You are viewing a single comment's thread from:

RE: Steemit, Sebuah Tamparan untuk Rektor Jaman Now

in #indonesia7 years ago

Saya siap salah, kak! Saya hanya bercerita saja tentang teman-teman yang memilih bekerja di warung kopi, dan mereka rupanya menghasilkan uang (tak hanya menghabiskan uang). Soal dunia Maya dianggap menjauhkan silaturahmi yang meminjam kata kak @farahtjut dibatasi oleh layar dan monitor memang benar, tapi tidak seluruhnya benar. Di Steemit ini, kita awalnya hanya kenal di alam Maya, namun segera tergerak untuk ketemu di alam nyata (kopi dan ngeteh darat), sesuatu yang saya pikir nilai ukhuwahnya sangat luar biasa. Saya banyak bertemu dan kemudian belajar hal baru pada kawan-kawan baru yang saya jumpai di alam Maya, termasuk Steemit.

Saya setuju, bahwa kita tidak boleh melulu memikirkan duit duit duit dan duit, dan jangan sampai dibutakan olehnya. Saya sepakat untuk sama2 menebarkan pengetahuan dan pengalaman agar bisa bersama2 belajar. Soal nanti dapat duit, anggap saja sebagai bonus.

Terima kasih kak @farahtjut atas komentar yang sangat panjang ini, dan saya pikir bakal jadi diskusi yang menarik jika komentar ini di-posting sebagai tulisan. Jadi, ada tulisan sandingannya. Tabik, kak!

Sort:  

Kita selalu bertemu,tapi masing2 main hp masing2, hahahaha.

Sedikit pengalaman

Saat saya di banda aceh, saya selalu mencari kawan, salah satu caranya membuat komunitas, bikin grop ini dan itu. Ada makna yang sangat dalam yang tersirat dari keiinginan mencarin kawan tersebut, dan baru saya tau saat sy sdh menetap di kampung.

"ternyata selama saya di banda, saya telah jauh dari makna uhkwah yang hakiki, berteman hanya sebatas kepentingan, sehingga jiwa saya merasa,meski banyak teman, saya seperti tdk memiki teman". Masing2 kita sibuk, sibuk dengan hp, dengan pekerjaan dll. "dunia dan teknologi telah menjauhkan yanh dekat mendekatkan yang jauh".

Saat dikampung saya malah kadang harus menghindar agar tdk bertemu orang2, kadang rasa malas berbasa basi muncul, rasa ingin menyendiri datang, dll. Di sini pertemanan itu dari hati, saat bertemu, tdk ada yang pegang hp atau sedang menulis di laptop. Bercanda tanpa perantara. Hidup begitu nature.

Dan saya yakin, suatu saat dengan perkembangan teknologi yg sangat cepat ini, hal2 yang alami, yang lahir dr hati akan punah, bagi bayi yang lahir di zaman now itu hal yang biasa, bagi kita generasi panyet serungkeng, akan merindukan semuanya yang telah hilang, begitu juga dengan pak rektor dan ibu susi

Sekuat apapun kita berharap, yang ditakutkan itu memang pasti terjadi. Dan, kita akan merindukan sesuatu yang telah hilang. Mudah-mudahan saja, saya berharap, teknologi hadir bukan untuk memutuskan silaturahmi, tapi justru memperkuatnya.

Soal asik dengan hp, itu fakta. Steemian pun begitu, karena asik menulis dan membalas komentar, sialnya dari kawan-kawan yang sedang ngumpul pulak!