Muslims around the world believe that the Qur'an is one of the holy scriptures revealed by Allah SWT to be a guide to all mankind [al-isra ': 9] in this life. The scripture of God that was revealed earlier is the zabur, the law, and the gospel. Thus, the Qur'an is a book of refinement from previous books. Islamic religion as the last samawi religion is the religion of perfection from the previous religion, Islam came not only for the Arabs but for all humans until the end times of course the final religious religion of Islam brought the teachings always according to the development of times and places and revelation. If not then the Qur'an can be a guide until the end of time.
Kaum muslimin diseluruh dunia meyakini bahwa Al-Qur’an adalah salah satu kitab suci yang di turunkan oleh Allah SWT untuk dijadikan petunjuk bagi seluruh umat manusia [al-isra’:9] dalam menjalankan kehidupan ini. Kitab suci Allah yang diturunkan sebelumnya adalah zabur, taurat, dan injil. Dengan demikian, Al-Qur’an adalah kitab penyempurnaan dari kitab –kitab terdahulu. Agama islam sebagai agama samawi terakhir adalah agama penyempurna dari agama sebelumnya, islam datang bukan hanya untuk bangsa Arab akan tetapi untuk semua manusia sampai akhir zaman tentu sebagai agama samawi terakhir agama islam membawa ajaran-ajaran selalu sesuai sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat dan wahyu. Jika tidak mana mungkin Al-Qur’an menjadi pedoman sampai akhir zaman.
The sanctity of the Qur'an with every time and place is the form of the Qur'anic miracle. Proof of the power of the truth of the Qur'an's miracles can be seen amongst the aspects of the immortality of his language, the aspects of his scientific significance, aspects of legal determination and his predictive aspects of the unseen things. Therefore the writer will discuss a little about the actual events that have existed in the Qur'an since ancient times but recently revealed the secret in this century.
Kesucian Al-Qur’an dengan setiap waktu dan tempat merupakan bentuk kemukjizatan Al-Qur’an. Bukti-bukti daya kebenaran mukjizat Al-Qur’an dapat dilihat antara lain dari aspek keabadian bahasanya, aspek isyarat ilmiahnya, aspek penetapan hukum dan aspek prediksinya tentang hal-hal yang gaib. Maka dari itu penulis akan sedikit membahas tentang sesuatu peristiwa yang sebenarnya telah ada dalam Al-Qur’an sejak dahulu tetapi baru terungkap rahasianya pada abad sekarang ini.
From the Immortality of the Qur'anic Language
In the aspect of the language the author simply wants to say that the language used by Al-qur'an is Arabic, this Qur'anic Arabic from the past until now remains unchanged, it is different from previous scriptures, which have experienced changes in accordance with the development of the times, it is no wonder that the gospel book written a thousand or two hundred years ago is different from that of the present scripture. The Arabic language of Al-Qur'an has not changed, although Arabic itself has developed.
Dari Keabadian Bahasa Al-Qur’an
Dalam aspek bahasa penulis hanya ingin mengatakan bahwa bahasa yang dipakai Al-qur’an adalah bahasa Arab, bahasa Arab Al-Qur’an ini dari dahulu sampai sekarang tetap tidak mengalami perubahan, hal ini berbeda dengan kitab-kitab suci sebelumnya, yang telah mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, maka tidak heran kitab injil yang ditulis seribu atau dua ratus tahun yang lalu berbeda dengan kitab injil yang ada sekarng. Bahasa Arab Al-Qur’an tidak mengalami perubahan, walaupun bahasa Arab sendiri mengalami perkembangan.
Scientific Alert in the Qur'an
Prior to the discussion of Ijaz ilmy in the Qur'an, the clashes of scholars have long been between pro and cons in the past until the period of contra. In his book Jawahir Al-Qur'an, Imam Al-Gazali explains in the special chapter that all previous branches of knowledge that are later, well known or not, all come from the Qur'an. Imam Syatiby disagrees with Al-Gazali in his book Al-Muwafaqat, he argues that his companions certainly know the Quran and anything contained therein, but none of them claim that the Qur'an covers the whole branch of science.
