Ketika ketemu Kapluk secara tak sengaja di sebuah warung kopi di Pondok Petir, sehabis salaman Lebaran, ia langsung menyerbu dengan pertanyaan urusan tulisan.
ilustrasi: pixabay.com
"Bro, aku kirim esai ke media X, tapi sudah sebulan gak dimuat. Kira-kira kenapa ya?"
"Waduh, aku kan bukan editor di media itu. Mana aku tahu."
"Minimal ente tahulah kira-kira apa yang salah."
"Emang lo nulis tentang apa?"
"Aku nulis esai tentang pentingnya pelajaran sastra di sekolah."
"Ya pantes gak dimuat, itu kan isu basi. Dari dulu orang juga ngomongin itu. Apa yang baru?"
"Ya sekedar mengingatkan kembali agar orang tak lupa."
"Kalau untuk menulis hal tertentu perlu cari momentum atau hal itu sedang dibicarakan orang alias sedang hangat dalam masyarakat."
"Maksudnya?"
"Misal sekarang lagi ramai tentang film horor, ente bisa nulis cerita-cerita horor dalam sastra. Lo bisa amati media sosial, buku-buku terbaru, dan berbagai platform. Lo petakan bagaimana cerita-cerita horor mutakhir, lalu bandingkan dengan cerita-cerita horor dulu, apa bedanya, mana lebih mencekam, dan seterusnya. Itu salah satu contoh."
"Ada contoh lain?"
"Sekarang lagi hangat tentang mudik, lo bisa nulis esai tentang mudik, misal lo mencoba menjawab pertanyaan masih relevankan mudik di zaman kecerdasan buatan ini. Mengapa kita masih harus mudik, bukankah kita bisa balik kapan saja, transportasi serba mudah. Apakah mudik bukan sekedar urusan eksistensi sosial seseorang, dan seterusnya. Lo bisa melengkapi tulisan dengan data-data dan referensi yang mendukung."
"Kalau esai dalam konteks sastra?"
"Lo bisa menulis bagaimana sastrawan memaknai mudik dalam karya-karyanya. Cari karya-karya terbaru, lalu bandingkan dengan karya-karya lama, apa bedanya, bagaimana sastrawan dulu dan kini memaknai mudik. Lo bikin analisisnya dengan cara pandang baru dan segar."
"Hmm, aku paham. Tapi kalau aku tetap mau nulis tentang pelajaran sastra di sekolah bagaimana, sayang kan soalnya aku sudah riset segala macam."
"Lo cari penelitian terbaru tentang pengajaran sastra di sekolah. Nah, lo memulai tulisan dari penelitian itu, baru masuk ke pembahasan seperti tulisan lo. Tapi ingat mesti ada ide atau gagasan baru yang lo sampaikan, bukan sekedar mengulang apa yang pernah disampaikan orang di tulisan-tulisan lain."
"Penelitian terbaru itu berapa lama?"
"Ya jangan lama-lama. Akan sangat bagus penelitian itu baru dirilis seminggu atau maksimal sebulan lalu. Biar fresh."
"Kalau penelitiannya setahun atau dua tahun lalu?"
"Itu bisa sebagai bahan bandingan di dalam tulisan. Sebab bisa jadi hasil penelitian itu sudah tidak lagi relevan dengan situasi terkini. Makanya harus lo cari penelitian terbaru."
"Jika tak ada penelitian terbaru?"
"Tunggu momentum lain. MIsalnya lo nulis ketika hari sastra nasional, hari pendidikan nasional, dsb. Tapi tetap saja lo harus sampaikan data-data baru dan gagasan baru."
"Oh begitu ya."
"Intinya lo nulis sesuatu jangan ujug-ujug, tiba-tiba, gak ada angin dan gak ada hujan lo nulis tentang itu. Harus ada alasan dan momentum kuat ketika lo menulis sesuatu. Juga harus ada sesuatu yang baru lo sampaikan, entah gagasan baru, cara pandang baru, data baru, dst."
"Kalau esai hasil amatan bagaimana?"
"Ya boleh aja. Misal lo amati bagaimana tema-tema novel yang laris dalam setahun terakhir, kecenderungan cerpen di media onlline, puisi-puisi yang muncul di media sosial, dsb. Banyak hal bisa lo tulis hasil amatan. Terpenting lo amati secara serius, bukan sekedar baca sambil lewat. Intinya lo nulis sesuatu yang membumi, jangan yang mengawang-awang."
"Oke akan aku coba."
"Siap."
"Btw, lo gak mudik?"
"Aku mudik sebelum orang-orang mudik dan balik sebelum orang-orang balik. Lo sendiri bagaimana?"
"Aku sering mudik, wong cuma 4-5 jam perjalanan pakai tol. Jadi bisa mudik kapan saja, gak lagi ikut-ikutan macet-macetan."
MUSTAFA ISMAIL | MI 17042024
Alhamdulilla, bang @musismail sudah kembali menulis di Hive. Tulisan di atas, kalau dibuat dalam English dan posting di Komunitas Freewriter, insya Allah akan lebih banyak respons dari para Hivers. Ayo Bang, kita posting lagi tentang apa pun di Hive.
Iseng-iseng aja nih nulis. Nanti aku coba terjemahin dulu. Makasih.