Media massa mengalami banyak perubahan, banyak tulisan tapi kualitas menurun. Yang terparahnya lagi adalah kesamaan sudut pandang atau isi tulisan, serupa walau berbeda penulis dan tempat. Ini membuat bosan dan jenuh serta tidak mendidik semua untuk meningkatkan kualitas menulis. Pendidikan menulis pun banyak yang hanya mengandalkan teori instant, proses perjalanan menulis hingga dapat menemukan karakternya dalam tulisan, tidak ada yang bantu. Mungkin dirimu dapat membantunya. Salam hangat.
You are viewing a single comment's thread from:
Dari pengalamannya saya menulis opini Sista @mariskalubis, ternyata hubungan kita dengan editor terkadang lebih menentukan dibandingkan dengan kualitas tulisan. Nama besar juga demikian, lebih menentukan. Meski demikian, tetap lebih penting menghasilkan tulisan yang bersinar dibandingkan dengan mengandalkan koncoisme dan nama besar (yang diperoleh di luar kegiatan kepenulisan).
Sepakat! Karena itu juga saya sudah malas menulis di media massa. Meskipun juga saya pernah menjadi pimpinan dan editor, tetap saja ada "titipan" yang tidak sesuai dengan hati. Lebih baik menulis sendiri dengan gaya sendiri, ciri khas sendiri, kualitas pun untuk memuaskan diri sendiri.
Ketegasan Sista @mariskalubis yang memesona. Itu judulnya dengan dua jempol teracung.