Sejarah Tanaman Teh di Bener Meriah

in #history7 years ago (edited)

FB_IMG_1527783148458.jpg
(Sumber : facebook, Joe Renggali Seulanga) foto ini aslinya hitam putih. Ole jrs, foto ini dibuat berwarna mendekati aslinya. Jrs adalah kolektor foto foto sejarah di Gayo dan Aceh.

(Sumber asli foto :http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/detail/start/481?f_trefwoord%5B0%5D=Aceh&id=123260d9-40f4-4343-ac36-0f0110901fb8

Bagaimana tanaman teh pertama sekali di tanam di Dataran Tinggi Gayo?
Siapa yang pertama sekali membawanya?, Kemana teh ini dijual?, Bagaimana rasa dan aroma teh asal Gayo ini?

Tidak banyak data atau foto yang bisa didapat dari internet tentang sejarah teh di Gayo. Tepatnya di Pondok Baru. Pondok Baru lebih dikenal dengan Janarata.

FB_IMG_1528799242618.jpg
(Foto : Facebook/jrs)

Kebanyakan data dan info soal teh di Gayo, berasal dari catatan Belene ( Belanda) yang menjadi penjajah di Indonesia. Diantaranya KITVL dan Tropen Museum. Dahulu, mudah sekali mengakses situs yang berlokasi di Belanda ini. Namun kini akses sudah sulit dan berbayar.

Dalam buku John R Bowen, Sumatran Politics and Poetics. Gayo History, 1900-1989. Disebutkan, sebelum jalan dibangun Belanda. Mereka terlebih dahulu sudah menanam dalam skala kecil, tanaman baru.

Potatoes and cabbage arrived in Takengon in 1905. 1908 the first arabica coffee trees were planted north of the lake.

By 1924 Dutch and other European investors had begun to lease land from Lords of the Bukit and Ciq domains for coffee, tea and vegetable estates.

Menurut Wiknyo, rasa dan aroma teh Gayo yang terletak di Janarata Bener Meriah. Sangat disukai. "Ratu Belanda tidak akan minum teh sebelum teh dari Redlong (Bener Meriah) tiba", kata Wiknyo.

Sebelum merdeka, pabrik teh Gayo masih berdiri kokoh dan tergolong modern di dekat pasar Janarata.

Sayang, setelah merdeka, pabrik teh buatan Belanda ini di kanibal. Atau dibongkar dan besinya dijual ke Sumatra Utara.

Sejak saat itu, sejarah teh Gayo berakhir dramatis setelah sebelumnya di eksport Belanda ke Erofa dan merupakan salah satu teh terbaik dunia.

Kini, meski tidak lagi ditanam secara besar-besaran, teh Gayo masih bisa didapat di Bener Meriah, sekitar Kampung Pondok Gajah, Pondok Sayur, umumnya Kecamatan Janarata yang dijadikan pagar kebun.

Alangkah baiknya, seandainya Pemda Bener Meriah yang dipimpin Ahmadi SE, putra daerah Samar Kilang, seorang anak muda yang energik dan visioner, kembali membangun perkebunan teh yang dulu terbukti sudah hasilkan uang dari eksportnya. Belanda sudah buktikan berdasarkan analisis ilmiah, bahwa teh Gayo di Bener Meriah adalah tanaman komersil. Tanaman eksport. Akankah pak Bupati Ahmadi menyadari dan sigap kembali menanam teh?....
Waktu dan kemauan serta analisa ilmiah yang akan menjawabnya....

IMG_20180612_103204.jpg

IMG_20180612_102530.jpg

Sort:  

Aku penasaran, banyak sekali yang menyebut buku Mr. Bowen tapi belum pernah kulihat bendanya bg..

IMG_20180612_192646_HDR.jpg

John R. Bowen, antropolg dari negeri pun sam.

Waahh ini alternatif bagus untuk peningkatan penghasilan juga kan? Gimana produksi kopi, bang? Saya baca bbrp waktu lalu semakin menurun jumlah hasil produksinya ya, apakah harganya jadi meningkat dan kesejahteraan semakin baik?

Iya bang @dipoabasch idealnya begitu. Sayang pemda belum jadikan teh tanaman komersial spt belanda. Padahal, rasa dan aromanya disukai, khas.

Kemarin, produksi kopi turun hingga 30 persen. Dugaannya, perubahan iklim. Sesuai teori ekonomi, barang sedikit, permintaan banyak. Harga kopi naik drastis. Tertinggi sejak 10 tahun terakhir. Sekarang harga sudah normal. Banyak alternatif sumber ekonomi bagi warga dan negara. Tapi sayang, sistim fee melalaikan para pemegang kebijakan. Kerja asal saja, uang banyak.... Kedepan, teh sangat menjanjikan... Semoga

Mudah2an saja ada upaya untuk meningkatkan produksi, saya kurang setuju kalau semuanya dibebankan pada pemerintah, bang. Gayo punya banyak sekali potensi yang sama seperti Jawa Barat, dan kebanyakan daerah produksi cukup mandiri.

Terlalu lama dikenal sebagai penghasil kopi, meskipun juga penghasil kentang, alpukat dan lain sebagainya, sehingga agak sulit juga mengembangkan alternatif lain ya?

Pemerintah terlalu sibuk dgn urusan pribadi ketimbang masyarakat, bahkan peneliti atau ilmuwan saja kurang berani mengambil tindakan utk mendorong mereka, padahal orang berilmu dan berpendidikan lebih jago ngomong dan mempengaruhi.

@dipoabasch iya setuju bang. Tak bisa berharap banyak pada pemda. Swadesi tentu lebih berarti. Saya beberapa kali kasi masukkan soal teh ini pada anggota dprk di Bener Meriah, mereka mengangguk-angguk, saya kira ngerti, eh rupanya ngak nyambung.. Mudah mudahan bupati merespon. Minimal memulai tanam teh skala kebun pribadi... Semoga besok lebih baik

Aamiin, apalagi bupati masih muda yaa, putra asli pula. Semoga ada kemajuan di masa mendatang, aamiin.

Semoga suatu saat kejayaan teh Gayo bisa bangkit kembali