The Epidermis Between Fact and Fiction in Literary Works | Kulit Ari Antara Fakta dan Fiksi dalam Karya Sastra |

in #book-review7 years ago

In the fiction, the truth is sometimes more freely voiced

An inspiration can come from anywhere, anytime, and in anyway-not infrequently through surprising ways that are never in the wildest imagination. A trivial event can give birth to a great inspiration, and a great event sometimes does not give birth to any idea to write.

Yes, we are discussing the world of writing, a world very close to Steemit. Although often mentioned that Steemit not only writes and photograph but almost no posts without the involvement of a piece of words or a piece of the sentence. Imagine a video or musical sound without a video explanation of what, who the creator is, or music without any explanation. We may be able to enjoy the videos and music, but the complete information about the creative work will make the art product feel more perfect. It would be very disturbing to enjoy the artwork with question marks.

Often happens, a piece of fact becomes an idea of writing a short story or a book. A fact in the past suddenly became an inspiring writing. We try to reconstruct a piece of fact event in the past into a literary work. The result is not a hundred percent fact, but a fact that builds on the author's memory.

BookReview_02.jpg

Write to immortalize the wound

A wound is an inspiration, says Maman Suherman. Who is Maman Suherman? For the people of Indonesia, the name was known as one of the important figures in the show on Trans TV, Indonesia Lawak Club, a parody of laughter. Maman is also an initiator of Panasonic Global Award and author of numerous books, among them Re.

Maman is present to dissect the book _What Happened is a Tale of Bamby Cahyadi's work in a restaurant in Cikini, Jakarta, Saturday, March 24, 2018. His words are stirred beautifully like on television, also seen in the surgery.

According to Maman, writing sometimes is not to heal wounds, instead to perpetuate the wound. "Sometimes remembering the wound is also delicious. This book (What Happens is a Story) takes me to the fictional niches and in every corner finds the facts. That's where the power of the book, he does not lead us to the same conclusion," says Maman.

In addition to Maman, there is also an appreciation from Khrisna Pabicara, author of a number of best-seller books. I attended the surgery without an invitation (although later Bamby admitted that he had invited on Facebook). I stay at a hotel not far from the location, I took the time to attend. With Bamby I have never met, despite frequent contacts through social media. Bamby always sends a newspaper Media Indonesia Sunday edition if there is a short story of me that is loaded there.

I know the book review event from Kurnia Effendi, an Indonesian writer who is also a Steemian by the name of @kurnia-effendi account. I did not expect to see the Khrisna Pabicara there again. Last we met in 2012 when getting invited to a great event; Ubud Writer and Reader Festival in Bali. I love Krishna's hilarious, intimate, and naughty style. Misbehavior is what makes it different from others.

Maman, Khrisna, and Bamby admit, a literary work cannot separate itself from the reality of life. However, the facts in the fictional world must be told differently. "There can be no sense of fact in it. Without an attractive blend, a fact becomes a boring fiction," says Khrisna.


BookReview_03.jpg


BookReview_04.jpg


Kulit Ari Antara Fakta dan Fiksi Dalam Karya Sastra

Dalam dunia fiksi, kebenaran terkadang lebih bebas disuarakan

Sebuah inspirasi bisa datang dari mana saja, kapan saja, dan dengan cara apa saja—bahkan tak jarang melalui cara-cara mengejutkan yang tidak pernah ada dalam imajinasi paling liar sekali pun. Sebuah peristiwa sepele bisa melahirkan inspirasi besar, dan sebuah peristiwa besar terkadang tidak melahirkan ide apa pun untuk menulis.

Ya, kita memang sedang membahas tentang dunia menulis, sebuah dunia yang sangat dekat dengan Steemit. Meski sering disebutkan bahwa Steemit bukan hanya menulis dan foto, tetapi hampir tidak ada postingan yang tanpa keterlibatan sepotong kata atau sepotong kalimat. Bayangkan sebuah video atau suara musik tanpa penjelasan video tentang apa, siapa kreatornya, atau musik tanpa penjelasan apa pun. Kita mungkin bisa menikmati video dan musiknya, tetapi informasi yang lengkap tentang hasil kerja kreatif tersebut akan membuat sebuah produk seni terasa lebih sempurna. Akan sangat terganggu menikmati karya seni dengan penuh tanda tanya.

Sering terjadi, sepotong fakta menjadi sebuah ide menulis cerpen atau buku. Sebuah fakta di masa lalu, tiba-tiba menjadi sebuah inspirasi menulis. Kita mencoba merekonstruksikan kembai sekeping peristiwa fakta di masa lalu menjadi karya sastra. Hasilnya bukanlah fakta seratus persen, tetapi sebuah fakta yang terbangun berdasarkan daya ingat penulis.

BookReview_01.jpg

Menulis untuk mengabadikan luka

Sebuah luka adalah sebuah inspirasi, kata Maman Suherman. Siapa Maman Suherman? Bagi masyarakat Indonesia, nama itu dikenal sebagai salah seorang tokoh penting dalam acara di Trans TV, Indonesia Lawak Club, sebuah acara parodi yang penuh gelak tawa. Maman juga seorang penggagas Panasonic Global Award dan penulis sejumlah buku, di antaranya Re.

Maman hadir untuk membedah buku Apa yang Terjadi adalah Sebuah Kisah karya Bamby Cahyadi di sebuah restoran di Cikini, Jakarta, Sabtu 24 Maret 2018. Kata-katanya yang terantuk-antuk dengan indah seperti di televisi, terlihat juga di acara bedah tersebut.