Isyarat Ilmiah Dalam Al-Qur’an
Sebelum menapaki pembahasan Ijaz ilmy dalam Al-Qur’an, perselisihan para ulama sudah lama berlangsung antara pro dan kontra baik pada masa silam hingga masa kontmporer. Dalam kitabnya Jawahir Al-Qur’an, Imam Al-Gazali menerangkan pada bab khusus bahwa seluruh cabang ilmu pengetahuan yang terdahulu yang kemudian, baik yang telah diketahui maupun belum, semua bersumber dari Al-Qur’an. Imam Syatiby tidak sependapat dengan Al-Gazali dalam kitabnya Al-Muwafaqat, beliau berpendapat bahwa para sahabat tentu lebih mengetahui Al-Quran dan apa-apa yang tercantum di dalamnya, tapi tidak seorang pun di antara mereka menyatakan bahwa Al-Qur’an mencakup seluruh cabang ilmu pengetahuan.
According to the author, in the discussion of Al-Quran and Knowledge relationship is not judged by the many branches of science are summed up in it, nor by showing the truth of scientific theories, but the discussion should be placed on a more appropriate proportion in accordance with purity and purity Al-Qur'an and in accordance with the logic of science.
Menurut penulis, dalam bahasan hubungan Al-Quran dan Ilmu pengetahuan bukan dinilai dengan banyaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang tersimpul di dalamnya, bukan pula dengan menunjukan kebenaran teori-teori ilmiah, tetapi pembahasan hendaknya diletakan pada proporsi yang lebih tepat sesuai dengan kemurnian dan kesucian Al-Qur’an dan sesuai dengan logika ilmu pengetahuan.
So from this point before going further it should first be underlined that the Qur'an is not a scientific book as well as the scientific books known so far. And the common misconception is that they try to associate the Qur'an with every scientific theories and with the advance of modern science. After that it turns out that the attributes are not correct, because they are too hasty in making decisions. Perhaps their main purpose is to strengthen the Qur'an with science. But in fact the Qur'an does not need to be reinforced with science because the Qur'an is not a book of science but a book of guidance, aqeedah and hidayah.
Maka darisini sebelum melangkah lebih jauh lagi terlebih dahulu perlu digarisbawahi bahwa Al-Qur’an bukan suatu kitab ilmiah sebagaimana halnya kitab-kitab ilmiah yang dikenal selama ini. Dan letak kesalahanya yang sudah umum adalah bahwa mereka mencoba untuk mengaitkan Al-Qur’an dengan setiap teori-teori ilmiah dan dengan kemajuan ilmu pengetahuan modern. Sesudah itu ternyata apa yang dikaitkan tidak benar, karena mereka terlalu tergesa-gesa dalam membuat keputusan. Mungkin tujuan mereka utama adalah hendak menguatkan Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan. Akan tetapi sebenarnya Al-Qur’an itu tidak perlu dikuatkan lagi dengan ilmu pengetahuan karena Al-Qur’an bukanlah sebuah buku ilmu pengetahuan melainkan sebuah kitab petunjuk, akidah dan hidayah.
Research conducted by scientists in this century, proves that there is a match between the Qur'an and events and scientific theories so that the Qur'an can penetrate time and place, though the Qur'an was revealed on fourteen centuries ago keep up to date. Understanding the contents of the Qur'an will be obtained with a scientific interpretation or that we know Tafsir ilmi, tafsir ilmi done to solve the problems faced in the present.
Penelitian yang dilakukan para ilmuan pada abad ini, membuktikan bahwa adanya kesesuaian antara Al-Qur’an dan kejadian-kejadian serta teori-teori ilmiah sehingga Al-Qur’an dapat menembus waktu dan tempat, walau Al-Qur’an diturunkan pada empat belas abad yang lalu tetap up to date. Pemahaman terhadap isi Al-Qur’an akan didapat dengan penafsiran secara ilmiah atau yang kita kenal Tafsir ilmi, tafsir ilmi dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pada masa sekarang.
Excess interpretation ilmi is:
- Answering the challenges of the times
- Practical and systematic
- Dynamic
- Makes a full understanding
Kelebihan tafsir ilmi adalah :
* Menjawab tantangan zaman
* Praktis dan sistematis
* Dinamis
* Membuat pemahaman utuh
Disadvantages of ilmi interpretation:
- Decapitating verses of the Qur'an
- Limit interpretation
Kekurangan tafsir ilmi :
* Memenggal ayat Al-Qur’an
* Membatasi penafsiran