Living from one flight to the next and one hotel to the next has been one of my dreams since I was a teenager. I hoped to achieve it if I became a professional soccer player.
As it turned out, I failed to become a professional soccer player. Instead, I became a journalist and then an election organizer in Aceh, Indonesia. In addition, I still write anything, including poetry.
Well, when I stayed at the hotel, I was inspired to write a poem Suara Penginapan which was later published on www.erakini.id, a news and literature portal in Indonesia. In addition to the poem Suara Penginapan, a number of other poems have also been published. Please click the link below.
Thank you for your support.[]
Poetry greetings:
@ayijufridar
Suara Penginapan (The Sound of The Inn)
Time changes at the end of the voice
marking the wanderer coming and going
replacement of thick greetings
with seven choices:
steps
open door
closed door
soft knock
television talking to itself
water splash
or sigh
Life only beats there
similar beats for all castes
similar to flowing water
sweeping bodies of various shapes
various colors
finally to the gutter too
A hum that never goes away
even though days and people change
its voice is eternal
Source: Erakini.
Hidup dari satu penerbangan ke penerbangan berikutnya dan satu hotel ke hotel berikutnya adalah salah satu impianku sejak remaja. Aku berharap bisa menggapainya kalau menjadi pemain sepak bola profesional.
Ternyata, aku gagal menjadi pemain sepak bola profesional. Sebagai gantinya, aku menjadi seorang jurnalis dan kemudian menjadi penyelenggara pemilu di Aceh, Indonesia. Selain itu, aku tetap menulis apa pun, antara lain puisi.
Nah, ketika menginap di hotel, aku terinspirasi menulis puisi Suara Penginapan yang kemudian dipublikasikan di www.erakini.id, sebuah portal berita dan sastra di Indonesia. Selain puisi Suara Penginapan juga dipublikasikan sejumlah puisi lainnya. Silakan klik tautan di bawah.
Terima kasih atas dukungannya.[]
Salam puisi:
@ayijufridar
Suara Penginapan
Waktu berganti di ujung suara
menandai pengembara datang dan pergi
pengganti salam yang kental
dengan tujuh pilihan:
derap langkah
pintu terbuka
pintu tertutup
ketukan lembut
televisi yang bicara kepada dirinya sendiri
guyuran air
atau desahan
Kehidupan hanya berdenyut di sana
denyut serupa bagi segala kasta
mirip air yang mengalir
menyapu tubuh beragam bentuk
beragam warna
akhirnya ke comberan jua
Senandung yang tak pernah pergi
walau hari dan manusia berganti
suaranya abadi
Source: Erakini.
@panosdada curate.
!PIZZA
Done.
$PIZZA slices delivered:
(1/10) @panosdada.neoxag tipped @ayijufridar
Thank so much for alls....