Menurut Maman, menulis terkadang bukan untuk menyembuhkan luka, sebaliknya malah mengabadikan luka. “Terkadang mengenang luka itu juga nikmat. Buku ini (Apa yang Terjadi adalah Sebuah Kisah) membawa saya ke relung-relung fiksi dan di setiap tikungan menemukan fakta. Di situlah kekuatan buku, dia tidak mengantarkan kita pada kesimpulan yang sama,” papar Maman.

Selain Maman, juga ada apresiasi dari Khrisna Pabicara, penulis sejumlah buku best seller. Saya menghadiri acara bedah itu tanpa undangan (meski kemudian Bamby sendiri mengaku sudah mengundang di Facebok). Saya menginap di sebuah hotel tak jauh dari lokasi, saya menyempatkan diri hadir. Dengan Bamby saya belum pernah bertemu, meski sudah sering kontak melalui sosial media. Bamby selalu mengirim koran Media Indonesia edisi Minggu kalau ada cerpen saya yang dimuat di sana.

Saya tahu acara bedah buku itu dari Kurnia Effendi, seorang sastrawan Indonesia yang juga seorang Steemian dengan nama akun @kurnia-effendi. Saya tidak menduga akan berjumpa kembali dengan Khrisna Pabicara di situ. Terakhir kami bertemu pada 2012, ketika mendapatkan undangan ke acara hebat; Ubud Writer and Reader Festival di Bali. Saya menyukai gaya Khrisna yang kocak, akrab, dan nakal. Kenakalan itulah yang membuat berbeda dengan yang lain.

Maman, Khrisna, dan Bamby mengakui, sebuah karya sastra tidak bisa memisahkan diri dari realitas kehidupan. Namun, fakta di dunia fiksi harus dikisahkan dengan cara berbeda. “Tidak boleh ada rasa fakta di dalamnya. Tanpa racikan yang menarik, sebuah fakta menjadi fiksi yang membosankan,” tandas Khrisna.[]


BookReview_05.jpg

BookReview_06.jpg


Badge_@ayi.png


follow_ayijufridar.gif

Sort:  

Mencerahkan..terima kasih ..

Mau dunk bukunya kakanda

Harus kontak langsung dengan Bamby Cahyadi neh @andrianhabibi. Saya juga dapat satu karena beli di lokasi acara.

Hahahahha kirain bisa di wakilkan bang

Saya percaya inspirasi akan datang begitu saja. seperti @ayijufridar tulis dalam postingan ini, saya juga yakin jika kita menulis dengan sungguh-sungguh akan ada perubahan untuk dapat menulis semuanya termasuk fiksi. Salam sukses selalu. sangat terinspirasi kami. Salam KSI

Inspirasi yang datang harus dituangkan menjadi tulisan Bro @ilyasismail. Mari kita berjuang agar menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang.

Luar biasa postingan nya kakanda @ayijufridar

Semoga tulisannya bermanfaat

Saya juga yakin brother @ayijufridar karena kebenaran akan selalu berpihak pada yang benar, saya rasa perlu membacanya di waktu yang tepat karena ini menarik sekali.

Terima kasih @bangmimi. Saleum sukses.

Saleum kembali kanda @ayijufridar

Great bang @ayijufridar
Terkadang dari sebuah penggalan kalimat lirik lagu bisa menjadi sebuah awalan untuk memulai lembara yang dihiasi lukisan tinta untuk menghasilkan beberapa paragraf bahkan sebuah buku sekalipun.

Benar sekali @rickygunawan. Semasa aktif menulis cerpen dulu, saya sering mendapatkan ide dari lirik lagu. Makanya sering dengar lagu kalau menulis.

Kita sepakat, bahwa inspirasi paling kaya datang dari masa lalu, terutama kenangan yang terkait dengan pengalaman kita sendiri. Namun, fakta-fakta uang diangkat menjadi cerita, meskipun menggunakan nama orang sebenarnya (semacam cameo), tetaplah menjadi fiksi dalam cerpen atau puisi.
Mantaps

Maka berapa ruginya orang yang hidup tanpa kenangan. Tuhan bisa saja membuat manusia bisa melupa semua luka, tetapi kita akan kehilangan hikmah, pengalaman,'dan kenangan.

Kalau tagline ciri khas saya: "perempuan yang hobi mendaur ulang masa lalu jadi kisah fiksi yang syahdu"

Mantap iiih ketemu penulis penulis hebat!!! Titip salamku dengan mereka 😊

Tagline yang keren @anggreklestari. Kalau diizinkan, saya juga pakai, setidaknya diizinkan mendaur ulang masa lalu menjadi masa depan yang akan selalu dikenang sepanjang zaman seluruh umat manusia.

Dalamnya sudah terlambat. Bagaimana kalau titip yang lain saja? Titip tutup topples, misalnya, hehehehe....

Hihi, sorry, Bang, itu sudah jadi branding saya dalam menulis.
Nanti bisa saya pikirkan tagline yang baru untuk Bang Ayi. ehehe

betul, karena dari masa lalu karya-karya itu ada untuk dipelajari dan diambil hikmahnya. Nothing story without history (the past)

Ditunggu tagline untuk Bang Ayi @anggreklestari.

Menulis terkadang bukan untuk menyembuhkan luka, sebaliknya malah mengabadikan luka

Seperti @mukhtar.juned yang mengabadikan cinta melalui tulisan di Steemit. Kami tahu itu, Bang @zainalbakri dan @masriadi saksinya.

pushiet

Nyan, si @masriadi sudah memberikan kesaksian.

Salam pertemanan semua@ buat para steemians..!
@sayuti1606