lima jadi pingen cepat2 selesai. Akhirnya tulisan berakhir dengan kurang gurih dan nikmat hehehe. Membaca tulisan mbak @mariska.lubis Jadi banyak ilmu. Makasih mbak @mariska.lubis

sabar... hahaha.... nikmati saja, jadinya nggak buru-buru...

Hmmmmm..... Itu semua kembali dengan dasar berfikir kak "Afala Ta'qiluun*.

bukan cuma dasar berpikir tetapi juga hati... ;)

Yaph... Benar sekali kak.... :)

Hai Teteh @mariska.lubis peu haba hinan?

Haba get, peu haba?!

Memang sangat berguna dan bermanfaat.. Terimakasih..

Sebuah tulisan memiliki menurut harus memiliki makna, kemana arah si penulis membuat buku, arah romantis? politis? itu tergantung buah pemikiran daripada si penulis, menjadi seorang penulis itu bukanlah hal menurut saya terlalu mudah.
Seperti yang telah dituliskan oleh Tgk. Hasan Muhammad Di Tiro, tulisan yang beliau buat bertujuan untuk kita sendiri, sayangnya kita saja yang tidak memperdulikan hal tersebut.